BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan, kepribadian dapat didefinisikan
sebagai suatu organisme dinamis dalam diri individu sebagai sistem psikofisis
yang menentukan caranya yang khas dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya
(Gordon W. Alport). Di dalam kepribadian mencakup juga tempramen, sifat dan
juga watak atau karakter dan juga kebiasaan (habit) serta tipe. Organisme dinamis, maksudnya adalah bahwa
kepribadian itu selalu berkembang dan berubah walaupun ada organisme sistem yang
mengikat dan menghubungkan sebagai komponen kepribadian. Psikofisis
menunjukkan, bahwa kepribadian bukanlah semata-mata neural (fisik), tapi
menyatakan perpaduan kerja antara aspek psikis dan fisik dalam kesatuan
kepribadian. Unsur-unsur kebiasaan yang tercakup dalam kepribadian, diasumsikan
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap gaya belajar siswa dalam
menjalankan aktivitas belajar berbahasa Inggris, misalnya walaupun tidak
seluruh komponennya memiliki kaitan yang erat.
Manusia memiliki perbedaan dalam berbagai aspek
termasuk didalamnya kepribadian. Antara manusia yang satu dengan yang lainnya
memiliki tipe kepribadian yang berbeda pula. Dalam makalah ini akan dibahas
mengenai tipe-tipe kepribadian dalam psikologi Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas terdapat
beberapa permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini, yaitu:
1.
Apakah yang dimaksud dengan
Kepribadian, dan Tipe Kepribadian ?
2.
Bagaimanakah kepribadian
Ekstrovert dan Introvert ?
3.
Bagaimanakah Pola
Penelusuran Tipologi dalam Kepribadian Islam ?
4. Bagaimanakah Bentuk-Bentuk
Tipologi Kepribadian dalam Islam ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Tipe Kepribadian
Dalam kamus Chaplin (2001:522), “tipe” memiliki pengertian sebagai “satu
pengelompokan individu yang dapat dibedakan dari orang lain karena memiliki
satu sifat khusus”. Setiap manusia memiliki kepribadian yang berbeda-beda.
Sejalan dengan itu, maka istilah kepribadian sampai saat ini belum dapat
didefenisikan secara mendetail, meskipun sudah ada beberapa teori yang membahas tentang itu.[1]
Istilah-istilah yang dikenal dalam kepribadia adalah:
1.
Mentality, yaitu situasi mental yang dihubungkan dengan kegiatan
mental atau intelektual.
2.
Personality, menurut Wibters
Dictionary, adalah:
a. The totality of personality’s characteristic
b. An integratedgroup of constitution of trends behavior
tendencies act.
3.
Individuality, sifat khas seseorang yang menyebabkan seseorang
mempunyai sifat berbeda dari orang lainnya.
4.
Identity, yaitu sifat kedirian sebagai suatu kesatuan dari
sifat-sifat mempertahankan dirinya terhadap sesuatu dari luar (unity and persistance of personality).[2]
Secara
etimologi, “kepribadian” berasal dari bahasa Latin, yaitu kata “persona” yang
berarti “topeng”. Pada awalnya kata topeng ini digunakan oleh pemain sandiwara.
Kemudian, lambat laun kata ini menjadi suatu istilah yang mengacu pada gambaran
sosial yang dimiliki seseorang. Dengan kata lain, istilah ini sering digunakan
untuk melukiskan keadaan atau penampilan fisik seseorang, gaya bicaranya,
semangat, dan gaya tarik yang
dimilikinya. Sebagian orang, kepribadian dianggap sebagai sesuatu yang dibawa
sejak lahir oleh tiap individu dan tidak dipengaruhi oleh lingkungannya. Definisi lain dikatakan, bahwa kepribadian berhubungan
dengan sifat atau ciri-ciri yang menonjol pada
diri seseorang. Demikian juga dikatakan, bahwa kepribadian merupakan
bentuk-bentuk respon tingkah laku yang menggambarkan situasi tertentu.
Price
dalam Paty (1982:11) mengatakan, kepribadian adalah jumlah keseluruhan faktor
yang dibawa sejak lahir dan faktor-faktor fisik lainnya yang berasal dari
pengalaman.
MacCudy dalam Paty (1982:150), lebih
menekankan pada aspek keunikkan dan kekhususan sifat pribadi itu, bukan pada
organisasi. Dari dasar itu, ia mendefinisikan, bahwa kepribadian adalah suatu
integritas pola-pola dan minat yang memberikan kecenderungan khusus pada
tingkah laku individu.[3]
Dari
defenisi-defenisi tersebut diatas, semakin jelas bahwa konsep tentang
kepribadian memiliki gambaran yang berbeda. Ada penyesuaian pandangan dalam
konteks dinamis yang berhubungan
dengan tingkah laku yang terintegrasikan dan menggambarkan interaksi antara
kemampuan yang diwariskan
dan adanya pengaruh lingkungan. Dalam konteks stabil, kepribadian selalu
berkembang dan mengalami perubahan. Namun, dalam perubahan itu ada pola-pola tertentu yang tetap. Oleh
karena itu, semakin dewasa semakin jelas polanya, maka semakin jelas pula
keadaan stabilitasnya.
Dengan
demikian, tipe kepribadian adalah satu pengelompokan tingkah laku sesorang,
baik yang tampil atau masih dalam bentuk potensi yang menunjukkan kekhasan
seseorang, sehingga
dianggap berbeda dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut berasal dari faktor
keturunan dan lingkungan yang sudah terintegrasikan.[4]
B.
Fungsi
Jiwa Manusia
Carl
Gustav Jung mengemukakan, bahwa manusia memiliki empat macam fungsi jiwa, yaitu
pikiran dan perasaan, keduanya berbentuk rasional. Kemudian penginderaan
(sensasi) dan intuisi, keduanya berbentuk irrasional. Rasional bekerja dengan
penilaian, pikiran melihat segala sesuatu menurut kriteria benar atau salah dan
perasa melihat segala sesuatu menurut kriteria menyenangkan atau tidak
menyenangkan. Irrasional tidak memberikan penilaian, tapi semata-mata mendapat
pengamatan. Penginderaan mendapat pengamatan dengan sadar indra, sedangkan
intuisi mendapat pengamatan secara tidak sadar naluriah.[5]
Dalam bentuk tabel, digambarkan sebagai berikut:
Fungsi jiwa manusia
Fungsi jiwa
|
Sifat jiwa
|
Cara bekerja jiwa
|
Pikiran
|
Rasional
|
Dengan penilaian: benar atau salah
|
Perasaan
|
Rasional
|
Dengan penilaian: senang atau tidak senang
|
Penginderaan
|
Irrasional
|
Tanpa penilaian: sadar indera
|
Intuisi
|
Irrasional
|
Tanpa penilaian: tidak sadar naluriah
|
C. Kepribadian Ekstrovert
dan Introvert
Berdasarkan
pada tipe sikap jiwa tersebut, Menurut Avis M Dry (1961:27:28), Jung
menghubungkan ekstrovet dengan perasaan (felling)
dan introvert dengan pikiran (thinking).
1. Kepribadian Ekstrovert
Pada
seseorang yang memiliki kepribadian ekstrovet selalu mengikuti apa yang ada di
alam (nature) dan perasaan yang ada
dalam perencanaanya kemudian segala urusannya dibatasi dengaan tiruan.
Sementara introvert cenderung bersikap tenang dan sering menarik diri dari pergaulan. Menurut Moris
(1990:455), kepribadian ekstrovert adalah suatu kepribadian yang dimiliki
seseorang berdasarkan pengaruh dari hasil orientasi dari luar diri yang
dipilihnya sebagai suatu keputusan dan jika ini dijadikan sebagai suatu kebiasaan,
maka individu tersebut masuk ke dalam kategori ekstrovert. Jung menjelaskan
bahwa ekstrovert adalah sifat terbuka dari energy fisik. Artinya, bahwa
kepribadian ekstrovert adalah sesuatu yang menarik minat seseorang terhadap
objek (manusia atau benda) di sekelilingnya dan berfungsi sebagai penghubung
antara objek-objek tersebut. Sifat ekstrovert sangat dipengaruhi oleh dunia
luar dirinya (objektif), pikiran, perasaan, dan tingkah laku sangat tergantung
pada lingkungannya. Dengan demikian, tipe ekstrovert ini memiliki sifat yang
terbuka, mudah bergaul, sering melakukan hubungan dengan orang lain.[6]
2. Kepribadian Introvert
Sedangkan
introvert, secara etimologi berarti tertutup. Dalam pandangan psikologi
kepribadian, orang yang memiliki tipe introvert selalu mengarahkan pandangan
pada dirinya sendiri. Artinya, tingkah lakunya ditentukan oleh apa yang terjadi
pada dirinya sendiri. Dunia luar bagi dirinya tidak banyak berarti dalam
bertingkah laku dan sangat sedikit beraktivitas dengan lingkungan dan biasanya
disebut dengan pendiam dan sukar diselami jiwanya.[7]
Lebih
lanjut, Jung dalam Bruno (1989:112) menjelaskan bahwa tipe manusia introvert
lebih suka memasuki jiwa imajiner. Artinya, perasaannya sangat halus dan
cenderung untuk tidak melahirkan emosi secara mencolok, sensitive terhadap
kritik, pemalu, suka menyendiri, dan bersikap tenang. Dengan demikian, tipe
kepribadian introvert ini lebih menyenangi membaca buku berjam-jam daripada
berbicara dan bergaul dengan orang lain. Disamping itu mereka memiliki IQ yang tinggi dan sangat teliti.
Tipe ini juga banyak diliputi oleh kekhawatiran, pemalu, canggung, dan sukar menyesuaikan diri dan mengekspresikan diri.
Sebagai orang yang pemalu dan sukar bergaul maka jiwanya tertutup dan kurang
menarik hati orang lain.[8]
Dengan demikian, setiap tipe ekstrovert maupun tipe
introvert masing-masing memiliki tipe: pikiran, perasaan, penginderaan, dan
intuisi sehingga tipe kepribadian manusia tersebut terbagi atas:
a.
Tipe pemikiran terbuka, dengan sifat-sifatnya: cenderung
berbuat secara praktis dan memanfaatkannya dalam kehidupan.
b.
Tipe perasaan terbuka, dengan sifat-sifatnya: cenderung
untuk ikut merasakan perasaan orang lain: sedih dan gembira, rasa hormat, rasa
sosial dalam bentuk perbuatan nyata.
c.
Tipe penginderaan terbuka, dengan sifat-sifatnya:
memiliki kehidupan pikiran dan perasaan yang dangkal. Kehidupan mentalnya
dipengaruhi perangsang lingkungan yang diterimanya dan mudah bosan terhadap
sesuatu, jiwanya labil dan kurang mantap.
d.
Tipe intuisi terbuka dengan sifat-sifatnya: cenderung
untuk bersifat avont turir karena mereka selalu akan melaksanakan secara
langsung setiap apa yang terlintas dalam pikirannya. Mereka selalu yakin
terhadap kebenaran lintasan pikiran itu.
e.
Tipe pemikiran tertutup dengan sifat-sifatnya: cenderung
menekuni pemikiran yang bersifat abstrak sehingga kurang memenfaatkan
implementasi pemikiran dalam bentuk perbuatan nyata. Kehidupan mereka
dilibatkan dalam pemikiran yang berbentuk renungan yang idealis.
f.
Perasaan tertutup dengan sifat-sifat: kehidupan mentalnya
dikuasai oleh perasaan yang mendalam. Pengaruhnya dalam kehidupan menyebabkan
meraka senang menyendiri, mencintai, dan membenci sesuatu secara bersangkutan
karena selalu dikuasai oleh perasaan yang tajam.
g.
Tipe penginderaan tertutup dengan sifat-sifat: cenderung
untuk menenggelamkan diri oleh pengaruh perangsang luar sebagai hasil
penginderaan. Mereka tenggelam dalam lamunan yang dipantulkan lingkungannya dan
diproyeksikan ke dalam kehidupan jiwa.
h.
Tipe intuisi tertutup dengan sifat-sifatnya: cenderung
untuk membuat keputusan yang cepat dan tajam tanpa didasarkan atas bukti yang
objektif. Kehidupan jiwanya mudah dipengaruhi oleh waham dan syak wasangka.[9]
D.
Pola
Penelusuran Tipologi dalam Kepribadian Islam
Tipologi
kepribadian dalam Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Sunnah banyak
ragamnya. Keragaman itu disebabkan sudut pandang dalam melihat dan mengklarifikasi ayat atau hadits Nabi
SAW tentang kepribadian. Kepribadian Islam dibagi menjadi:
1.
