HAKIKAT HUBUNGAN FILSAFAT, MANUSIA DAN PENDIDIKAN
A.
PANDANGAN
FILSAFAT TENTANG HAKIKAT MANUSIA
Ilmu yang mempelajari tentang
hakikat manusia disebut antropologi filsafat. Dalam hal ini ada empat aliran
yang akan dibahas. Pertama, Aliran serba zat. Aliran ini mengatakan
yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah zat atau materi. Alam ini adalah zat atau
materi dan manusia adalah unsur dari alam. Maka dari itu manusia adalah zat
atau materi. Kedua, Aliran serba
roh. Aliran ini berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia
ini ialah roh. Hakikat manusia juga adalah roh. Sementara zat adalah
manifestasi dari roh. Ketiga, Aliran
dualisme. Aliran ini menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri
dari dua substansi, yaitu jasmani dan rohani. Kedua subtansi ini masing-masing
merupakan unsur asal, yang adanya tidak tergantung satu sama lain. Keempat, Aliran eksistensialisme.
Aliran filasat modern berpandangan bahwa hakikat manusia merupakan eksistensi
dari manusia. Hakikat manusia adalah apa yang menguasai manusia secara
menyeluruh. Di sini, manusia di pandang tidak dari sudut serba zat atau serba
roh atau dualisme, tetapi dari segi eksistensi manusia di dunia ini.
Filsafat berpandangan
bahwa hakikat manusia itu berkaitan antara badan dan roh. Islam secara tegas
mengatakan bahwa badan dan roh adalah substansi alam, sedangkan alam adalah
mahluk dan keduanya di ciptakan oleh Allah. Dalam hal ini, di jelaskan bahwa
proses perkembangan dan pertumbuhan manusia menurut hukum alam materil. Menurut
islam, manusia terdiri dari substansi materi dari bumi dan roh yang berasal
dari Tuhan. Oleh karena itu, hakikat manusia adalah roh sedangkan jasad nya
hanyalah alat yang di pergunakan oleh roh semata. Tanpa kedua substansi
tersebut tidak dapat di katakana manusia.
Manusia memiliki banyak
sifat yang serupa dengan mahluk lain. Mesti demikian, ada seperangkat perbedaan
antara manusia dengan mahluk lain, yang menganugerahi keunggulan pada manusia.
Kenyataan inilah yang terkadang membuat manusia mempunyai pandangan yang
berbeda. Suatu saat manusia akan berfikir bahwa mereka adalah salah satu
anggota marga satwa (animal kingdom)
di saat lain dia juga akan merasa warga dunia idea dan nilai. Pandangan seperti
itulah yang pada akhirnya akan memperlihatkan keberadaan manusia secara utuh
bahwa mereka adalah pencari kebenaran.
Islam berpandangan
bahwa hakikat manusia merupakan
perakitan anatara badan dan roh. Islam mengatakan dengan tegas bahwa kedua
substansi ini adalah substansi alam. Islam memandang permasalahan roh merupakan
suatu hal yang terbatas untuk dipelajari secara mendalam (QS-Al-isra’ : 85).
Karena itu, banyak ilmu yang telah dimiliki manusia, namun sampai kapanpun
tidak akan bisa melebihi Tuhannya.
B. KEDUDUKAN FILSAFAT DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
Kebenaran dalam pengetahuan yang di terima filsafat
adalah apabila isi pengetahuan yang di usahakan dengan objek yang di ketahui
yang di dasari oleh kebebasan berfikir (di atur oleh logika ) untuk menyelidiki
atau tata pikir yang bermetoda, bersistem, dan berlaku universal, sehingga
dengan demikian filsafat adalah merupakan ilmu yang berusaha mencari ketetapan
dan sebab-sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu (seluruh dunia dan
alam ini), sebagai pandangan hidup. Apabila pandangan ini mengenai manusia
adalah meliputi segala soal hidup manusia : pikiran, budi, tingkah laku dan
nilai-nilainya, dan tujuan hidup manusia baik di dunia maupun sesudah dunia ini
tiada yang kemudian di kenal dengan sebutan pedoman hidup.
Filsafat sebagai
suatu ikhtiar maka bukan berarti untuk merumuskan suatu doktrin yang
final, konklusif, dan tidak bisa di ganggu gugat. Dia bukan sekedar idealis seperti
apa yang kita alami sebagai realita, di samping itu ada pula anggapan bahwa
filsafat adalah hanya suatu kegiatan perenungan yang bertujuan mencapai
pengetahuan tentang hakikat dari segala yang nyata. Tetapi filsafat sebenarnya
untuk sampai kepada pengertian yang lebih jauh daripada sekedar persepsi, yaitu
berupa kegiatan mental dalam wujud konseptualisasi.
Demikian pula filsafat dalam
coraknya yang religius bukanlah berarti di samakan dengan agama atau pengganti kedudukan
agama, walaupun filsafat dapat menjawab segala pertanyaan atau soal-soal yang di
ajukan. Kedudukan agama sebagai pengetahuan adalah lebih tinggi daripada
filsafat karena di dalam agama masih ada pengetahuan yang tak tercapai oleh
budi biasa dan hanya dapat di ketahui
karena di wahyukan. Jadi, Kedudukan filsafat dalam kehidupan
manusia adalah :
1) Memberikan
pengertian dan kesadaran kepada manusia akan arti pengetahuan tentang kenyataan
yang diberikan oleh filsafat
2) Berdasarkan dasar-dasar hasil kenyataan itu, maka
filsafat memberikan pedoman hidup kepada
manusia. Pedoman itu mengenai sesuatu yang terdapat di sekitar manusia sendiri
seperti kedudukan dalam hubungannya dengan yang lainnya. Kita juga mengetahui
bahwa alat-alat kewajiban manusia meliputi akal, rasa dan kehendak. Dengan akal,
filsafat memberikan pedoman hidup untuk berfikir guna memperoleh pengetahuan.
Dengan rasa dan kehendak maka filsafat memberikan pedoman tentang kesusilaan
mengenai baik dan buruk.
C.
PANDANGAN FILSAFAT TENTANG PENDIDIKAN
Filsafat menjadikan manusia berkembang dan mempunyai pandangan
hidup yang menyeluruh dan sistematis. Pandangan itu kemudian dituangkan dalam
sistem pendidikan, untuk mengarahkan tujuan pendidikan. Penuangan pemikiran ini
dimuatkan dalam bentuk kurikulum. Dengan kurikulum, sistem pengajaran dapat
terarah, selain dapat mempermudah para pendidik dalam menyusun pengajaran yang
akan diberikan kepada peserta didik. Melalui proses ini, manusia menugaskan
pikirannya untuk bekerja sesuai dengan aturan-aturan dan hukum yang ada,
berusaha menyerap semua yang berasal dari alam, baik yang berasal dari dalam
dirinya atau dari luar dirinya.
Untuk mengembangkan mutu pendidikan, ada lima jalur yang harus
diperhatikan:
1)
Landasan
filsafat untuk menjadi dasar dalam menyusun paradigma bagi pengembangan ilmu
pendidikan. Filsafat yang akan dijadikan dasar pengembangan tersebut haruslah
filsafat pendidikan.
2)
Kita
memerlukan paradigma bagi penyusunan metodologi pengembangan ilmu pendidikan. Paradigma
yang dimaksud ialah kerangka pikiran yang dapat menentukan kita dalam menyusun
metodologi pengembangan ilmu pendidikan. Paradigma inilah yang kelak akan
diperkirakan mampu menentukan kita menyusunkan metodologi pengembangan ilmu
pendidikan.
3)
Kita
memerlukan modal-modal penelitian untuk digunakan dalam penelitian pendidikan.
4)
Memerlukan
metodologi pembagian ilmu pendidikan tersebut. Metodologi ini berupa metode
pengembangan teori pendidikan yang diperkirakan dapat mengembangkan teori-teori
ilmu pendidikan kita.
5)
Melakukan
suatu organisasi yang berskala nasional. Organisasi itulah yang diharapkan
merencanakan, memonitor dan merancang hasil-hasil penelitian untuk disususn
secara sistematik dalam batang tubuh ilmu pendidikan. Organisasi itu diharapkan
dapat memberikan jalannya dalam upaya mencari biaya bagi pengembangan ilmu pendidikan
dapat bersifat universal, yang dapat digunakan di mana pun dan kapan pun.
Pengembangan tersebut dapat kita jadikan sebagai pedoman dalam
pengembangan pendidikan untuk masa-masa yang akan datang. Dengan demikian,
dapat ditekankan bahwa filsafat tidak dapat dipisahkan dengan pendidikan sebab
filsafat itu merupakan jiwa bagi pendidikan. Dan untuk merealisasikan pandangan
filsafat tentang pendidikan, ada beberapa unsur yang dapat dijadikan tonggak
untuk pengembangan pendidikan lebih lanjut, meliputi: (1) dasar dan tujuan
pendidikan, (2) pendidik dan peserta didik, (3) kurikulum, dan (4) sistem
pendidikan.
HUBUNGAN
ANTARA FILSAFAT DENGAN FILSAFAT PENDIDIKAN DAN DENGAN TEORI KEPENDIDIKAN
1. PENGERTIAN
FILSAFAT DAN FILSAFAT PENDIDIKAN
A.
PENGERTIAN FILSAFAT
Kata
filsafat dalam bahasa arab dikenal dengan istilah falsafah dan dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah philoshopy
adalah berasal dari bahasa yunani philoshopia. Kata philoshopia terdiri
atas kata philein yang berarti cinta (love) dan shopia berarti
kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti
cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya. Dengan
demikian, seorang filsof adalah pecinta atau pencari kebijaksanaan. Kata
filsafat pertama kali digunakan oleh phytagoras (582-496)
Menurut Harun Nasution secara etimologi filsafat berarti:
1)
Pengetahuan
tentang hikmah
2)
Pengetahuan
tentang prinsip atau dasar-dasar
3)
Mencari
kebenaran
4)
Membahas
dasar-dasar dari apa yang dibahas
Filsafat adalah
ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguah tentang hakikat kebenaran
sesuatu. Hakikat filsafat selalu menggunakan ratio (pikiran), tetapi tidak
semua proses berpikir disebut filsafat. Berfilsafat berarti berfikir, tetapi tidak
semua berfikir dapat dikategorikan berfilsafat akan tetapi yang dikategorikan
berfilsafat adalah apabila berfikir
tersebut mengandung tiga ciri, yaitu radikal, universal dan sistematis. Radikal
maksudnya filsafat harus mencari pengetahuan sedalam-dalamnya. Universal
artinya menyeluruh segala aspek yang ada dalam filsafat itu. Sedangkan
sistematis artinya Pemikiran kefilsafatan harus bersifat sistematis, dalam arti
bahwa cara berfikirnya bersipat logis dan rasional tentang hakikat permasalahan
yang dihadapi.
B.
PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN
Berikut
ini dikemukakan pengertian filsafat dalam kaitannya dengan pendidikan pada
umumnya dari beberapa ahli fikir sebagai berikut:
1)
John
Dewey memandang pendidikan sebagai suatu proses pembentukan kemampuan dasar fundamental,
baik menyangkut daya pikir maupun daya perasaan, menuju kearah tabiat manusia
dan manusia biasa. John Dewey juga memandang bahwa ada hubungan yang erat
antara filsafat dengan pendidikan. Oleh karena itu, tugas filsafat dan
pendidikan adalah seiring, yaitu sama-sama memajukan hidup manusia.
2)
Filsafat
pendidikan menurut Al-Syaibani adalah pelaksanaan pandangan falsafah dan
kaidah falsafah dalam bidang pendidikan,
filsafat itu mencerminkan satu segi dari segi pelaksanaan falsafah umum dan
menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan
yang menjadi dasar dari falsafah umum dalam menyelesaikan masalah-masalah
pendidikan secara praktis.
2.
RUANG LINGKUP BAHASAN FILSAFAT
Dalam
rangka menggali, menyusun dan mengembangkan pemikiran kefilsafatan tentang pendidikan,
terutama pendidikan islam, kiranya perlu diikuti pola dan sistem pemikiran dan kefilsafatan
pada umumnya.
Adapun
pola dan sistem pemikiran kefilsafatan sebagai suatu ilmu adalah sebagai
berikut :
1.
Pemikiran
kefilsafatan harus bersifat sistematis, dalam arti bahwa cara berfikirnya
bersifat logis dan rasional tentang hakikat permasalahan yang dihadapi.
2.
Tinjauan
terhadap permasalahan yang difikirkan bersifat radikal, artinya menyangkut
persoalan-persoalan mendasar sampai keakar-akarnya.
3.
Ruang
lingkup pemikirannya bersipat universal, artinya persoalan-persoalan yang
difikirkan mencakup hal-hal yang menyeluruh dan mengandung generalisasi bagi
semua jenis dan tingkat kenyataan yang ada di alam ini, termasuk kehidupan umat
manusia, baik dimasa sekarang maupun dimasa mendatang.
4.
Meskipun
pemikiran yang dilakukan lebih bersifat spekulatif, artinya pemikiran yang
tidak didasari pembuktian-pembuktian empiris atau eksperimental, tetapi
mengandung nilai-objektif, oleh karena permasalahanya adalah suatu realitas
yang ada pada objek yang dipikirkannya.
Pola
dan sistem berfikir filosofis demikian di laksanakan dalam ruang lingkup yang
menyangkut bidang-bidang sebagai berikut :
a)
Kosmologi,
yaitu suatu pemikiran dalam permasalahan yang berhubungan dengan alam semesta,
ruang dan waktu, kenyataan hidup manusia sebagai ciptaan Tuhan, serta proses
kejadian dan perkembangan hidup manusia di alam nyata dan sebagainya.
b)
Ontologi, yaitu suatu pemikiran tentang asal
usul kejadian alam semesta, dari mana dan ke arah mana proses kejadiannya.
Proses ontologi akhirnya akan menentukan suatu kekuatan yang menciptakan alam
semesta ini,
c)
Philosophy
of mind, yaitu pemikiran filosofis tentang jiwa dan bagaimana hubungannya
dengan jasmani serta bagaimana tentang kebebasan berkehendak manusia (free
will).
d)
Epistemologi,
yaitu pemikiran tentang apa dan bagaimana sumber pengetahuan manusia diperoleh.
Apakah dari akal pikiran (aliran rasionalisme) atau dari pengalaman panca
indera (aliran empirisme) atau dari ide-ide (aliran idealisme) atau dari tuhan
(aliran teologisme).
e)
Aksiologi,
yaitu suatu pemikiran tentang masalah nilai-nilai termasuk nilai-nilai tinggi
dari Tuhan. Misalnya nilai moral, nilai agama, nilai keindahan (estetika).
Aksiologi ini mengandung pengertian lebih luas daripada etika atau nilai-nilai
kehidupan yang bertaraf lebih tinggi.
3.
FILSAFAT DAN TEORI PENDIDIKAN
Teori
pendidikan merupakan komponen penting dalam pelaksanaan pendidikan karena ia
akan menjadi acuan pelaksanaan pendidikan. Teori pendidikan yang benar akan
melahirkan suatu proses edukasi yang benar sehingga akan melahirkan output, produk
dan outcame yang benar. Hubungan fungsional antara filsafat dan teori
pendidikan tersebut, secara lebih rinci dapat diuraikan sebagai berikut:
1)
Filsafat,
dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan yang
digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan
dan menyusun teori-teori pendidikannya, disamping menggunakan metode-metode
ilmiah lainnya.
2)
Filsafat
juga berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan
oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan aliran filsafat
tertentu, mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata artinya mengarahkan agar
teori-teori dan pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan bisa
diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan
hidup yang juga berkembang dalam masyarakat.
3)
Filsafat,
termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan
petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan dalam menjadi ilmu
pendidikan atau paedagogik. Suatu praktik kependidikan yang didasarkan dan
diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan tertentu akan menghasilkan dan
menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejala kependidikan tertentu pula.
4.
HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN FILSAFAT PENDIDIKAN
Filsafat yang di jadikan pandangan
hidup oleh suatu masyarakat merupakan asas dan pedoman yang melandasi semua
aspek hidup dan kehidupan bangsa, termasuk aspek pendidikan. Filsafat
pendidikan yang di kembangkan harus berdasarkan filsafat yang di anut oleh
suatu bangsa. Sedangkan pendidikan merupakan suatu cara atau mekanisme dalam menanamkan
dan mewariskan nilai-nilai filsafat itu sendiri. Pendidikan sebagai suatu
lembaga yang berfungsi menanamkan dan mewariskan sistem-sistem norma tingkah
laku yang di dasarkan pada dasar-dasar filsafat yang di junjung oleh lembaga
pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat. Untuk menjamin upaya pendidikan
dan proses tersebut efektif, dibutuhkan
landasan-landasan filosofis dan ilmiah sebagai asas normatif dan pedoman
pelaksanaan pembinaan (Muhammad Noor Syam, 1988:39).
Hubungan
antara filsafat dan filsafat pendidikan menjadi sangat penting sekali, sebab ia
menjadi dasar, arah dan pedoman suatu sistem pendidikan. Filsafat pendidikan
adalah aktivitas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai medianya
untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan, mengharmoniskan dan
menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang ingin dicapai. Jadi, terdapat kesatuan
yang utuh antara filsafat, filsafat pendidikan dan pengalaman manusia. Filsafat
menetapakan ide-ide dan idealisme, dan pendidikan merupakan usaha dalam
merealisasikan ide-ide tersebut menjadi kenyataan. Tindakan, tingkah laku,
bahkan membina kepribadian manusia. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa
antara filsafat dan filsafat pendidikan terdapat suatu hubungan yang erat
sekali dan tak terpisahkan. Filsafat pendidikan mempunyai peranan yang amat
penting dalam sistem pendidikan karena filsafat merupakan pemberi arah dan
pedoman dasar bagi usaha-usaha perbaikan, meningkatkan kemajuan dan landasan
kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan.
KONSEP
EDUTEINMENT
DALAM
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
A. Konsep Edutainment
Edutainment
berasal dari kata education dan entertainment. Education
berarti pendidikan, sedangkan entertainment berarti hiburan. Jadi, dari
segi bahasa Edutainment adalah
pendidikan yang menghibur atau menyenangkan. secara terminology, edutainment
adalah suatu proses pembelajaran yang didesain sedemikian rupa, sehingga muatan
pendidikan dan hiburan bisa dikombinasikan secara harmonis untuk menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan. Dalam hal ini pembelajaran yang menyenangkan
biasanya dilakukan dengan humor, permainan (game), bermain peran (role
play) dan demontrasi. Permainan juga dapat dilakukan dengan cara lain
asalkan siswa dapat menjalani proses pembelajaran dengan senang. Sehingga dapat
dipahami bahwa edutainment adalah suatu cara untuk membuat proses pendidikan dan
pengajaran bisa menjadi begitu menyenangkan, sehingga para siswa dapat dengan
mudah menangkap esensi dari pembelajaran, tanpa merasa bahwa mereka tengah
belajar.
B.
Karakteristik
Edutainment dalam Pembelajaran
Beberapa prinsip yang
menjadi karakteristik dari konsep edutainment.
Pertama, konsep edutainment suatu rangkaian pendekatan dalam pembelajaran untuk
menjembatani jurang yang memisahkan antara proses belajar dan proses mengajar,
sehingga bisa meningkatkan hasil pembelajaran. Kedua, konsep dasar edutainment,
seperti halnya konsep belajar akselarasi, berupaya agar pembelajaran yang
terjadi berlangsung dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan. Ketiga, konsep edutainment menawarkan suatu sistem pembelajaran yang dirancang
dengan satu jalinan yang efisien, meliputi diri anak didik, guru, proses
pembelajaran dan lingkungan pembelajaran. Konsep edutainment menempatkan anak didik sebagai pusat dari proses
pembelajaran dan sekaligus sebagai subyek pendidikan. Keempat, dalam konsep edutainment, proses dan aktivitas
pembelajaran tidak lagi tampil dalam wajah yang “menakutkan”, tetapi dalam
wujud yang humanis dan dalam interaksi edukasi yang terbuka dan menyenangkan.
Interaksi edukatif seperti ini akan membuahkan aktifitas belajar yang efektif
dan menjadi kunci utama suksesnya sebuah pembelajaran.
C. Nuansa Edutaiment
dalam Pendidikan Islam
Rasulullah saw merupakan figure sentral dalam pendidikan Islam pun
mengakui bahwa rasa senang dan bahagia
memainkan peranan yang menakjubkan dalam diri seseorang dan memberikan pengaruh
yang kuat dalam diri seseorang. Menanamkan kebahagiaan dan kenyamanan dalam
diri seseorang akan menjadikan bakatnya teraktualisasi secara optimal.
Rasulullah saw telah menunjukkan bagaimana kenyamanan jiwa menjadi jalan untuk
menyingkap bakat dan melejitkannya.
Dari beberapa riwayat yang ada, bisa di identifikasi berbagai cara dan
langkah yang beliau lakukan, diantaranya:
1. Memberikan kemudahan dan suasana gembira
Prinsip memudahkan dan menciptakan suasana
gembira ini dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara
lain:
a.
Menciptakan suasana akrab.
b.
Komunikasi yang ramah
c.
Kehalusan dan kelembutan (dalam ucapan dan perilaku)
d.
Memperlakukan anak dengan kasih sayang
e.
Bercengkrama dengan anak.
2. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif
Lingkungan
yang kondusif untuk belajar adalah lingkungan yang relaks (tanpa stress),
lingkungan yang aman untuk melakukan kesalahan namun harapan untuk sukses
tinggi.
3. Menarik minat
Dalam
kegiatan pembelajaran, upaya untuk menarik minat perhatian siswa bisa dilakukan
dengan langkah-langkah berikut:
a. Melakukan
komunikasi terbuka
b. Memberikan
pengetahuan baru
c. Memberikan
model perilaku yang baik
4. Menyajikan materi yang relevan
Menunjukkan bahwa materi pelajaran itu
relevan dan penting dilakukan dengan beberapa cara, sebagai berikut:
a. Visualisasikan
tujuan pembelajaran
b. Meyakinkan
peserta didik atas pentingnya materi
c. Mengulang
penjelasan untuk memperkuat materi yang disampaikan
5. Melibatkan emosi positif dalam pembelajaran
Dalam khasanah
pendidikan Islam, konsep pembelajaran yang melibatkan emosi (perasaan) anak
didik sesungguhnya sejalan dengan prinsip al-itsaarah al-wijdaaniyyah,
yakni memberikan rangsangan kepada perasaan. Membangkitkan rangsangan perasaan
adalah jalan yang terpendek untuk menanamkan suatu karakter kepada anak-anak
dan pemuda. Perasaan itu terbagi menjadi tiga: Pertama, perasaan
pendorong, yaitu rasa gembira, harapan, hasrat yang besar dan semacamnya. Kedua, perasaan penahan, yaitu rasa
takut (berbuat kejahatan), rasa sedih (berbuat kezaliman) dan semacamnya. Ketiga, perasaan kekaguman, yaitu rasa
hormat dan kagum, rasa cinta, rasa bakti dan pengabdian.
6. Melibatkan semua indera dan pikiran
Dalam
belajar, siswa sedapat mungkin memanfaatkan indra sebanyak mungkin dan membuat
seluruh tubuh dan pikiran terlibat dalam proses belajar. Pelatihan konvensional
cenderung membuat orang tidak aktif secara fisik dalam waktun lama. Otak akan
mengalami kelumpuhan dan belajarpun melambat atau bahkan berhenti sama sekali.
Mengajak orang untuk bangkit dan bergerak secara berkala akan menyegarkan
tubuh, meningkatkan peredaran darah ke otak dan dapat berpengaruh positif pada
belajar.
7. Menyesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa
Proses pembelajaran
bukan hanya mengalihkan pengetahuan kepada para siswa, tetapi yang lebih
penting lagi adalah bagaimana mereka bisa membuat makna bagi diri mereka
sendiri dalam memahami materi. Untuk bisa mewujudkan ini dalam proses
pembelajaran maka seorang pendidik (guru) hendaknya memilih materi dan metode
yang digunakan sesuai dengan tingkat kemampuan anak didik.
8. Memberikan pengalaman sukses
Untuk
membantu siswa meraih sukses dalam setiap pembelajaran ada beberapa hal yang
bisa dilakukan oleh guru:
Pertama,
pada saat dia menyampaikan materi pelajaran, disajikan dengan melibatkan multisensory,
yakni menggunakan unsur visual, auditorial dan kinestetik. Bila materi
pelajaran cukup banyak, materi dapat dibagi menjadi beberapa segmen. Kedua, siswa
dibagi dalam kelompok-kelompok kecil (kelompok kerja sama, tim, atau pasangan)
untuk pemantapan belajar. Ketiga, penyelesaian tes dilakukan secara
perseorangan (menjawab pertanyaan di depan kelas, pekerjaan rumah, tes atau
kuis).
9. Merayakan hasil
Merayakan kesuksesan hasil
belajar anak bisa memacu semangat dan prestasinya belajar mereka. Perayaan ini
bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya seperti yang dicontohkan
oleh Rasulullah yakni dengan memberikan hadiah. Memberikan hadiah apapun bentuk
dan jenisnya merupakan hal sangat baik untuk menyenangkan hati, menambah
semangat, menghilangkan kelesuan serta mendorong murid untuk lebih giat
menambah ilmunya dan sebagainya.
D.
Implementasi
Konsep Edutainment dalam Pendidikan
Islam
Pembelajaran yang
menyenangkan adalah pembelajaran yang tampil dalam suasana humanis dan dalam
suasana interaksi yang edukatif terbuka dan demokratis. Konsep pembelajaran
menyenangkan (edutainment) berupaya agar pembelajaran yang terjadi berlangsung
dalam suasana yang kondusif.
Berkaitan dengan hal
tersebut ada beberapa hal yang perlu diupayakan dalam mengimplementasikan konsep
edutainment dalam pendidikan Islam, sebagi berikut:
1. Menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas
belajar
Lingkungan yang bebas resiko merupakan lingkungan (belajar)
yang relaks dan tidak menimbulkna stress berlebihan, lingkungan yang aman untuk
melakukan kesalahan, namun memberikan harapan yang tinggi untuk sukses. Dalam
lingkungan dan iklim pembelajaran yang “bebas-resiko”, kesalahan-kesalahan yang
diperbuat oleh siswa tidak membuat ia disudutkan atau bahkan dianggap bodoh,
tetapi kesalahan-kesalahan siswa itu dipandang sebagai umpan-balik (feedback)
bagi guru untuk memperbaiki kinerjanya.
2. Menciptakan minat belajar yang tinggi
Pembelajaran modern
sangat menekankan pada pentingnya menciptakan minat dalam belajar. Sebelum
seseorang melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari termasuk aktifitas
belajar, disarankan dimulai dengan pertanyaan pada diri “Apa manfaatnya BAGIKU
(disingkat AMBAK). Mulai dari pekerjaan yang paling sederhana sampai aktifitas
yang monumental dalam kehidupan. Segala sesuatu harus menjanjikan manfaat
pribadi dengan demikian seseorang akan termotivasi untuk melakukannya.
3. Mengenali gaya belajar siswa
Gaya belajar adalah kunci
untuk mengembangkan kinerja dan kemampuan belajar, baik dalam pembelajaran di
sekolah maupun dalam berbagai situasi komunikasi antar-pribadi. Menyadari dan
memahami bagaimana cara menyerap dan mengolah informasi dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih
mudah. Sebagian siswa dapat belajar dengan baik secara berkelompok, sedangkan
sebagian yang lain memilih adanya figure yang memiliki otoritas seperti guru;
yang lain lagi merasa bahwa belajar sendirilah yang paling efektif bagi mereka.
Sebagian orang memerlukan musik sebagai latar belakang, sedang yang lain tidak
dapat berkonsentrasi kecuali dalam ruangan sepi. Ada siswa yang memerlukan
lingkungan kerja teratur dan rapi, tetapi yang lain lebih suka menggelar segala
sesuatunya supaya semua dapat terlihat.
4. Menerapkan pembelajaran berbasis aktivitas
Belajar tidak hanya
menggunakan otak (sadar, rasional, dan verbal), melainkan juga melibatkan
seluruh tubuh dan pikiran dengan segala emosi, indra, dan sarafnya. Belajar
adalah berkreasi, bukan mengkonsumsi. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang diserap
oleh pembelajar, melainkan sesuatu yang mererka “ciptakan”. Pembelajaran
terjadi ketika siswa memadukan pengetahuan dan keterampilan baru kedalam
struktur dirinya sendiri yang telah ada.
5. Merancang pembelajaran kolaboratif
Kegiatan belajar
bersama (kolaboratif) dapat membantu memacu belajar aktif. Kegiatan belajar dan
mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif, namun kemampuan
untuk mengajar melalui kegiatan kerjasama kelompok kecil akan memungkinkan guru
untuk menggalakkan kegiatan belajar aktif dengan cara khusus. Apa yang
didiskusikan siswa dengan teman-temannya dan apa yang diajarkan siswa kepada
teman-temannya memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan
materi pelajaran. Pemberian tugas yang berbeda kepada siswa akan mendorong
mereka untuk tidak hanya belajar bersama namun juga saling berbagi pengetahuan.
boleh kah saya meminta ringkasan dari buku filsafat ini untuk keperluan kuliah
BalasHapus