“Hiduplah Seperti Pohon Kayu Yang Lebat Buahnya, Hidup Di Tepi Jalan Dan Dilempari Orang Dengan Batu, Tetapi Dibalas Dengan Buah” (Abu Bakar Sibli)

Selasa, 08 Oktober 2013

Resume Filsafat Pendidikan



HAKIKAT  HUBUNGAN FILSAFAT, MANUSIA DAN PENDIDIKAN

A.    PANDANGAN FILSAFAT TENTANG HAKIKAT MANUSIA
            Ilmu yang mempelajari tentang hakikat manusia disebut antropologi filsafat. Dalam hal ini ada empat aliran yang akan dibahas. Pertama, Aliran serba zat. Aliran ini mengatakan yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah zat atau materi. Alam ini adalah zat atau materi dan manusia adalah unsur dari alam. Maka dari itu manusia adalah zat atau materi. Kedua, Aliran serba roh. Aliran ini berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia ini ialah roh. Hakikat manusia juga adalah roh. Sementara zat adalah manifestasi dari roh. Ketiga, Aliran dualisme. Aliran ini menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua substansi, yaitu jasmani dan rohani. Kedua subtansi ini masing-masing merupakan unsur asal, yang adanya tidak tergantung satu sama lain. Keempat, Aliran eksistensialisme. Aliran filasat modern berpandangan bahwa hakikat manusia merupakan eksistensi dari manusia. Hakikat manusia adalah apa yang menguasai manusia secara menyeluruh. Di sini, manusia di pandang tidak dari sudut serba zat atau serba roh atau dualisme, tetapi dari segi eksistensi manusia di dunia ini.
Filsafat berpandangan bahwa hakikat manusia itu berkaitan antara badan dan roh. Islam secara tegas mengatakan bahwa badan dan roh adalah substansi alam, sedangkan alam adalah mahluk dan keduanya di ciptakan oleh Allah. Dalam hal ini, di jelaskan bahwa proses perkembangan dan pertumbuhan manusia menurut hukum alam materil. Menurut islam, manusia terdiri dari substansi materi dari bumi dan roh yang berasal dari Tuhan. Oleh karena itu, hakikat manusia adalah roh sedangkan jasad nya hanyalah alat yang di pergunakan oleh roh semata. Tanpa kedua substansi tersebut tidak dapat di katakana manusia.
Manusia memiliki banyak sifat yang serupa dengan mahluk lain. Mesti demikian, ada seperangkat perbedaan antara manusia dengan mahluk lain, yang menganugerahi keunggulan pada manusia. Kenyataan inilah yang terkadang membuat manusia mempunyai pandangan yang berbeda. Suatu saat manusia akan berfikir bahwa mereka adalah salah satu anggota marga satwa (animal kingdom) di saat lain dia juga akan merasa warga dunia idea dan nilai. Pandangan seperti itulah yang pada akhirnya akan memperlihatkan keberadaan manusia secara utuh bahwa mereka adalah pencari kebenaran.
Islam berpandangan bahwa hakikat manusia merupakan perakitan anatara badan dan roh. Islam mengatakan dengan tegas bahwa kedua substansi ini adalah substansi alam. Islam memandang permasalahan roh merupakan suatu hal yang terbatas untuk dipelajari secara mendalam (QS-Al-isra’ : 85). Karena itu, banyak ilmu yang telah dimiliki manusia, namun sampai kapanpun tidak akan bisa melebihi Tuhannya.

B.     KEDUDUKAN FILSAFAT DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
            Kebenaran dalam pengetahuan yang di terima filsafat adalah apabila isi pengetahuan yang di usahakan dengan objek yang di ketahui yang di dasari oleh kebebasan berfikir (di atur oleh logika ) untuk menyelidiki atau tata pikir yang bermetoda, bersistem, dan berlaku universal, sehingga dengan demikian filsafat adalah merupakan ilmu yang berusaha mencari ketetapan dan sebab-sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu (seluruh dunia dan alam ini), sebagai pandangan hidup. Apabila pandangan ini mengenai manusia adalah meliputi segala soal hidup manusia : pikiran, budi, tingkah laku dan nilai-nilainya, dan tujuan hidup manusia baik di dunia maupun sesudah dunia ini tiada yang kemudian di kenal dengan sebutan pedoman hidup.
            Filsafat sebagai  suatu ikhtiar maka bukan berarti untuk merumuskan suatu doktrin yang final, konklusif, dan tidak bisa di ganggu gugat. Dia bukan sekedar idealis seperti apa yang kita alami sebagai realita, di samping itu ada pula anggapan bahwa filsafat adalah hanya suatu kegiatan perenungan yang bertujuan mencapai pengetahuan tentang hakikat dari segala yang nyata. Tetapi filsafat sebenarnya untuk sampai kepada pengertian yang lebih jauh daripada sekedar persepsi, yaitu berupa kegiatan mental dalam wujud konseptualisasi.
Demikian pula filsafat dalam coraknya yang religius bukanlah berarti di samakan dengan agama atau pengganti kedudukan agama, walaupun filsafat dapat menjawab segala pertanyaan atau soal-soal yang di ajukan. Kedudukan agama sebagai pengetahuan adalah lebih tinggi daripada filsafat karena di dalam agama masih ada pengetahuan yang tak tercapai oleh budi biasa  dan hanya dapat di ketahui karena di wahyukan. Jadi, Kedudukan filsafat dalam kehidupan manusia adalah :  
1)      Memberikan pengertian dan kesadaran kepada manusia akan arti pengetahuan tentang kenyataan yang diberikan oleh filsafat
2)      Berdasarkan  dasar-dasar hasil kenyataan itu, maka filsafat memberikan  pedoman hidup kepada manusia. Pedoman itu mengenai sesuatu yang terdapat di sekitar manusia sendiri seperti kedudukan dalam hubungannya dengan yang lainnya. Kita juga mengetahui bahwa alat-alat kewajiban manusia meliputi akal, rasa dan kehendak. Dengan akal, filsafat memberikan pedoman hidup untuk berfikir guna memperoleh pengetahuan. Dengan rasa dan kehendak maka filsafat memberikan pedoman tentang kesusilaan mengenai baik dan buruk.

C.    PANDANGAN FILSAFAT TENTANG PENDIDIKAN
Filsafat menjadikan manusia berkembang dan mempunyai pandangan hidup yang menyeluruh dan sistematis. Pandangan itu kemudian dituangkan dalam sistem pendidikan, untuk mengarahkan tujuan pendidikan. Penuangan pemikiran ini dimuatkan dalam bentuk kurikulum. Dengan kurikulum, sistem pengajaran dapat terarah, selain dapat mempermudah para pendidik dalam menyusun pengajaran yang akan diberikan kepada peserta didik. Melalui proses ini, manusia menugaskan pikirannya untuk bekerja sesuai dengan aturan-aturan dan hukum yang ada, berusaha menyerap semua yang berasal dari alam, baik yang berasal dari dalam dirinya atau dari luar dirinya.
Untuk mengembangkan mutu pendidikan, ada lima jalur yang harus diperhatikan:
1)      Landasan filsafat untuk menjadi dasar dalam menyusun paradigma bagi pengembangan ilmu pendidikan. Filsafat yang akan dijadikan dasar pengembangan tersebut haruslah filsafat pendidikan.
2)      Kita memerlukan paradigma bagi penyusunan metodologi pengembangan ilmu pendidikan. Paradigma yang dimaksud ialah kerangka pikiran yang dapat menentukan kita dalam menyusun metodologi pengembangan ilmu pendidikan. Paradigma inilah yang kelak akan diperkirakan mampu menentukan kita menyusunkan metodologi pengembangan ilmu pendidikan.
3)      Kita memerlukan modal-modal penelitian untuk digunakan dalam penelitian pendidikan.
4)      Memerlukan metodologi pembagian ilmu pendidikan tersebut. Metodologi ini berupa metode pengembangan teori pendidikan yang diperkirakan dapat mengembangkan teori-teori ilmu pendidikan kita.
5)      Melakukan suatu organisasi yang berskala nasional. Organisasi itulah yang diharapkan merencanakan, memonitor dan merancang hasil-hasil penelitian untuk disususn secara sistematik dalam batang tubuh ilmu pendidikan. Organisasi itu diharapkan dapat memberikan jalannya dalam upaya mencari biaya bagi pengembangan ilmu pendidikan dapat bersifat universal, yang dapat digunakan di mana pun dan kapan pun.
Pengembangan tersebut dapat kita jadikan sebagai pedoman dalam pengembangan pendidikan untuk masa-masa yang akan datang. Dengan demikian, dapat ditekankan bahwa filsafat tidak dapat dipisahkan dengan pendidikan sebab filsafat itu merupakan jiwa bagi pendidikan. Dan untuk merealisasikan pandangan filsafat tentang pendidikan, ada beberapa unsur yang dapat dijadikan tonggak untuk pengembangan pendidikan lebih lanjut, meliputi: (1) dasar dan tujuan pendidikan, (2) pendidik dan peserta didik, (3) kurikulum, dan (4) sistem pendidikan.

HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT DENGAN FILSAFAT PENDIDIKAN DAN DENGAN TEORI KEPENDIDIKAN

1.      PENGERTIAN FILSAFAT DAN FILSAFAT PENDIDIKAN

A.  PENGERTIAN FILSAFAT
Kata filsafat dalam bahasa arab dikenal dengan istilah falsafah dan dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah philoshopy adalah berasal dari bahasa yunani philoshopia. Kata philoshopia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan shopia berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya. Dengan demikian, seorang filsof adalah pecinta atau pencari kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh phytagoras (582-496)
Menurut Harun Nasution secara etimologi filsafat berarti:
1)      Pengetahuan tentang hikmah
2)      Pengetahuan tentang prinsip atau dasar-dasar
3)      Mencari kebenaran
4)      Membahas dasar-dasar dari apa yang dibahas
            Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguah tentang hakikat kebenaran sesuatu. Hakikat filsafat selalu menggunakan ratio (pikiran), tetapi tidak semua proses berpikir disebut filsafat. Berfilsafat berarti berfikir, tetapi tidak semua berfikir dapat dikategorikan berfilsafat akan tetapi yang dikategorikan berfilsafat adalah  apabila berfikir tersebut mengandung tiga ciri, yaitu radikal, universal dan sistematis. Radikal maksudnya filsafat harus mencari pengetahuan sedalam-dalamnya. Universal artinya menyeluruh segala aspek yang ada dalam filsafat itu. Sedangkan sistematis artinya Pemikiran kefilsafatan harus bersifat sistematis, dalam arti bahwa cara berfikirnya bersipat logis dan rasional tentang hakikat permasalahan yang dihadapi.

B.  PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN
Berikut ini dikemukakan pengertian filsafat dalam kaitannya dengan pendidikan pada umumnya dari beberapa ahli fikir sebagai berikut:
1)      John Dewey memandang pendidikan sebagai suatu proses pembentukan kemampuan dasar fundamental, baik menyangkut daya pikir maupun daya perasaan, menuju kearah tabiat manusia dan manusia biasa. John Dewey juga memandang bahwa ada hubungan yang erat antara filsafat dengan pendidikan. Oleh karena itu, tugas filsafat dan pendidikan adalah seiring, yaitu sama-sama memajukan hidup manusia.
2)      Filsafat pendidikan menurut Al-Syaibani adalah pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah  falsafah dalam bidang pendidikan, filsafat itu mencerminkan satu segi dari segi pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar dari falsafah umum dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis.

2.      RUANG LINGKUP BAHASAN FILSAFAT
Dalam rangka menggali, menyusun dan mengembangkan pemikiran kefilsafatan tentang pendidikan, terutama pendidikan islam, kiranya perlu diikuti  pola dan sistem pemikiran dan kefilsafatan pada umumnya.
Adapun pola dan sistem pemikiran kefilsafatan sebagai suatu ilmu adalah sebagai berikut :
1.      Pemikiran kefilsafatan harus bersifat sistematis, dalam arti bahwa cara berfikirnya bersifat logis dan rasional tentang hakikat permasalahan yang dihadapi.
2.      Tinjauan terhadap permasalahan yang difikirkan bersifat radikal, artinya menyangkut persoalan-persoalan mendasar sampai keakar-akarnya.
3.      Ruang lingkup pemikirannya bersipat universal, artinya persoalan-persoalan yang difikirkan mencakup hal-hal yang menyeluruh dan mengandung generalisasi bagi semua jenis dan tingkat kenyataan yang ada di alam ini, termasuk kehidupan umat manusia, baik dimasa sekarang maupun dimasa mendatang.
4.      Meskipun pemikiran yang dilakukan lebih bersifat spekulatif, artinya pemikiran yang tidak didasari pembuktian-pembuktian empiris atau eksperimental, tetapi mengandung nilai-objektif, oleh karena permasalahanya adalah suatu realitas yang ada pada objek yang dipikirkannya.
Pola dan sistem berfikir filosofis demikian di laksanakan dalam ruang lingkup yang menyangkut bidang-bidang sebagai berikut :
a)      Kosmologi, yaitu suatu pemikiran dalam permasalahan yang berhubungan dengan alam semesta, ruang dan waktu, kenyataan hidup manusia sebagai ciptaan Tuhan, serta proses kejadian dan perkembangan hidup manusia di alam nyata dan sebagainya.
b)       Ontologi, yaitu suatu pemikiran tentang asal usul kejadian alam semesta, dari mana dan ke arah mana proses kejadiannya. Proses ontologi akhirnya akan menentukan suatu kekuatan yang menciptakan alam semesta ini,
c)      Philosophy of mind, yaitu pemikiran filosofis tentang jiwa dan bagaimana hubungannya dengan jasmani serta bagaimana tentang kebebasan berkehendak manusia (free will).
d)     Epistemologi, yaitu pemikiran tentang apa dan bagaimana sumber pengetahuan manusia diperoleh. Apakah dari akal pikiran (aliran rasionalisme) atau dari pengalaman panca indera (aliran empirisme) atau dari ide-ide (aliran idealisme) atau dari tuhan (aliran teologisme).
e)      Aksiologi, yaitu suatu pemikiran tentang masalah nilai-nilai termasuk nilai-nilai tinggi dari Tuhan. Misalnya nilai moral, nilai agama, nilai keindahan (estetika). Aksiologi ini mengandung pengertian lebih luas daripada etika atau nilai-nilai kehidupan yang bertaraf lebih tinggi.

3.      FILSAFAT DAN TEORI PENDIDIKAN
Teori pendidikan merupakan komponen penting dalam pelaksanaan pendidikan karena ia akan menjadi acuan pelaksanaan pendidikan. Teori pendidikan yang benar akan melahirkan suatu proses edukasi yang benar sehingga akan melahirkan output, produk dan outcame yang benar. Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan tersebut, secara lebih rinci dapat diuraikan sebagai berikut:
1)      Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikannya, disamping menggunakan metode-metode ilmiah lainnya.
2)      Filsafat juga berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan aliran filsafat tertentu, mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata artinya mengarahkan agar teori-teori dan pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat.
3)      Filsafat, termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan dalam menjadi ilmu pendidikan atau paedagogik. Suatu praktik kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan tertentu akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejala kependidikan tertentu pula.

4.      HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN FILSAFAT PENDIDIKAN
Filsafat yang di jadikan pandangan hidup oleh suatu masyarakat merupakan asas dan pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan bangsa, termasuk aspek pendidikan. Filsafat pendidikan yang di kembangkan harus berdasarkan filsafat yang di anut oleh suatu bangsa. Sedangkan pendidikan merupakan suatu cara atau mekanisme dalam menanamkan dan mewariskan nilai-nilai filsafat itu sendiri. Pendidikan sebagai suatu lembaga yang berfungsi menanamkan dan mewariskan sistem-sistem norma tingkah laku yang di dasarkan pada dasar-dasar filsafat yang di junjung oleh lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat. Untuk menjamin upaya pendidikan dan proses tersebut  efektif, dibutuhkan landasan-landasan filosofis dan ilmiah sebagai asas normatif dan pedoman pelaksanaan pembinaan (Muhammad Noor Syam, 1988:39).
Hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan menjadi sangat penting sekali, sebab ia menjadi dasar, arah dan pedoman suatu sistem pendidikan. Filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan, mengharmoniskan dan menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang ingin dicapai. Jadi, terdapat kesatuan yang utuh antara filsafat, filsafat pendidikan dan pengalaman manusia. Filsafat menetapakan ide-ide dan idealisme, dan pendidikan merupakan usaha dalam merealisasikan ide-ide tersebut menjadi kenyataan. Tindakan, tingkah laku, bahkan membina kepribadian manusia. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa antara filsafat dan filsafat pendidikan terdapat suatu hubungan yang erat sekali dan tak terpisahkan. Filsafat pendidikan mempunyai peranan yang amat penting dalam sistem pendidikan karena filsafat merupakan pemberi arah dan pedoman dasar bagi usaha-usaha perbaikan, meningkatkan kemajuan dan landasan kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan.


