PENYEBARAN ISLAM PADA MASA
DINASTI UMAYYAH 1
Penyebaran islam
pada masa Dinasti Umayyah 1 yang berpusat di Damaskus terjadi pada beberapa
khalifah yang menonjol. Berikut ini beberapa khalifah Dinasti Umayyah yang
cukup berprestasi dalam perluasan wilayah islam.
1.
Penyebaran islam pada masa khalifah Mu’awiyah bin Abu Sufyan
Masa kekuasaan Mu’awiyah tergolong
cemerlang. Ia berhasil menciptakan keamanan dalam negeri dan kemakmuran.
Perluasan islam pada masanya juga sukses hingga mencapai Afrika Utara, Khurasan,
dan Bukhara.
Perluasan wilayah kekuasaan islam
yang dilakukan Khalifah Mu’awiyah bin Abu Sufyan adalah sebagai berikut :
a)
India (43 H/633 M)
Perluasan wilayah
kekuasaan islam ke India dari Kota Khurasan (Persia) yang dipimpin oleh
Muhallab bin Abi Sadrah. Perluasan wilayah ke India ini telah sampai ke wilayah Systar dan daerah
lembah Sungai Sindu. Perluasannya tidak hanya menggunakan kekuatan militer,
tetapi juga melalui pendekatan kemanusiaan dan keagamaan sehingga mereka
menerima umat islam dengan senang hati tanpa melakukan perlawanan.
b)
Afrika Utara (50 H/671 M)
Ekspansi ini
dipimpin Uqbah bin Nafi’. Ia berhasil menguasai daerah Lybia, Tunisia, dan
Kartago. Ia juga berhasil mengislamkan bangsa Barbar, bangsa asli di Afrika
Utara. Di Tunisia, Uqbah bin Nafi’ mendirikan kota Khairuwan dan menjadikannya
pusat kekuatan militer pasukan islam di Afrika Utara. Ia juga mendirikan masjid
yang diberi nama Masjid Uqbah bin Nafi’ atau Masjid Sidi Ukbah. Sebelum
dikuasai pasukan islam, wilayah ini termasuk jajahan Kerajan romawi
(Byzantium).
c)
Konstantinopel
Konstantinopel
adalah ibu kota Kerajaan Romawi Timur dan menjadi pusat kegiatan agama Kristen
Ortodoks. Mu’awiyah mempunyai beberapa alas an untuk menaklukan atau menyerang
Kota Konstantinopel, yaitu letaknya sangat strategis, memiliki kekayaan yang
berlimpah, untuk melindungi dan membela rakyatnya dari kekejaman/penindasan
bangsa Romawi Timur, serta melindungi rakyatnya dari pengaruh agama Kristen
Ortodoks.
Penyerangan dan penaklukan
konstatinpel dilakukan sebanyak 2 kali. Pertama, tahun 48 H/699 M. penyerangan
di pimpin Yazid bin Mu’awiyah dengan dibantu Sufyan bin Auf (panglima perang
angkatan darat) dan Fadalah al-Ansari ( panglima perang angkatan laut). Dalam
penyerangan dan pengepungan ini, pasukan islam tidak berhasil menaklukan dan
menguasainya. Bahkan, banyak pasukan islam yang gugur, termasuk Abu Ayyub
al-Ansari (seorang sahabat Nabi Muhammad SAW. Dari golongan Ansar). Untuk mengenangnya,
umat islam membangun masjid yang diberi nama Masjid Abu Ayyub atau Jami’ Ayyub
di Konstantinopel. Kedua, tahun 58 H/679 M. pasukan islam berhasil meruntuhkan
benteng Konstantinopel. Akan tetapi,tiba-tiba terdengar berita bahwa Mu’awiyah
bin Abu Sufyan wafat sehingga pasukan islam ditarik pulang ke Damaskus. Dengan
demikian, pasukan islam belum berhasil menguasai Kota Konstantinopel sepenuhnya.
2.
Penyebaran Islam Pada Masa Khalifah Al-Walid Bin Abdul Malik
Perluasan kekuasaannya pada masa
Khalifah al-Walid bin Abdul Malik meliputi Asia Tengah, Indo-Pakistan (Anak
Benua India), Afrika Utara, dan Spanyol di Eropa.
a)
Penaklukan Asia Tengah
Wilayah Asia
Tengah di kepulauan Transoxania, tanah air bangsa Turki terdiri atas beberapa
kerajaan kecil, seperti Kerajaan Balkh, Bukhara, Fargana, dan Khawarizm.
Kerajaan-kerajaan tersebut sering mengganggu aktivitas politik Dinasti Umayyah.
Pada tahun 705 M, di bawah panglima Qutaibah, Balkh, ibu kota
Turkistan mampu ditaklukkan. Kemudian, Qutaibah melanjutkan penaklukan ke
wilayah Bukhara. Tahun 710 M, Qutaibah menyeberangi selat Oxus dan berhasil
mengalahkan raja Khawarizm. Selama 2 tahun , Qutaibah berhasil menaklukkan dan
menguasai wilayah Timur lainnya. Dengan demikian, seluruh kota di wilayah
Fargana dan perbatasan daratan Cina berada di bawah kekuasaan Dinasti Umayyah.
Pada tahun 714 M, Qutaibah melakukan penyerangan ke negeri
Cina-Turkistan dan berhasil menguasai Kota Yasgar. Namun, setelah kematian
Khalifah al-Walid tahun 96 H/715 M, wilayah tersebut lepas dari kekuasaan
Dinasti Umayyah.
b)
Penaklukan Kembali Wilayah Afrika Utara
Pada masa khalifah
sebelumnya, terutama masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan, wilayah Afrika Utara
melepaskan diri dari kekuasaan Dinasti Umayyah. Bahkan, bangsa Barbar terus
melancarkan pemberontakan. Oleh sebab itu, khalifah al-Walid bin Abdul Malik
berusaha mempertahankan wilayah Afrika Utara tetap merupakan bagian dari Dinasti
Umayyah. Al-Walid mengirim pasukan dibawah pimpinan Musa bin Nusair untuk
mengatasi pemberontakan, sekaligus mengangkatnya sebagai gubernur di sana.
Berbagai
pemberontakan dari bangsa Barbar dan orang-orang Romawi dapat diatasinya.
Beberapa wilayah Laut Tengah dapat dikuasai, seperti KotaMayorca, Minorca,
Ivica, dan wilayah perbatasan Spanyol. Keberhasilan Musa bin Nusair membuka
jalan bagi pasukan islam untuk menaklukkan wilayah Spanyol di Eropa.
c)
Penaklukan Spanyol
Penaklukan Spanyol
merupakan peristiwa penting dalam sejarah perjalanan umat islam, khususnya, pada masa
Dinasti Umayyah (661-750 M). Penaklukan Spanyol dapat dilakukan pada masa
pemerintahan Khalifah al-Walid bin Abdul Malik.
Spanyol merupakan
wilayah bagian kerajaan Romawi. Ketika penguasa setempat dikalahkan oleh
pasukan Gothic, Spanyol memasuki periode pemerintahan yang zalim dan korup.
Para penguasanya menindas dengan kejam, terutama kepada para petani. Untuk
kalangan menengah dan bangsawan, dibebaskan dari berbagai pungutan. Sementara
itu, para pemeluk Yahudi dipaksa untuk pindah ke agama Kristen. Itulah yang
dilakukan Roderick. Kenyataan ini sangat bertentangan dengan islam.
Keberhasilan
Roderick menguasai Spanyol membuat dirinya berambisi untuk menguasai wilayah
Afrika Utara. Kepulauan Ceuta (Septha) yang dikuasai De Graft Julian direbut
Roderick. Terusirnya Raja Julian dari Ceuta, membuatnya tidak punya pilihan
lain, kecuali meminta bantuan penguasa Afrika Utara, yaitu Musa bin Nusair.
Selanjutnya, Musa bin Nusair mengirimkan Tharif bin Malik untuk menyelidiki
keadaan. Penyerangan ke Spanyol, dipercayakan kepada Thariq bin Ziyad dengan
7000 pasukan.
Thariq bin Ziyad
berhasil memasuki wilayah benteng pertahanan Spanyol di sebuah selat. Selat ini
dikenal dengan sebutan Selat Jabal Thariq atau Selat Gibraltar. Penaklukan ini
terjadi pada tahun 711 M. Roderick akhirnya terdesak ke tebing Sungai Guadalete
dan menceburkan diri hingga tewas. Thariq bin Ziyad mampu menguasai Sidonia,
Carmona, dan Granada. Keberhasilan Thariq inilah yang membuatnya mudah untuk
menguasai Cordova dan Toledo. Ibu kota Spanyol.
Pada tahun 712 M,
Musa bin Nusair membawa 18.000 pasukan ke Spanyol untuk menaklukkan wilayah
Seville dan sejumlah kota kecil lainnya. Gabungan pasukan Musa bin Nusair
dengan pasukan Thariq akhirnya berhasil menguasai Sarragosa, Terragona, dan
Barcelona.
Kalau kita kaji pembahasan mengenai islam pada masa
Dinasti Umayyah 1 menggunakan Teori Islam Dom dimana teori Islam Dom merupakan
suatu teori yang menyatakan bahwa suatu kebudayaan islam lahir dari sumber
islam itu sendiri. Maka kita menemukan bahwa islam itu memang berbeda dengan
agama-agama lain. H.A.R. Gibb didalam bukunya Whiter Islam menyatakan bahwa, “islam
is indeed much more than a system of theology, it is a complete civilization”
(islam sesungguhnya lebih dari sekedar sebuah agama, ia adalah suatu peradaban
yang sempurna). Karena yang menjadi pokok kekuatan dan sebab timbulnya
kebudayaan adalah agama islam, kebudayaan yang ditimbulkannya dinamakan
kebudayaan atau peradaban islam. Landasan peradaban islam adalah kebudayaan
islam terutama wujud idealnya, sementara landasan kebudayaan islam adalah
agama. Jadi, dalam islam tidak seperti pada masyarakat yang menganut agama bumi
(nonsamawi), agama bukanlah kebudayaan tetapi dapat melahirkan kebudayaan.
Kalau kebuadayaan nerupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia, maka agama
islam adalah wahyu dari tuhan. Dari pembahasan diatas kita bisa melihat bahwa
dari berbagai peperangan yang dilakukan oleh islam tujuannya adalah supaya
dakwah islam bisa tersebar luas. Islam harus disebarkan dengan cara damai
karena didalam Al-Qur’an sendiri telah dijelaskan sebagai berikut :
Artinya : "Tidak ada paksaan untuk (memasuki)
agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang
sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut
dan beriman kepada
Allah, Maka sesungguhnya
ia telah berpegang kepada buhul
tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui" (Q.S. Al Baqarah: 256).
Dan juga umat islam diizinkan berperang dengan dua alasan yaitu (1)
untuk mempertahankan diri dan melindungi hak milik-nya dan (2) menjaga
keselamatan dalam penyebaran kepercayaan dan mempertahankannya dari orang-orang
yang menghalang-halanginya.
Dari pembahasan diatas jelas bahwa
para khalifah serta panglima-panglima perangnya berusaha dengan sekuat tenaga
bahkan bertaruh nyawa menjalankan perintah Allah dan Rasul supaya mendakwahlan
islam keseluruh penjuru dunia dengan cara damai bagi umat yang menerima dengan
senang hati agama islam dan memerangi apabila ada umat yang tidak menerima
ajaran islam secara tidak baik. Karena ketika Nabi Muhammad SAW ketika
melaksanakan haji terakhir yaitu Haji Wada’ beliau pernah berpesan dalah
khutbahnya. Diantara isi khutbahnya adalah larangan menumpahkan darah kecuali
dengan haq dan larangan mengambil harta orang lain dengan bathil, kemudian
persaudaraan dan persamaan di antara manusia harus ditegakkan serta yang paling
penting adalah umat islam harus selalu berpegang kepada dua sumber yang tak
pernah usang, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Dari pembahasan diatas, kita
bisa melihat betapa para khalifah sudah menjalankan sesuai dengan apa yang
diperintahkan Allah dalam Al-Qur’an dan apa yang dipesankan oleh Rasulullah
Saw. Untuk mendakwahkan agama islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar