Perjalanan Melelahkan,
Akhirnya Menyenangkan
Hujan yang
turun cukup lebat sebelum berangkat menuju tempat pelatihan jurnalistik yaitu
Ponpes Al-Madani Kuripan seolah-olah mempersilahkan para peserta untuk
berangkat dengan kondisi cuaca yang cerah. Bus kampus yang rencananya akan
digunakan untuk mengangkut para peserta tidak jadi digunakan karena ada sesuatu
dan lain hal dan terpaksa panitia berusaha mencari alternatif lain yaitu Abdul
Engkel sebagi kendaraannya. Para peserta sempat mengeluh karena kendaraan yang
digunakan tidak sesuai dengan apa yang diberitahukan oleh panitia tapi ‘Ape
yat uniq’ (apa mau dikata) nasi sudah menjadi bubur. Jadi terpaksa para
peserta berangkat menggunakan kendaraan yang sangat sederhana meskipun agak
sedikit bau seperti yang dikatakan sebagian peserta yang tidak bisa menggunakan
angkot.
Saya dan
teman saya kebetulan tidak ikut menggunkan Abdul Engkel karena saya membawa
sepeda motor berhubung karena tidak ada tempat untuk menitipkan sepeda motor di
sekitar kampus jadinya saya tidak merasakan fenomena yang terjadi didalam Abdul
Engkel tersebut yaitu Fenomena bau bin sumpek.
Kami
berangkat dari kampus tercinta sekitar pukul 04.30 Wita setelah semua peserta
selesai shalat asar. Awal perjalanan menuju kampus berjalan cukup aman tanpa
halangan dan rintangan. Saya dan teman saya bisa bercanda di atas sepeda motor
sambil melihat pemandangan sawah disepanjang jalan meskipun kurang menarik tapi
itu tidak membuat semangat saya dan teman saya berkurang menuju tempat
pelatihan. Tapi ketika sampai di lampu merah bengkel, rintangan mulai
menghampiri kami karena suasana ramai akibat pendukung salah seorang calon
gubernur akan pergi berkampanye yang menyebabkan macet. Disini saya merasakan
sengsaranya menggunakan sepeda motor.
Dalam hati
saya ber-Qola (berkata) “waduh . . .Waduh… musibah kayaknya nech”. tapi tidak tau dengan peserta lain yang
menggunakan Abdul Engkel apakah merasakan seperti apa yang saya rasakan.
Pendukung
salah satu calon gubernur yang memadati jalan raya tersebut super duper banyak
dari yang memakai truk sampai yang memakai sepeda motor seolah-olah seperti
tsunami kendaraan saking banyaknya. Sampai-sampai polisi lalu lintas kualahan
mengatur lalu lintas tapi untung ndak ada yang tabrakan meskipun banyak
kendaraan. ‘Alhamdu… Lillah’.
Suasana
jalan raya yang ramai tidak membuat saya dan teman saya patah semangat untuk
cepat sampai tujuan. Untuk mengatasi rasa lelah, saya bercanda bersama teman
membicarakan masalah calon gubernur diatas sepeda motor. Sesampai di perempatan
lampu merah Kediri saya mendahului engkel yang mengangkut para peserta lain
yang saya ikuti mulai berangkat dari kampus karena macet total disana tapi ndak
sich terlalu total macetnya.
Meskipun
saya ndak begitu tahu tempat Ponpes Al-Madani tapi saya menunggu engkel terseut
didepan Ponpes Al-Islahudiny, Kediri. Sekian lama menunggu engkel yang membawa
peserta tidak kunjung lewat, padahal tempat saya menunggu tidak terlalu jauh
dari tempat saya dahului. Saya sempat panik sekecut (sedikit) karena saya kira
saya salah jalan. Tapi saya tetap bertahan menunggu.
Di tengah
kepanikan yang sedang melanda kami berdua, ada salah seorang panitia yeng
kebetulan lewat menghampiri kami dan memberitahukan kami jalan menuju Ponpes
Al-Madani. Akhirnya setelah kami tahu jalan menuju Ponpes maka tanpa pikir
panjang kami berdua berangkat. Sampai ditempat tujuan, kami berdua yang duluan
tiba. Maka mulailah proses penungguan terjadi, karena kami menunggu peserta
lain yang belum tiba. Kami berdua langsung duduk direrumputan depan kelas
Ponpes untuk istiraaht setelah menempuh perjalanan yang penuh tantangan plus
lelah bin capek.