Tipe Mukmin
Yaitu mereka
yang beriman atau percaya kepada yang ghaib seperti (Allah, malaikat, dan ruh)
menunaikan shalat, menafkahkan rezekinya kepada fakir miskin dan yatim piatu,
beriman kepada kitab Allah, dan beriman kepada hari akhir. Tipe ini digolongkan sebagai tipe
dengan beruntung (mufidh) karena telah mendapatkan petunjuk. Al-Baqarah 3-5.
tûïÏ%©!$# tbqãZÏB÷sã Í=øtóø9$$Î/ tbqãKÉ)ãur no4qn=¢Á9$# $®ÿÊEur öNßg»uZø%yu tbqà)ÏÿZã ÇÌÈ
tûïÏ%©!$#ur tbqãZÏB÷sã !$oÿÏ3 tAÌRé& y7øs9Î) !$tBur tAÌRé& `ÏB y7Î=ö7s% ÍotÅzFy$$Î/ur ö/ãf tbqãZÏ%qã ÇÍÈ
y7Í´¯»s9'ré& 4n?tã Wèd `ÏiB öNÎgÎn/§ (
y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd cqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÎÈ
"(Yaitu) mereka yang beriman
kepada ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami
anugerahkan kepada mereka. Dan mereka “yang beriman kepada kitab (Al-Qur’an)
yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu,
serta mereka yakin dengan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap
mendapatkan petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang
beruntung.”
2.
Tipe kafir
Yaitu mereka yang ingkar terhhadapp
hal-hal yang dipercayai sebagai seorang mukmin. Tipe seperti ini digammbarkan
sebagai tipe yang sesat karena terkunci hati, pendengaran dan penglihatannya dalam
masalah kebenarannya. Al-Baqarah 6-7.
¨bÎ) úïÏ%©!$# (#rãxÿx. íä!#uqy óOÎgøn=tæ öNßgs?öxRr&uä ÷Pr& öNs9 öNèdöÉZè? w tbqãZÏB÷sã ÇÏÈ
zNtFyz ª!$# 4n?tã öNÎgÎ/qè=è% 4n?tãur öNÎgÏèôJy (
#n?tãur öNÏdÌ»|Áö/r& ×ouq»t±Ïî (
öNßgs9ur ë>#xtã ÒOÏàtã ÇÐÈ
“Sesungguhnya
orang-orang kafir sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu
beri peringatan mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati
dan pendengaran mereka, dan pendengaran mereka ditutup, dan bagi mereka siksa
yang amat berat.”
3.
Tipe Munafik
Yaitu mereka yang beriman kepada
Allah SWT dan hari akhir, tetapi imannya hanya di mulut belaka, senantiasa
hatinya ingkar. Mereka ingin menipu Allah dan orang mukmin, walaupun sebenarnya
ia menipu dirinya sendiri, sedang mereka tidak sadar. Al-Baqarah 8-14.
z`ÏBur Ĩ$¨Y9$# `tB ãAqà)t $¨YtB#uä «!$$Î/ ÏQöquø9$$Î/ur ÌÅzFy$# $tBur Nèd tûüÏYÏB÷sßJÎ/ ÇÑÈ
cqããÏ»sä ©!$# tûïÏ%©!$#ur (#qãZtB#uä $tBur cqããyøs HwÎ) öNßg|¡àÿRr& $tBur tbráãèô±o ÇÒÈ
Îû NÎgÎ/qè=è% ÖÚz£D ãNèdy#tsù ª!$# $ZÊttB (
óOßgs9ur ë>#xtã 7OÏ9r& $yJÎ/ (#qçR%x. tbqç/Éõ3t ÇÊÉÈ
#sÎ)ur @Ï% öNßgs9 w (#rßÅ¡øÿè? Îû ÇÚöF{$# (#þqä9$s% $yJ¯RÎ) ß`øtwU cqßsÎ=óÁãB ÇÊÊÈ
Iwr& öNßg¯RÎ) ãNèd tbrßÅ¡øÿßJø9$# `Å3»s9ur w tbráãèô±o ÇÊËÈ
#sÎ)ur @Ï% öNßgs9 (#qãYÏB#uä !$yJx. z`tB#uä â¨$¨Z9$# (#þqä9$s% ß`ÏB÷sçRr& !$yJx. z`tB#uä âä!$ygxÿ¡9$# 3
Iwr& öNßg¯RÎ) ãNèd âä!$ygxÿ¡9$# `Å3»s9ur w tbqßJn=ôèt ÇÊÌÈ
#sÎ)ur (#qà)s9 tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqä9$s% $¨YtB#uä #sÎ)ur (#öqn=yz 4n<Î) öNÎgÏYÏÜ»ux© (#þqä9$s% $¯RÎ) öNä3yètB $yJ¯RÎ) ß`øtwU tbrâäÌöktJó¡ãB ÇÊÍÈ
“Di antara mereka ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan hari
kemudian,” padahal merekaitu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman,
padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam
hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka
siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. Dan bila dikatakan kepada mereka:
“Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya
kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”. Ingatlah, sesungguhnya mereka
itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. Apabila
dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah
beriman?”Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka
tidak tahu. Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka
mengatakan: “Kami telah beriman”. Dan apabila mereka kembal kepada
syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian
dengan kamu, kami hanyalah
berolok-olok”.[10]
E.
Bentuk-Bentuk
Tipologi Kepribadian dalam Islam
Disini akan membahas
tiga tipe manusia, yaitu tipe yang berkepribadian ammarah, kepribadian lawwamah,
dan kepribadian muthmainnah.
1) Tipologi Kepribadian Ammarah
Kepribadian ammarah adalah kepribadian yang
cenderung melakukan perbuatan-perbuatan yang rendah sesuai dengan naluri primitifnya, sehingga ia merupakan
tempat dan sumber kejelekan dan perbuatan tercela. Ia mengikuti tabiat jasad
dan mengejar
pada prinsip-prinsip kenikmatan
(pleasure principle) syahwati. Bentuk-bentuk tipologi kepribadian ammarah adalah, syirik, kufur, riya’,
nifaq, zindiq, bid’ah, sihir, membangga-banggakan kekayaan, dll.
2) Tipologi Kepribadian Lawwamah
Kepribadian lawwamah adalah kepribadian yang
mencela perbuatan buruknya setelah memperoleh cahaya
kalbu. Ia bangkit untuk memperbaiki kebimbangannya dan kadang-kadang tumbuh
perbuatan yang buruk yang disebabkan oleh watak gelap (zhulma-niyyah)-nya,
tetapi kemudian diingatkan oleh nur Ilahi, sehinnga ia bertaubat dan memohon
ampunan (istighfar). Bentuk-bentuk tipologi kepribadian ini sulit sekali untuk
ditentukan, sebab ia merupakan kepribadian antara, yakni antara kepribadian
ammarah dan muthmainnah, yang bernilai netral. Maksud netral disini dapat
berarti:
1)
Tidak memiliki nilai buruk atau nilai baik, tetapi dengan
nilai gesekan motivasi, netralitas suatu tingkah laku itu akan menjadi baik
atau akan menjadi buruk.
2) Ia
bernilai baik menurut ukuran manusia, tetapi belum tentu baik menurut ukuran
Tuhan, seperti rasionalitas, moralitas, dan sosialitas yang dimotivasi oleh
antroposentris (insaniyah).
3) Tipologi Kepribadian Muthmainnah
Kepribadian Muthmainnah adalah kepribadian
yang tenang setelah diberi kesempurnaan nur
kalbu, sehingga dapat meninggalkan sifat-sifat tercela dan tumbuh sifat-sifat
yang baik. Kepribadian ini selalu berorientasi ke komponen kalbu untuk
mendapatkan kesucian dan menghilangkan
segala kekotoran.[11] Bentuk-bentuk
kepribadian ini sebagaimana pernah digambarkan dalam hadis Nabi Muhammad SAW
yang dibagi atas tiga bagian:
a. Kepribadian Mukmin,
yang memiliki enam bentuk kepribadian yaitu, kepribadian Rabbani atau Illahi,
kepribadian Malaki, kepribadian Qurani, kepribadian Rasuli, kepribadian Yawn akhiri
dan kepribadian Taqdiri.
b. Kepribadian Muslim,
yang memiliki lima bentuk kepribadian yaitu kepribadian Syahadatain,
kepribadian Mushalli, kepribadian Shaim, kepribadian Muzakki, dan kepribadian Haji.
c. Kepribadian Muhsin,
yang memiliki multibentuk kepribadian. Banyak ulama merumuskan jenis-jenis
kepribadian muhsin, namun rumusan yang paling lengkap sebagaimana yang dikemukakan oleh Abu Ismail Abdullah al-Anshari yaitu sbb:
o
Tingakatan
permulaan, mmeliputi kesadaran, taubat, introspeksi, kembali kejalan Allah,
berfikir, berzikir, menjaga diri, lari dari keburukan menuju jalan Allah,
latihan spiritual, dan mendengar dengan suara hati.
o
Tingkatan
pintu-pintu masuk, meliputi kesedihan, ketakutan, kekhusyu’an, rendah diri di hadapan Allah,
ketekunan, harapan, dan kecintaan.
o
Tingkatan
pergaulan, meliputi pemeliharaan
diri, menghadirkan hati kepada Allah, kehormatan, ketulusan, pendidikan,
kontinue, tawakkal, pelimpahan wewenang, keterpecayaan dan penyerahan.
o
Tingkatan etika,
meliputi sabar, rela,
berterima kasih, malu, jujur, mementingkan orang lain, kerendahan hati dan
kejantanan.
o
Tingkatan pokok,
meliputi tujuan, tekad,
hasrat, sopan santun, keyakinan, keintiman, mengingat, butuh rahmat dan merasa
kaya materi.
o
Tingkatan
terapi, meliputi baik, ilmu,
hikmah, pandangan batin, firasat, kehormatan, ilham, ketenangan, ketentraman
dan cita-cita.
o
Tingkatan
keadaan, meliputi cinta, cemburu,
rindu, kegoncangan, haus, suka cita, keheranan, kilat, dan cita rasa.
o
Tingkatan
kewalian, meliputi sadar setelah
memperhatikan, waktu, jernih, gembira, rahasia, napas, keterasingan, tenggelam,
dan kesanggupan hati.
o
Tingkatan
hakikat, meliputi ketersingkapan,
penyaksian, keterlihatan, hidup, ketergenggaman, keterbentangan, mabuk, lupa,
ketersambungan, dan keterpisahan.
o
Tingkatan
puncak, meliputi pengetahuan yang
ghaib, peniadaan materi, penetapan ruhani, pembuktian, mendapatkan,
pengosongan, ketersendirian, penyatuan, dan pentauhidan.[12]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tipe memiliki
pengertian sebagai “satu pengelompokan individu yang dapat dibedakan dari orang
lain karena memiliki satu sifat khusus”. Sedangkan kepribadian merupakan bentuk-bentuk
respons tingkah laku yang menggambarkan situasi tertentu. Jadi, tipe kepribadian adalah satu pengelompokan tingkah
laku sesorang, baik yang tampil atau masih dalam bentuk potensi yang
menunjukkan kekhasan seseoang, sehingga dianggap berbeda dengan yang lainnya. Perbedaan
tersebut berasal dari faktor keturunan dan lingkungan yang sudah
terintegrasikan.
Menurut Carl Gustav
Jung, ada dua sifat dasar tipologi manusia, yaitu ekstraversi (ekstraversion)
dan introversi (introversion). Ekstraversi (ekstrovert) diartikan sebagai
keramahan, terus terang, cepat akrab, berakomodasi secara natural, dan mudah
menyesuaikan diri dengan berbagai situasi, jarang merasakan was-was, sering
berspekulasi dengan sembrono pada situasi yang belum dikenal. Sedangkan
introversi (introvert), berhubungan dengan keragu-raguan, reflekstif, defensif,
menarik diri dari objek, dan senang bersembunyi di balik rasa ketidakpercayaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul Mujib, Kepribadian
Dalam Psikologi Islam. Jakarta : PT Raja
Gravindo Persada, 2006
Http://amarsuteja.blogspot.com/2012/10/kepribadian-dalam-pandangan-islam.html
Jalaluddin, Psikologi Agama. Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada, 2008
Rafy Sapuri, Psikologi Islam. Jakarta : Rajawali Pers, 2009)
[10]http://amarsuteja.blogspot.com/2012/10/kepribadian-dalam-pandangan-islam.html, diakses pada tanggal 20 Mei 2013
[11]Abdul Mujib, Kepribadian Dalam
Psiklogi Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), h. 175-177
artikel bagus, periksa lagi postingannya terutama di ayat qur'an
BalasHapus