“Hiduplah Seperti Pohon Kayu Yang Lebat Buahnya, Hidup Di Tepi Jalan Dan Dilempari Orang Dengan Batu, Tetapi Dibalas Dengan Buah” (Abu Bakar Sibli)

Sabtu, 03 Mei 2014

Psikologi Belajar : Tipe-Tipe Kepribadian Dalam Islam

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan, kepribadian dapat didefinisikan sebagai suatu organisme dinamis dalam diri individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya (Gordon W. Alport). Di dalam kepribadian mencakup juga tempramen, sifat dan juga watak atau karakter dan juga kebiasaan (habit) serta tipe. Organisme dinamis, maksudnya adalah bahwa kepribadian itu selalu berkembang dan berubah walaupun ada organisme sistem yang mengikat dan menghubungkan sebagai komponen kepribadian. Psikofisis menunjukkan, bahwa kepribadian bukanlah semata-mata neural (fisik), tapi menyatakan perpaduan kerja antara aspek psikis dan fisik dalam kesatuan kepribadian. Unsur-unsur kebiasaan yang tercakup dalam kepribadian, diasumsikan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap gaya belajar siswa dalam menjalankan aktivitas belajar berbahasa Inggris, misalnya walaupun tidak seluruh komponennya memiliki kaitan yang erat.
Manusia memiliki perbedaan dalam berbagai aspek termasuk didalamnya kepribadian. Antara manusia yang satu dengan yang lainnya memiliki tipe kepribadian yang berbeda pula. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai tipe-tipe kepribadian dalam psikologi Islam.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas terdapat beberapa permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini, yaitu:
1.      Apakah yang dimaksud dengan Kepribadian, dan Tipe Kepribadian ?
2.      Bagaimanakah kepribadian Ekstrovert dan Introvert ?
3.      Bagaimanakah Pola Penelusuran Tipologi dalam Kepribadian Islam ?
4.      Bagaimanakah Bentuk-Bentuk Tipologi Kepribadian dalam Islam ?




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Tipe Kepribadian
            Dalam kamus Chaplin (2001:522),tipe” memiliki pengertian sebagai “satu pengelompokan individu yang dapat dibedakan dari orang lain karena memiliki satu sifat khusus”. Setiap manusia memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Sejalan dengan itu, maka istilah kepribadian sampai saat ini belum dapat didefenisikan secara mendetail, meskipun sudah ada beberapa teori  yang membahas tentang itu.[1]
Istilah-istilah yang dikenal dalam kepribadia adalah:
1.      Mentality, yaitu situasi mental yang dihubungkan dengan kegiatan mental atau intelektual.
2.      Personality, menurut Wibters Dictionary, adalah:
a.      The totality of personality’s characteristic
b.      An integratedgroup of constitution of trends behavior tendencies act.
3.      Individuality, sifat khas seseorang yang menyebabkan seseorang mempunyai sifat berbeda dari orang lainnya.
4.      Identity, yaitu sifat kedirian sebagai suatu kesatuan dari sifat-sifat mempertahankan dirinya terhadap sesuatu dari luar (unity and persistance of personality).[2]
            Secara etimologi, “kepribadian” berasal dari bahasa Latin, yaitu kata “persona” yang berarti “topeng”. Pada awalnya kata topeng ini digunakan oleh pemain sandiwara. Kemudian, lambat laun kata ini menjadi suatu istilah yang mengacu pada gambaran sosial yang dimiliki seseorang. Dengan kata lain, istilah ini sering digunakan untuk melukiskan keadaan atau penampilan fisik seseorang, gaya bicaranya, semangat, dan gaya tarik yang dimilikinya. Sebagian orang, kepribadian dianggap sebagai sesuatu yang dibawa sejak lahir oleh tiap individu dan tidak dipengaruhi oleh lingkungannya. Definisi lain dikatakan, bahwa kepribadian berhubungan dengan sifat atau ciri-ciri yang menonjol pada diri seseorang. Demikian juga dikatakan, bahwa kepribadian merupakan bentuk-bentuk respon tingkah laku yang menggambarkan situasi tertentu.
            Price dalam Paty (1982:11) mengatakan, kepribadian adalah jumlah keseluruhan faktor yang dibawa sejak lahir dan faktor-faktor fisik lainnya yang berasal dari pengalaman.
            MacCudy dalam Paty (1982:150), lebih menekankan pada aspek keunikkan dan kekhususan sifat pribadi itu, bukan pada organisasi. Dari dasar itu, ia mendefinisikan, bahwa kepribadian adalah suatu integritas pola-pola dan minat yang memberikan kecenderungan khusus pada tingkah laku individu.[3]
            Dari defenisi-defenisi tersebut diatas, semakin jelas bahwa konsep tentang kepribadian memiliki gambaran yang berbeda. Ada penyesuaian pandangan dalam konteks dinamis yang berhubungan dengan tingkah laku yang terintegrasikan dan menggambarkan interaksi antara kemampuan yang diwariskan dan adanya pengaruh lingkungan. Dalam konteks stabil, kepribadian selalu berkembang dan mengalami perubahan. Namun, dalam perubahan itu  ada pola-pola tertentu yang tetap. Oleh karena itu, semakin dewasa semakin jelas polanya, maka semakin jelas pula keadaan stabilitasnya.
            Dengan demikian, tipe kepribadian adalah satu pengelompokan tingkah laku sesorang, baik yang tampil atau masih dalam bentuk potensi yang menunjukkan kekhasan seseorang, sehingga dianggap berbeda dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut berasal dari faktor keturunan dan lingkungan yang sudah terintegrasikan.[4]
B.     Fungsi Jiwa Manusia
            Carl Gustav Jung mengemukakan, bahwa manusia memiliki empat macam fungsi jiwa, yaitu pikiran dan perasaan, keduanya berbentuk rasional. Kemudian penginderaan (sensasi) dan intuisi, keduanya berbentuk irrasional. Rasional bekerja dengan penilaian, pikiran melihat segala sesuatu menurut kriteria benar atau salah dan perasa melihat segala sesuatu menurut kriteria menyenangkan atau tidak menyenangkan. Irrasional tidak memberikan penilaian, tapi semata-mata mendapat pengamatan. Penginderaan mendapat pengamatan dengan sadar indra, sedangkan intuisi mendapat pengamatan secara tidak sadar naluriah.[5]
Dalam bentuk tabel, digambarkan sebagai berikut:
Fungsi jiwa manusia
Fungsi jiwa
Sifat jiwa
                        Cara bekerja jiwa
Pikiran
Rasional
Dengan penilaian: benar atau salah
Perasaan
Rasional
Dengan penilaian: senang atau tidak senang
Penginderaan
Irrasional
Tanpa penilaian: sadar indera
Intuisi
Irrasional
Tanpa penilaian: tidak sadar naluriah

C.    Kepribadian Ekstrovert dan Introvert
            Berdasarkan pada tipe sikap jiwa tersebut, Menurut Avis M Dry (1961:27:28), Jung menghubungkan ekstrovet dengan perasaan (felling) dan introvert dengan pikiran (thinking).
1.      Kepribadian Ekstrovert
Pada seseorang yang memiliki kepribadian ekstrovet selalu mengikuti apa yang ada di alam (nature) dan perasaan yang ada dalam perencanaanya kemudian segala urusannya dibatasi dengaan tiruan. Sementara introvert cenderung bersikap tenang dan sering menarik diri dari pergaulan. Menurut Moris (1990:455), kepribadian ekstrovert adalah suatu kepribadian yang dimiliki seseorang berdasarkan pengaruh dari hasil orientasi dari luar diri yang dipilihnya sebagai suatu keputusan dan jika ini dijadikan sebagai suatu kebiasaan, maka individu tersebut masuk ke dalam kategori ekstrovert. Jung menjelaskan bahwa ekstrovert adalah sifat terbuka dari energy fisik. Artinya, bahwa kepribadian ekstrovert adalah sesuatu yang menarik minat seseorang terhadap objek (manusia atau benda) di sekelilingnya dan berfungsi sebagai penghubung antara objek-objek tersebut. Sifat ekstrovert sangat dipengaruhi oleh dunia luar dirinya (objektif), pikiran, perasaan, dan tingkah laku sangat tergantung pada lingkungannya. Dengan demikian, tipe ekstrovert ini memiliki sifat yang terbuka, mudah bergaul, sering melakukan hubungan dengan orang lain.[6]

2.      Kepribadian Introvert
Sedangkan introvert, secara etimologi berarti tertutup. Dalam pandangan psikologi kepribadian, orang yang memiliki tipe introvert selalu mengarahkan pandangan pada dirinya sendiri. Artinya, tingkah lakunya ditentukan oleh apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Dunia luar bagi dirinya tidak banyak berarti dalam bertingkah laku dan sangat sedikit beraktivitas dengan lingkungan dan biasanya disebut dengan pendiam dan sukar diselami jiwanya.[7]
Lebih lanjut, Jung dalam Bruno (1989:112) menjelaskan bahwa tipe manusia introvert lebih suka memasuki jiwa imajiner. Artinya, perasaannya sangat halus dan cenderung untuk tidak melahirkan emosi secara mencolok, sensitive terhadap kritik, pemalu, suka menyendiri, dan bersikap tenang. Dengan demikian, tipe kepribadian introvert ini lebih menyenangi membaca buku berjam-jam daripada berbicara dan bergaul dengan orang lain. Disamping itu mereka  memiliki IQ yang tinggi dan sangat teliti. Tipe ini juga banyak diliputi oleh kekhawatiran, pemalu, canggung, dan sukar  menyesuaikan diri dan mengekspresikan diri. Sebagai orang yang pemalu dan sukar bergaul maka jiwanya tertutup dan kurang menarik hati orang lain.[8]
Dengan demikian, setiap tipe ekstrovert maupun tipe introvert masing-masing memiliki tipe: pikiran, perasaan, penginderaan, dan intuisi sehingga tipe kepribadian manusia tersebut terbagi atas:
a.       Tipe pemikiran terbuka, dengan sifat-sifatnya: cenderung berbuat secara praktis dan memanfaatkannya dalam kehidupan.
b.      Tipe perasaan terbuka, dengan sifat-sifatnya: cenderung untuk ikut merasakan perasaan orang lain: sedih dan gembira, rasa hormat, rasa sosial dalam bentuk perbuatan nyata.
c.       Tipe penginderaan terbuka, dengan sifat-sifatnya: memiliki kehidupan pikiran dan perasaan yang dangkal. Kehidupan mentalnya dipengaruhi perangsang lingkungan yang diterimanya dan mudah bosan terhadap sesuatu, jiwanya labil dan kurang mantap.
d.      Tipe intuisi terbuka dengan sifat-sifatnya: cenderung untuk bersifat avont turir karena mereka selalu akan melaksanakan secara langsung setiap apa yang terlintas dalam pikirannya. Mereka selalu yakin terhadap kebenaran lintasan pikiran itu.
e.       Tipe pemikiran tertutup dengan sifat-sifatnya: cenderung menekuni pemikiran yang bersifat abstrak sehingga kurang memenfaatkan implementasi pemikiran dalam bentuk perbuatan nyata. Kehidupan mereka dilibatkan dalam pemikiran yang berbentuk renungan yang idealis.
f.       Perasaan tertutup dengan sifat-sifat: kehidupan mentalnya dikuasai oleh perasaan yang mendalam. Pengaruhnya dalam kehidupan menyebabkan meraka senang menyendiri, mencintai, dan membenci sesuatu secara bersangkutan karena selalu dikuasai oleh perasaan yang tajam.
g.      Tipe penginderaan tertutup dengan sifat-sifat: cenderung untuk menenggelamkan diri oleh pengaruh perangsang luar sebagai hasil penginderaan. Mereka tenggelam dalam lamunan yang dipantulkan lingkungannya dan diproyeksikan ke dalam kehidupan jiwa.
h.      Tipe intuisi tertutup dengan sifat-sifatnya: cenderung untuk membuat keputusan yang cepat dan tajam tanpa didasarkan atas bukti yang objektif. Kehidupan jiwanya mudah dipengaruhi oleh waham dan syak wasangka.[9]

D.    Pola Penelusuran Tipologi dalam Kepribadian Islam
Tipologi kepribadian dalam Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Sunnah banyak ragamnya. Keragaman itu disebabkan sudut pandang dalam melihat dan mengklarifikasi ayat atau hadits Nabi SAW tentang kepribadian. Kepribadian Islam dibagi menjadi:

1.      Tipe Mukmin
Yaitu mereka yang beriman atau percaya kepada yang ghaib seperti (Allah, malaikat, dan ruh) menunaikan shalat, menafkahkan rezekinya kepada fakir miskin dan yatim piatu, beriman kepada kitab Allah, dan beriman kepada hari akhir. Tipe ini digolongkan sebagai tipe dengan beruntung (mufidh) karena telah mendapatkan petunjuk. Al-Baqarah 3-5.
tûïÏ%©!$# tbqãZÏB÷sムÍ=øtóø9$$Î/ tbqãKÉ)ãƒur no4qn=¢Á9$# $®ÿÊEur öNßg»uZø%yu tbqà)ÏÿZムÇÌÈ  
tûïÏ%©!$#ur tbqãZÏB÷sム!$oÿÏ3 tAÌRé& y7øs9Î) !$tBur tAÌRé& `ÏB y7Î=ö7s% ÍotÅzFy$$Î/ur ö/ãf tbqãZÏ%qムÇÍÈ  
y7Í´¯»s9'ré& 4n?tã Wèd `ÏiB öNÎgÎn/§ ( y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd šcqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÎÈ 
"(Yaitu) mereka yang beriman kepada ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka “yang beriman kepada kitab (Al-Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin dengan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapatkan petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
2.      Tipe kafir
Yaitu mereka yang ingkar terhhadapp hal-hal yang dipercayai sebagai seorang mukmin. Tipe seperti ini digammbarkan sebagai tipe yang sesat karena terkunci hati, pendengaran dan penglihatannya dalam masalah kebenarannya. Al-Baqarah 6-7.   
¨bÎ) šúïÏ%©!$# (#rãxÿx. íä!#uqy óOÎgøŠn=tæ öNßgs?öxRr&uä ÷Pr& öNs9 öNèdöÉZè? Ÿw tbqãZÏB÷sムÇÏÈ  
zNtFyz ª!$# 4n?tã öNÎgÎ/qè=è% 4n?tãur öNÎgÏèôJy ( #n?tãur öNÏd̍»|Áö/r& ×ouq»t±Ïî ( öNßgs9ur ë>#xtã ÒOŠÏàtã ÇÐÈ  
“Sesungguhnya orang-orang kafir sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan pendengaran mereka ditutup, dan bagi mereka siksa yang amat berat.”

3.      Tipe Munafik
Yaitu mereka yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, tetapi imannya hanya di mulut belaka, senantiasa hatinya ingkar. Mereka ingin menipu Allah dan orang mukmin, walaupun sebenarnya ia menipu dirinya sendiri, sedang mereka tidak sadar. Al-Baqarah 8-14.
z`ÏBur Ĩ$¨Y9$# `tB ãAqà)tƒ $¨YtB#uä «!$$Î/ ÏQöquø9$$Î/ur ̍ÅzFy$# $tBur Nèd tûüÏYÏB÷sßJÎ/ ÇÑÈ  
šcqããÏ»sƒä ©!$# tûïÏ%©!$#ur (#qãZtB#uä $tBur šcqããyøƒs HwÎ) öNßg|¡àÿRr& $tBur tbráãèô±o ÇÒÈ  
Îû NÎgÎ/qè=è% ÖÚz£D ãNèdyŠ#tsù ª!$# $ZÊttB ( óOßgs9ur ë>#xtã 7OŠÏ9r& $yJÎ/ (#qçR%x. tbqç/Éõ3tƒ ÇÊÉÈ  
#sŒÎ)ur Ÿ@ŠÏ% öNßgs9 Ÿw (#rßÅ¡øÿè? Îû ÇÚöF{$# (#þqä9$s% $yJ¯RÎ) ß`øtwU šcqßsÎ=óÁãB ÇÊÊÈ  
Iwr& öNßg¯RÎ) ãNèd tbrßÅ¡øÿßJø9$# `Å3»s9ur žw tbráãèô±o ÇÊËÈ  
#sŒÎ)ur Ÿ@ŠÏ% öNßgs9 (#qãYÏB#uä !$yJx. z`tB#uä â¨$¨Z9$# (#þqä9$s% ß`ÏB÷sçRr& !$yJx. z`tB#uä âä!$ygxÿ¡9$# 3 Iwr& öNßg¯RÎ) ãNèd âä!$ygxÿ¡9$# `Å3»s9ur žw tbqßJn=ôètƒ ÇÊÌÈ  
#sŒÎ)ur (#qà)s9 tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqä9$s% $¨YtB#uä #sŒÎ)ur (#öqn=yz 4n<Î) öNÎgÏYŠÏÜ»ux© (#þqä9$s% $¯RÎ) öNä3yètB $yJ¯RÎ) ß`øtwU tbrâäÌöktJó¡ãB ÇÊÍÈ  


“Di antara mereka ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,” padahal merekaitu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman?”Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu. Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman”. Dan apabila mereka kembal kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok”.[10]

E.     Bentuk-Bentuk Tipologi Kepribadian dalam Islam
Disini akan membahas tiga tipe manusia, yaitu tipe yang berkepribadian ammarah, kepribadian lawwamah, dan kepribadian muthmainnah.
1)      Tipologi Kepribadian Ammarah
                        Kepribadian ammarah adalah kepribadian yang cenderung melakukan perbuatan-perbuatan yang rendah sesuai dengan naluri primitifnya, sehingga ia merupakan tempat dan sumber kejelekan dan perbuatan tercela. Ia mengikuti tabiat jasad dan mengejar pada prinsip-prinsip kenikmatan  (pleasure principle) syahwati. Bentuk-bentuk tipologi kepribadian ammarah adalah, syirik, kufur, riya’, nifaq, zindiq, bid’ah, sihir, membangga-banggakan kekayaan, dll.
2)      Tipologi Kepribadian Lawwamah
                        Kepribadian lawwamah adalah kepribadian yang mencela perbuatan buruknya setelah memperoleh cahaya kalbu. Ia bangkit untuk memperbaiki kebimbangannya dan kadang-kadang tumbuh perbuatan yang buruk yang disebabkan oleh watak gelap (zhulma-niyyah)-nya, tetapi kemudian diingatkan oleh nur Ilahi, sehinnga ia bertaubat dan memohon ampunan (istighfar). Bentuk-bentuk tipologi kepribadian ini sulit sekali untuk ditentukan, sebab ia merupakan kepribadian antara, yakni antara kepribadian ammarah dan muthmainnah, yang bernilai netral. Maksud netral disini dapat berarti:
1)      Tidak memiliki nilai buruk atau nilai baik, tetapi dengan nilai gesekan motivasi, netralitas suatu tingkah laku itu akan menjadi baik atau akan menjadi buruk.
2)      Ia bernilai baik menurut ukuran manusia, tetapi belum tentu baik menurut ukuran Tuhan, seperti rasionalitas, moralitas, dan sosialitas yang dimotivasi oleh antroposentris (insaniyah).

3)      Tipologi Kepribadian Muthmainnah
                        Kepribadian Muthmainnah adalah kepribadian yang tenang setelah diberi kesempurnaan nur kalbu, sehingga dapat meninggalkan sifat-sifat tercela dan tumbuh sifat-sifat yang baik. Kepribadian ini selalu berorientasi ke komponen kalbu untuk mendapatkan kesucian  dan menghilangkan segala kekotoran.[11] Bentuk-bentuk kepribadian ini sebagaimana pernah digambarkan dalam hadis Nabi Muhammad SAW yang dibagi atas tiga bagian:
a.       Kepribadian Mukmin, yang memiliki enam bentuk kepribadian yaitu, kepribadian Rabbani atau Illahi, kepribadian Malaki, kepribadian Qurani, kepribadian Rasuli, kepribadian Yawn akhiri dan kepribadian Taqdiri.
b.      Kepribadian Muslim, yang memiliki lima bentuk kepribadian yaitu kepribadian Syahadatain, kepribadian Mushalli, kepribadian Shaim, kepribadian Muzakki, dan kepribadian Haji.
c.       Kepribadian Muhsin, yang memiliki multibentuk kepribadian. Banyak ulama merumuskan jenis-jenis kepribadian muhsin, namun rumusan yang paling lengkap sebagaimana yang dikemukakan  oleh Abu Ismail Abdullah al-Anshari yaitu sbb:
o   Tingakatan permulaan, mmeliputi kesadaran, taubat, introspeksi, kembali kejalan Allah, berfikir, berzikir, menjaga diri, lari dari keburukan menuju jalan Allah, latihan spiritual, dan mendengar dengan suara hati.
o   Tingkatan pintu-pintu masuk, meliputi kesedihan, ketakutan,  kekhusyu’an, rendah diri di hadapan Allah, ketekunan, harapan, dan kecintaan.
o   Tingkatan pergaulan, meliputi pemeliharaan diri, menghadirkan hati kepada Allah, kehormatan, ketulusan, pendidikan, kontinue, tawakkal, pelimpahan wewenang, keterpecayaan dan penyerahan.
o   Tingkatan etika, meliputi sabar, rela, berterima kasih, malu, jujur, mementingkan orang lain, kerendahan hati dan kejantanan.
o   Tingkatan pokok, meliputi tujuan, tekad, hasrat, sopan santun, keyakinan, keintiman, mengingat, butuh rahmat dan merasa kaya materi.
o   Tingkatan terapi, meliputi baik, ilmu, hikmah, pandangan batin, firasat, kehormatan, ilham, ketenangan, ketentraman dan cita-cita.
o   Tingkatan keadaan, meliputi cinta, cemburu, rindu, kegoncangan, haus, suka cita, keheranan, kilat, dan cita rasa.
o   Tingkatan kewalian, meliputi sadar setelah memperhatikan, waktu, jernih, gembira, rahasia, napas, keterasingan, tenggelam, dan kesanggupan hati.
o   Tingkatan hakikat, meliputi ketersingkapan, penyaksian, keterlihatan, hidup, ketergenggaman, keterbentangan, mabuk, lupa, ketersambungan, dan keterpisahan.
o   Tingkatan puncak, meliputi pengetahuan yang ghaib, peniadaan materi, penetapan ruhani, pembuktian, mendapatkan, pengosongan, ketersendirian, penyatuan, dan pentauhidan.[12]



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Tipe memiliki pengertian sebagai “satu pengelompokan individu yang dapat dibedakan dari orang lain karena memiliki satu sifat khusus”. Sedangkan kepribadian merupakan bentuk-bentuk respons tingkah laku yang menggambarkan situasi tertentu. Jadi, tipe kepribadian adalah satu pengelompokan tingkah laku sesorang, baik yang tampil atau masih dalam bentuk potensi yang menunjukkan kekhasan seseoang, sehingga dianggap berbeda dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut berasal dari faktor keturunan dan lingkungan yang sudah terintegrasikan.
Menurut Carl Gustav Jung, ada dua sifat dasar tipologi manusia, yaitu ekstraversi (ekstraversion) dan introversi (introversion). Ekstraversi (ekstrovert) diartikan sebagai keramahan, terus terang, cepat akrab, berakomodasi secara natural, dan mudah menyesuaikan diri dengan berbagai situasi, jarang merasakan was-was, sering berspekulasi dengan sembrono pada situasi yang belum dikenal. Sedangkan introversi (introvert), berhubungan dengan keragu-raguan, reflekstif, defensif, menarik diri dari objek, dan senang bersembunyi di balik rasa ketidakpercayaan.




DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mujib, Kepribadian Dalam Psikologi Islam. Jakarta : PT Raja Gravindo Persada, 2006
Http://amarsuteja.blogspot.com/2012/10/kepribadian-dalam-pandangan-islam.html
Jalaluddin, Psikologi Agama. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2008
Rafy Sapuri, Psikologi Islam. Jakarta : Rajawali Pers, 2009)




[1] Rafy Sapuri, Psikologi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.149
[2] Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2008), h.191-192
[3] Rafy Sapuri, Psikologi Islam..., h.149
[4] Ibid., h.151
[5] Ibid., h. 151-152
[6] Ibid., h. 152-153
[7] Ibid., h. 154
[8] Ibid., h. 154-155
[9] Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2008), h. 200-202
[11]Abdul Mujib, Kepribadian Dalam Psiklogi Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), h. 175-177
[12]Ibid.,  h. 179-181

1 komentar:

Copyright @ 2013 (Anwar Sadat )_Abadikan Nama dengan Menulis.