KONSEP EDUTEINMENT
DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

A.    Konsep Edutainment
Edutainment berasal dari kata education dan entertainment. Education berarti pendidikan, sedangkan entertainment berarti hiburan. Jadi, dari segi bahasa Edutainment adalah pendidikan yang menghibur atau menyenangkan. secara terminology, edutainment adalah suatu proses pembelajaran yang didesain sedemikian rupa, sehingga muatan pendidikan dan hiburan bisa dikombinasikan secara harmonis untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Dalam hal ini pembelajaran yang menyenangkan biasanya dilakukan dengan humor, permainan (game), bermain peran (role play) dan demontrasi. Permainan juga dapat dilakukan dengan cara lain asalkan siswa dapat menjalani proses pembelajaran dengan senang. Sehingga dapat dipahami bahwa  edutainment adalah suatu cara untuk membuat proses pendidikan dan pengajaran bisa menjadi begitu menyenangkan, sehingga para siswa dapat dengan mudah menangkap esensi dari pembelajaran, tanpa merasa bahwa mereka tengah belajar.
B.     Karakteristik Edutainment dalam Pembelajaran
Beberapa prinsip yang menjadi karakteristik dari konsep edutainment. Pertama, konsep edutainment suatu rangkaian pendekatan dalam pembelajaran untuk menjembatani jurang yang memisahkan antara proses belajar dan proses mengajar, sehingga bisa meningkatkan hasil pembelajaran. Kedua, konsep dasar edutainment, seperti halnya konsep belajar akselarasi, berupaya agar pembelajaran yang terjadi berlangsung dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan. Ketiga, konsep edutainment menawarkan suatu sistem pembelajaran yang dirancang dengan satu jalinan yang efisien, meliputi diri anak didik, guru, proses pembelajaran dan lingkungan pembelajaran. Konsep edutainment menempatkan anak didik sebagai pusat dari proses pembelajaran dan sekaligus sebagai subyek pendidikan. Keempat, dalam konsep edutainment, proses dan aktivitas pembelajaran tidak lagi tampil dalam wajah yang “menakutkan”, tetapi dalam wujud yang humanis dan dalam interaksi edukasi yang terbuka dan menyenangkan. Interaksi edukatif seperti ini akan membuahkan aktifitas belajar yang efektif dan menjadi kunci utama suksesnya sebuah pembelajaran.
C.    Nuansa Edutaiment dalam Pendidikan Islam
Rasulullah saw merupakan figure sentral dalam pendidikan Islam pun mengakui bahwa  rasa senang dan bahagia memainkan peranan yang menakjubkan dalam diri seseorang dan memberikan pengaruh yang kuat dalam diri seseorang. Menanamkan kebahagiaan dan kenyamanan dalam diri seseorang akan menjadikan bakatnya teraktualisasi secara optimal. Rasulullah saw telah menunjukkan bagaimana kenyamanan jiwa menjadi jalan untuk menyingkap bakat dan melejitkannya.
Dari beberapa riwayat yang ada, bisa di identifikasi berbagai cara dan langkah yang beliau lakukan, diantaranya:
1.      Memberikan kemudahan dan suasana gembira
      Prinsip memudahkan dan menciptakan suasana gembira ini dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
a.       Menciptakan suasana akrab.
b.      Komunikasi yang ramah
c.       Kehalusan dan kelembutan (dalam ucapan dan perilaku)
d.      Memperlakukan anak dengan kasih sayang
e.       Bercengkrama dengan anak.              
2.      Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif
      Lingkungan yang kondusif untuk belajar adalah lingkungan yang relaks (tanpa stress), lingkungan yang aman untuk melakukan kesalahan namun harapan untuk sukses tinggi.
3.      Menarik minat
Dalam kegiatan pembelajaran, upaya untuk menarik minat perhatian siswa bisa dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
a.       Melakukan komunikasi terbuka
b.      Memberikan pengetahuan baru
c.       Memberikan model perilaku yang baik
4.      Menyajikan materi yang relevan
      Menunjukkan bahwa materi pelajaran itu relevan dan penting dilakukan dengan beberapa cara, sebagai berikut:
a.       Visualisasikan tujuan pembelajaran
b.      Meyakinkan peserta didik atas pentingnya materi
c.       Mengulang penjelasan untuk memperkuat materi yang disampaikan
5.      Melibatkan emosi positif dalam pembelajaran
Dalam khasanah pendidikan Islam, konsep pembelajaran yang melibatkan emosi (perasaan) anak didik sesungguhnya sejalan dengan prinsip al-itsaarah al-wijdaaniyyah, yakni memberikan rangsangan kepada perasaan. Membangkitkan rangsangan perasaan adalah jalan yang terpendek untuk menanamkan suatu karakter kepada anak-anak dan pemuda. Perasaan itu terbagi menjadi tiga: Pertama, perasaan pendorong, yaitu rasa gembira, harapan, hasrat yang besar dan semacamnya. Kedua, perasaan penahan, yaitu rasa takut (berbuat kejahatan), rasa sedih (berbuat kezaliman) dan semacamnya. Ketiga, perasaan kekaguman, yaitu rasa hormat dan kagum, rasa cinta, rasa bakti dan pengabdian.
6.      Melibatkan semua indera dan pikiran
      Dalam belajar, siswa sedapat mungkin memanfaatkan indra sebanyak mungkin dan membuat seluruh tubuh dan pikiran terlibat dalam proses belajar. Pelatihan konvensional cenderung membuat orang tidak aktif secara fisik dalam waktun lama. Otak akan mengalami kelumpuhan dan belajarpun melambat atau bahkan berhenti sama sekali. Mengajak orang untuk bangkit dan bergerak secara berkala akan menyegarkan tubuh, meningkatkan peredaran darah ke otak dan dapat berpengaruh positif pada belajar.