Setelah
beberapa lama menunggu satu persatu panitia sampai tapi kami dapat kabar kalau
Abdul Engkel yang membawa peserta tidak tahu jalan alias tersesat atau dalam
istilah sasak disebut ‘kepusaq’ . karena dari pihak yang bertanggung
jawab yaitu panitia ternyata tidak ada didalam engkel yang memandu. Para
panitia langsung bergerak menjemput engkel tersebut setelah menelpon salah
seorang peserta yang berada didalam engkel tersesat tersebut.
Setelah
hampir mendekati waktu magrib akhirnya peserta yang ditunggu-tunggu tiba. Para
peserta keluar satu persatu keluar dengan muka kusut karena lelah diajak
jalan-jalan sama sopir engkel karena tersesat. Biasanya kalau diajak
jalan-jalan kan enak, tapi kalau jalan-jalan karena tersesat sich kurang enak
kayaknya yea. He..he.. he.. Jadi tidak selamanya jalan-jalan itu enak. Para
peserta langsung duduk untuk menghilangkan rasa lelah setelah itu sholat magrib
dimana peserta putri shalat di asrama putri Ponpes sedangkan peserta putra
shalat di masjid terdekat.
****
Selama dua
hari saya di Ponpes Al-Madani, saya merasakan suatu perbedaan yaitu saya
mendapatkan banyak ilmu khususnya mengenai jurnalistik karena disana tidak
hanya sekedar materi saja yang diberikan tetapi panitia langsung mengadakan
praktik untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta mengenai materi
jurnalistik yang pernah diberikan. Dalam hal ini 2 (dua) jempol untuk panitia.
Acara
peliputan berjalan cukup lancar karena narasumber tempat kita mau wawancara
rata-rata ada disana jadinya kita senang karena banyak yang kita kenal dan kita
juga dikenal oleh masyarakat setempat. Ilmu yang kita dapatkan juga tidak
sekedar mengenai masalah jurnalistik tetapi ilmu tentang bagaimana berinteraksi
dengan masyarakat yang tidak hanya mengenal materinya di kampus yaitu pada mata
kuliah sosiologi. Sosiologi yang membicarakan masalah masyarakat yang diajarkan
di kampus langsung bisa kita praktikkan dalam kehidupan nyata. Yang penting
selama disana saya mendapatkan banyak pengalaman, ilmu, teman, kegiatan dan
lain sebagainya.
Untuk para
panitia yang menangani proses pelatihan kekurangannya hanya pada kedisiplinan
karena banyak jadwal yang dilaksanakan tidak tepat pada waktunya, tapi kalau
dilihat secara keseluruhan lebih banyak positifnya daripada negatifnya.
Mengenai
proses penerimaan menjadi keluarga baru saya kurang begitu setuju dengan cara
panitia yang pakek acara di air soalnya banyak diantara para peserta yang tidak
bisa lama-lama di air. Takutnya nanti mskipun dampaknya tidak langsung keliatan
pas acara tapi setelah acara kita tidak tahu. Itu menurut saya sangat
berbahaya. Jadinya untuk panitia saya pesan. Sebaiknya jangan memilih di air.
Karena para peserta bukan ikan yang bisa lama-lama di air. Apalagi saya yang
sangat sengsara, karena saya yang duluan direndam tapi malah saya yang terakhir
disuruh naik. Tapi tidak apa-apa karena meskipun begitu saya masih bisa
bertahan. Itu saja keluhan yang menurut saya perlu saya sampaikan, untuk yang
lainnya panitia is the best. Apalagi panitia bagian konsumsi, saya sangat
apresiasi sekali dengan kinerja dan tanggung jawabnya. Para peserta tidak
pernah telat untuk makan baik itu mulai dari sarapan, makan siang sampai makan
malam.
Selama dua
hari di Ponpes Al-Madani, banyak dampak positif yang saya rasakan daripada
dampak negatifnya. Kalau dilihat secara keseluruhan, acara pelatihan berjalan
lancar tanpa ada halangan dan rintangan yang berarti. Ini perlu dipertahankan
demi kemajuan Al-Katib kedepan. Komunitas Al-Katib memang tempat mencari keluarga
sekaligus tempat belajar. Saya minta juga untuk senior Al-Katib supaya tidak
henti-hentinya menyemangati kami para keluarga baru supaya tetap bisa
melanjutkan komunitas ini dan tidak sekedar omongan belaka. Sekian dan terima
kasih. Salam Penulis………..!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar