“Hiduplah Seperti Pohon Kayu Yang Lebat Buahnya, Hidup Di Tepi Jalan Dan Dilempari Orang Dengan Batu, Tetapi Dibalas Dengan Buah” (Abu Bakar Sibli)

Sabtu, 11 Mei 2013

Pengalaman Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar (PJTD) Komunitas Al-Katib Jurusan PAI IAIN Mataram

Perjalanan Melelahkan, Akhirnya Menyenangkan
            Hujan yang turun cukup lebat sebelum berangkat menuju tempat pelatihan jurnalistik yaitu Ponpes Al-Madani Kuripan seolah-olah mempersilahkan para peserta untuk berangkat dengan kondisi cuaca yang cerah. Bus kampus yang rencananya akan digunakan untuk mengangkut para peserta tidak jadi digunakan karena ada sesuatu dan lain hal dan terpaksa panitia berusaha mencari alternatif lain yaitu Abdul Engkel sebagi kendaraannya. Para peserta sempat mengeluh karena kendaraan yang digunakan tidak sesuai dengan apa yang diberitahukan oleh panitia tapi ‘Ape yat uniq’ (apa mau dikata) nasi sudah menjadi bubur. Jadi terpaksa para peserta berangkat menggunakan kendaraan yang sangat sederhana meskipun agak sedikit bau seperti yang dikatakan sebagian peserta yang tidak bisa menggunakan angkot.
            Saya dan teman saya kebetulan tidak ikut menggunkan Abdul Engkel karena saya membawa sepeda motor berhubung karena tidak ada tempat untuk menitipkan sepeda motor di sekitar kampus jadinya saya tidak merasakan fenomena yang terjadi didalam Abdul Engkel tersebut yaitu Fenomena bau bin sumpek.
            Kami berangkat dari kampus tercinta sekitar pukul 04.30 Wita setelah semua peserta selesai shalat asar. Awal perjalanan menuju kampus berjalan cukup aman tanpa halangan dan rintangan. Saya dan teman saya bisa bercanda di atas sepeda motor sambil melihat pemandangan sawah disepanjang jalan meskipun kurang menarik tapi itu tidak membuat semangat saya dan teman saya berkurang menuju tempat pelatihan. Tapi ketika sampai di lampu merah bengkel, rintangan mulai menghampiri kami karena suasana ramai akibat pendukung salah seorang calon gubernur akan pergi berkampanye yang menyebabkan macet. Disini saya merasakan sengsaranya menggunakan sepeda motor.
            Dalam hati saya ber-Qola (berkata) “waduh . . .Waduh… musibah kayaknya nech”.  tapi tidak tau dengan peserta lain yang menggunakan Abdul Engkel apakah merasakan seperti apa yang saya rasakan.
            Pendukung salah satu calon gubernur yang memadati jalan raya tersebut super duper banyak dari yang memakai truk sampai yang memakai sepeda motor seolah-olah seperti tsunami kendaraan saking banyaknya. Sampai-sampai polisi lalu lintas kualahan mengatur lalu lintas tapi untung ndak ada yang tabrakan meskipun banyak kendaraan. ‘Alhamdu… Lillah’.
            Suasana jalan raya yang ramai tidak membuat saya dan teman saya patah semangat untuk cepat sampai tujuan. Untuk mengatasi rasa lelah, saya bercanda bersama teman membicarakan masalah calon gubernur diatas sepeda motor. Sesampai di perempatan lampu merah Kediri saya mendahului engkel yang mengangkut para peserta lain yang saya ikuti mulai berangkat dari kampus karena macet total disana tapi ndak sich terlalu total macetnya.
            Meskipun saya ndak begitu tahu tempat Ponpes Al-Madani tapi saya menunggu engkel terseut didepan Ponpes Al-Islahudiny, Kediri. Sekian lama menunggu engkel yang membawa peserta tidak kunjung lewat, padahal tempat saya menunggu tidak terlalu jauh dari tempat saya dahului. Saya sempat panik sekecut (sedikit) karena saya kira saya salah jalan. Tapi saya tetap bertahan menunggu.
            Di tengah kepanikan yang sedang melanda kami berdua, ada salah seorang panitia yeng kebetulan lewat menghampiri kami dan memberitahukan kami jalan menuju Ponpes Al-Madani. Akhirnya setelah kami tahu jalan menuju Ponpes maka tanpa pikir panjang kami berdua berangkat. Sampai ditempat tujuan, kami berdua yang duluan tiba. Maka mulailah proses penungguan terjadi, karena kami menunggu peserta lain yang belum tiba. Kami berdua langsung duduk direrumputan depan kelas Ponpes untuk istiraaht setelah menempuh perjalanan yang penuh tantangan plus lelah bin capek.
            Setelah beberapa lama menunggu satu persatu panitia sampai tapi kami dapat kabar kalau Abdul Engkel yang membawa peserta tidak tahu jalan alias tersesat atau dalam istilah sasak disebut ‘kepusaq’ . karena dari pihak yang bertanggung jawab yaitu panitia ternyata tidak ada didalam engkel yang memandu. Para panitia langsung bergerak menjemput engkel tersebut setelah menelpon salah seorang peserta yang berada didalam engkel tersesat tersebut.
            Setelah hampir mendekati waktu magrib akhirnya peserta yang ditunggu-tunggu tiba. Para peserta keluar satu persatu keluar dengan muka kusut karena lelah diajak jalan-jalan sama sopir engkel karena tersesat. Biasanya kalau diajak jalan-jalan kan enak, tapi kalau jalan-jalan karena tersesat sich kurang enak kayaknya yea. He..he.. he.. Jadi tidak selamanya jalan-jalan itu enak. Para peserta langsung duduk untuk menghilangkan rasa lelah setelah itu sholat magrib dimana peserta putri shalat di asrama putri Ponpes sedangkan peserta putra shalat di masjid terdekat.
****
            Selama dua hari saya di Ponpes Al-Madani, saya merasakan suatu perbedaan yaitu saya mendapatkan banyak ilmu khususnya mengenai jurnalistik karena disana tidak hanya sekedar materi saja yang diberikan tetapi panitia langsung mengadakan praktik untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta mengenai materi jurnalistik yang pernah diberikan. Dalam hal ini 2 (dua) jempol untuk panitia.
            Acara peliputan berjalan cukup lancar karena narasumber tempat kita mau wawancara rata-rata ada disana jadinya kita senang karena banyak yang kita kenal dan kita juga dikenal oleh masyarakat setempat. Ilmu yang kita dapatkan juga tidak sekedar mengenai masalah jurnalistik tetapi ilmu tentang bagaimana berinteraksi dengan masyarakat yang tidak hanya mengenal materinya di kampus yaitu pada mata kuliah sosiologi. Sosiologi yang membicarakan masalah masyarakat yang diajarkan di kampus langsung bisa kita praktikkan dalam kehidupan nyata. Yang penting selama disana saya mendapatkan banyak pengalaman, ilmu, teman, kegiatan dan lain sebagainya.
            Untuk para panitia yang menangani proses pelatihan kekurangannya hanya pada kedisiplinan karena banyak jadwal yang dilaksanakan tidak tepat pada waktunya, tapi kalau dilihat secara keseluruhan lebih banyak positifnya daripada negatifnya.
            Mengenai proses penerimaan menjadi keluarga baru saya kurang begitu setuju dengan cara panitia yang pakek acara di air soalnya banyak diantara para peserta yang tidak bisa lama-lama di air. Takutnya nanti mskipun dampaknya tidak langsung keliatan pas acara tapi setelah acara kita tidak tahu. Itu menurut saya sangat berbahaya. Jadinya untuk panitia saya pesan. Sebaiknya jangan memilih di air. Karena para peserta bukan ikan yang bisa lama-lama di air. Apalagi saya yang sangat sengsara, karena saya yang duluan direndam tapi malah saya yang terakhir disuruh naik. Tapi tidak apa-apa karena meskipun begitu saya masih bisa bertahan. Itu saja keluhan yang menurut saya perlu saya sampaikan, untuk yang lainnya panitia is the best. Apalagi panitia bagian konsumsi, saya sangat apresiasi sekali dengan kinerja dan tanggung jawabnya. Para peserta tidak pernah telat untuk makan baik itu mulai dari sarapan, makan siang sampai makan malam.
            Selama dua hari di Ponpes Al-Madani, banyak dampak positif yang saya rasakan daripada dampak negatifnya. Kalau dilihat secara keseluruhan, acara pelatihan berjalan lancar tanpa ada halangan dan rintangan yang berarti. Ini perlu dipertahankan demi kemajuan Al-Katib kedepan. Komunitas Al-Katib memang tempat mencari keluarga sekaligus tempat belajar. Saya minta juga untuk senior Al-Katib supaya tidak henti-hentinya menyemangati kami para keluarga baru supaya tetap bisa melanjutkan komunitas ini dan tidak sekedar omongan belaka. Sekian dan terima kasih. Salam Penulis………..!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 (Anwar Sadat )_Abadikan Nama dengan Menulis.