7.      Menyesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa
Proses pembelajaran bukan hanya mengalihkan pengetahuan kepada para siswa, tetapi yang lebih penting lagi adalah bagaimana mereka bisa membuat makna bagi diri mereka sendiri dalam memahami materi. Untuk bisa mewujudkan ini dalam proses pembelajaran maka seorang pendidik (guru) hendaknya memilih materi dan metode yang digunakan sesuai dengan tingkat kemampuan anak didik.
8.      Memberikan pengalaman sukses
      Untuk membantu siswa meraih sukses dalam setiap pembelajaran ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh guru:
Pertama, pada saat dia menyampaikan materi pelajaran, disajikan dengan melibatkan multisensory, yakni menggunakan unsur visual, auditorial dan kinestetik. Bila materi pelajaran cukup banyak, materi dapat dibagi menjadi beberapa segmen. Kedua, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil (kelompok kerja sama, tim, atau pasangan) untuk pemantapan belajar. Ketiga, penyelesaian tes dilakukan secara perseorangan (menjawab pertanyaan di depan kelas, pekerjaan rumah, tes atau kuis).
9.      Merayakan hasil
Merayakan kesuksesan hasil belajar anak bisa memacu semangat dan prestasinya belajar mereka. Perayaan ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah yakni dengan memberikan hadiah. Memberikan hadiah apapun bentuk dan jenisnya merupakan hal sangat baik untuk menyenangkan hati, menambah semangat, menghilangkan kelesuan serta mendorong murid untuk lebih giat menambah ilmunya dan sebagainya.      
D.    Implementasi Konsep Edutainment dalam Pendidikan Islam
Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang tampil dalam suasana humanis dan dalam suasana interaksi yang edukatif terbuka dan demokratis. Konsep pembelajaran menyenangkan (edutainment) berupaya agar pembelajaran yang terjadi berlangsung dalam suasana yang kondusif.
Berkaitan dengan hal tersebut ada beberapa hal yang perlu diupayakan dalam mengimplementasikan konsep edutainment dalam pendidikan Islam, sebagi berikut:
1.      Menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas belajar
Lingkungan yang  bebas resiko merupakan lingkungan (belajar) yang relaks dan tidak menimbulkna stress berlebihan, lingkungan yang aman untuk melakukan kesalahan, namun memberikan harapan yang tinggi untuk sukses. Dalam lingkungan dan iklim pembelajaran yang “bebas-resiko”, kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh siswa tidak membuat ia disudutkan atau bahkan dianggap bodoh, tetapi kesalahan-kesalahan siswa itu dipandang sebagai umpan-balik (feedback) bagi guru untuk memperbaiki kinerjanya.
2.      Menciptakan minat belajar yang tinggi
Pembelajaran modern sangat menekankan pada pentingnya menciptakan minat dalam belajar. Sebelum seseorang melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari termasuk aktifitas belajar, disarankan dimulai dengan pertanyaan pada diri “Apa manfaatnya BAGIKU (disingkat AMBAK). Mulai dari pekerjaan yang paling sederhana sampai aktifitas yang monumental dalam kehidupan. Segala sesuatu harus menjanjikan manfaat pribadi dengan demikian seseorang akan termotivasi untuk melakukannya.
3.      Mengenali gaya belajar siswa
Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dan kemampuan belajar, baik dalam pembelajaran di sekolah maupun dalam berbagai situasi komunikasi antar-pribadi. Menyadari dan memahami bagaimana cara menyerap dan mengolah informasi dapat  menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih mudah. Sebagian siswa dapat belajar dengan baik secara berkelompok, sedangkan sebagian yang lain memilih adanya figure yang memiliki otoritas seperti guru; yang lain lagi merasa bahwa belajar sendirilah yang paling efektif bagi mereka. Sebagian orang memerlukan musik sebagai latar belakang, sedang yang lain tidak dapat berkonsentrasi kecuali dalam ruangan sepi. Ada siswa yang memerlukan lingkungan kerja teratur dan rapi, tetapi yang lain lebih suka menggelar segala sesuatunya supaya semua dapat terlihat.
4.      Menerapkan pembelajaran berbasis aktivitas
Belajar tidak hanya menggunakan otak (sadar, rasional, dan verbal), melainkan juga melibatkan seluruh tubuh dan pikiran dengan segala emosi, indra, dan sarafnya. Belajar adalah berkreasi, bukan mengkonsumsi. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang diserap oleh pembelajar, melainkan sesuatu yang mererka “ciptakan”. Pembelajaran terjadi ketika siswa memadukan pengetahuan dan keterampilan baru kedalam struktur dirinya sendiri yang telah ada.
5.      Merancang pembelajaran kolaboratif
Kegiatan belajar bersama (kolaboratif) dapat membantu memacu belajar aktif. Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif, namun kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerjasama kelompok kecil akan memungkinkan guru untuk menggalakkan kegiatan belajar aktif dengan cara khusus. Apa yang didiskusikan siswa dengan teman-temannya dan apa yang diajarkan siswa kepada teman-temannya memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan materi pelajaran. Pemberian tugas yang berbeda kepada siswa akan mendorong mereka untuk tidak hanya belajar bersama namun juga saling berbagi pengetahuan.

1 komentar:

  1. boleh kah saya meminta ringkasan dari buku filsafat ini untuk keperluan kuliah

    BalasHapus

Copyright @ 2013 (Anwar Sadat )_Abadikan Nama dengan Menulis.