“Hiduplah Seperti Pohon Kayu Yang Lebat Buahnya, Hidup Di Tepi Jalan Dan Dilempari Orang Dengan Batu, Tetapi Dibalas Dengan Buah” (Abu Bakar Sibli)

Rabu, 23 Oktober 2013

Makalah Hadis Tarbiyah : Pengaruh Pendidikan




KATA PENGANTAR

            Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah memberikan nikmat-Nya terutama nikmat kesehatan sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang “Pengaruh Pendidikan”. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan alam Nabi Muhammad Saw. Para sahabat, keluarga serta umat islam yang senantiasa mengikuti beliau sampai hari kiamat.
            Dalam makalah ini akan dibahas tentang hadis yang berhubungan dengan pengaruh pendidikan dalam pengembangan fitrah manusia dintaranya pengaruh teman, pengaruh kekasih, pengaruh orang tua dan pengaruh pendidik.
Semoga dengan hadirnya makalah ini bisa memberikan sedikit sumbangsih ilmu pengetahuan kepada pembaca terkait dengan tema yang akan di bicarakan.
Karena makalah ini disusun dengan sangat sederhana sehingga tidak menutup kemungkinan terjadinya kesalahan atau kekurangan baik itu dalam penulisan maupun dalam penyusunan materi. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun senantiasa penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
            Akhirnya, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Amien…..
Mataram,   Mei 2013

Penyusun


BAB 1
PENDAHULUAN
            Setiap anak memiliki potensi yang dibawa oleh fitrahnya. Namun potensi anak didik tidak akan berkembang dengan sendirinya tanpa ada usaha atau pengaruh dari lingkungan pendidikan sekitar. Bahkan pendapat ahli didik yang ekstrim yang disebut dengan aliran empirisme mengatakan bahwa anak didik bagaikan kertas putih bersih yang masih polos yang sangat bergantung pada pengaruh penulisnya. Begitu kekuatan pengaruh terhadap potensi anak didik yang sangat menentukan bentuk dan warna anak didik. Islam sebagaimana yang disebutkan beberapa hadis mengakui adanya pengaruh pendidikan dari luar diri anak disamping anak telah membawa potensi yang disebut dengan fitrah islamiyah. Fitrah itu dibawa oleh anak didik sejak lahir dan fitrah itu sudah tertulis bukan berarti kosong. Tulisannya adalah al-Islam. Pengaruh pendidikan disekitarnya tinggal mengembangkan keislaman fitrah tersebut. Setidaknya ada empat hal yang dapat mempengaruhi anak didik dalam mengembangkan fitrahnya yaitu Pengaruh teman, pengaruh kekasih, pengaruh orang tua dan pengaruh pendidik.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengaruh Teman
وَ عَنْ أَ بِيْ مُوْ سَى ا لأَ شْعَرِى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ :" إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيْسِ الصَّا لِحِ وَجَلِيْسِ السُّوْءِ كَحَا مِلِ الْمِسْكِ وَنَا فِخِ الْكِيْرِ, فَحَا مِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِ يَكَ, وَإِمَّا أَنْ تَبْتَا عَ مِنْهُ, وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيْحًا طَيِّبَةً. وَ نَا فِخُ الْكِيْرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَا بَكَ, وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيْحًا مُنْتِنَةً. (متفق عليه)
1.      Kosakata (Mufradat)
a.      الْجَلِيْسِ              
Asalnya diartikan orang yang duduk kemudian diartikan teman duduk, teman akrab.
b.     السُّوْءِ
Boleh dibaca sau’ atau su’ berarti; yang membencikan yakni teman yang berwatak buruk atau nakal yang membencikan orang lain.
c.      كَحَا مِلِ الْمِسْكِ
Seperti pembawa minyak misik atau minyak kasturi. Minyak kasturi itu berasal dari darah kijang yang tersimpan dalam kantong yang berada dekat dengan lehernya.
d.     وَنَفِخِ الْكِيْرِ
Peniup api untuk keperluan patria tau las. Asal arti al-kir adalah sebuah alat pompa angin yang dibuat dari kulit binatang, biasanya dipakai oleh tukang besi seperti patri.
e.      أَنْ يُحْذِ يَكَ
Ia memberi minyak kepadamu
f.       أَنْ تَبْتَا عَ
Engkau membeli
g.     أَنْ يُحْرِقَ ثِيَا بَكَ
Api itu membakar pakaianmu
h.     رِيْحًا مُنْتِنَةً
Bau tidak enak, busuk

2.      Terjemahan
            Dari Abu Musa Al-Asy’ari r.a. bahwasanya Nabi SAW bersabda : “Sesungguhnya perumpamaan bergaul dengan teman shalih dan teman nakal adalah seperti berteman dengan pembawa minyak kesturi dan peniup api. Pembawa minyak kesturi itu adakalanya memberi minyak kepadamu atau adakalanya kamu membeli daripadanya dan adakalanya kamu mendapatkan bau harum darinya. Dan peniup api itu adakalanya ia membakar kain bajumu dan adakalanya kamu mendapatkan bau busuk daripadanya.” (HR. Muttafaq ‘Alaih).

3.      Penjelasan Hadis
            Hadis ini membimbing kepada umat manusia bagaimana membentuk keperibadian yang baik yang merupakan cita-cita dan tujuan pendidikan dalam islam. Salah satunya adalah faktor pengaruh dari teman pergaulan dimana seseorang itu hidup. Dalam pendidikan, teman mempunyai pengaruh yang menentukan dalam pembentukan watak, karakter atau kepribadian seseorang di samping faktor lain, karena melalui teman inilah manusia sangat mudah dibentuk dan diwarnai pola hidup, pola pikir dan perilaku. Rasulullah Saw. Memberikan perumpamaan teman yang baik dan teman yang nakal atau teman yang buruk wataknya, sebagai berikut :
   إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيْسِ الصَّا لِحِ وَجَلِيْسِ السُّوْءِ كَحَا مِلِ الْمِسْكِ وَنَا فِخِ الْكِيْرِ
“Sesungguhnya perumpamaan bergaul dengan teman shalih dan teman nakal adalah seperti berteman dengan pembawa minyak kesturi dan peniup api.”

            Maksud teman disini adalah teman akrab sehari-hari sehingga terjadi interaktif antara dua belah pihak. Dalam hadis diatas diungkapkan dengan kata  al-Jalis artinya teman duduk dimaksudkan lebih umum bukan teman dalam duduk saja tetapi dalam segala hal, baik teman duduk, maupun berdiri, teman se-iya atau sekata atau teman akrab. Berbeda dengan teman sekedar atau sesaat dalam suatu tempat atau teman yang menjadi sasaran tujuan misalnya bergaul dengan anak nakal ada tujuan agar bisa merubah sikapnya menjadi baik.
            Sebagian ulama mengartikan kata”al-Jalis” dengan teman mujalasah duduk berbincang-bincang. Hadis diatas menganjurkan untuk duduk bersama berbincang-bincang yang baik seperti majlis zikir, majlis ilmu, dan pekerjaan-pekerjaan yang baik. Sebaliknya jauhilah duduk bersama teman yang berbincang-bincang tentang hal-hal yang tidak baik atau yang tidak ada manfaatnya seperti bergunjing, berdusta, omong porno dan sebagainya. Dalam menggambarkan bagaimana pengaruh teman, Rasul Saw. Membuat perumpamaan yang mudah dicerna dan dipahami oleh akal manusia biasa.
            Ada beberapa titik temu atau persamaan antara beberapa sifat yang dijadikan perumpamaan Rasul dalam hadis :
a.      Persamaan teman baik dengan pembawa minyak kasturi
            Persamaan kedua hal tersebut dijelaskan Nabi pada teks Hadis berikutnya secara terperinci yakni ada tiga hal :
1)      Memberi minyak wangi
فَحَا مِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِ يَكَ
“Pembawa minyak kesturi itu adakalanya memberi minyak kepadamu”.
            Ada tiga kemungkinan jika kita berteman dengan pembawa minyak misik atau minyak kesturi. Pertama, pembawa minyak itu adakalanya memberi minyak kepada kita secara gratis sekalipun banyak diolesi satu kali olesan atau satu kali semprotan dengan parfum. Maknanya, dengan berteman sama orang shaleh kita akan mendapat pemberian rahmat atau manfaat dari Allah SWT. Dan mendapat contoh serta keteladanan yang baik dari orang saleh itu.
2)      Membeli minyak wangi
وَإِمَّا أَنْ تَبْتَا عَ مِنْهُ
“Atau adakalanya kamu membeli daripadanya”
            Alternatif kedua, jika kita tertarik dengan minyak wangi teman yang harum itu sementara kita punya uang, pasti kita mau membeli minyak itu. Maknanya, teman saleh itu mengajarkan kebaikan kepada kita dan kita pun belajar daripadanya, teman saleh itu selalu memberi nasehat, arahan, bimbingan, dan pembinaan kepada kita. Teman saleh itu selalu mengajak kebaikan dan mencegah kejahatan, apabila melihat sesuatu yang tidak benar pada temannya diluruskan dan apa bila melihat temannya sedang menghadapi kesulitan dibantu dan sebagainya.


3)      Ikut mencium keharuman minyak
وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيْحًا طَيِّبَةً
“Dan adakalanya kamu mendapatkan bau harum darinya”
            Alternatif ketiga, kita mendapat bau harum dari teman pembawa minyak. Maknanya, seseorang yang berteman dengan orang saleh, citranya terangkat menjadi harum atau terbawa harum sebab persahabatan yang baik itu. Seseorang yang bersahabat dengan orang yang saleh dinilai baik atau saleh oleh masyarakat sekitarnya dan dihormati sebagaimana layaknya orang saleh.
b.      Persamaan teman nakal dengan peniup api
            Ada dua persamaan sifat antara teman buruk dengan peniup api, yaitu :
1)      Membakar pakaian
وَ نَا فِخُ الْكِيْرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَا بَكَ
“Dan peniup api itu adakalanya ia membakar kain bajumu”
            Teman nakal itu akan membakar kamu sebagaimana tukang las yang memercikan api ke lingkungan sekitarnya, baju dan celananya berlubang-lubang karena percikannya. Orang yang bersahabat dengan teman nakal akan terbakar kepribadiannya dan rusak akhlaknya. Banyak orang yang semula baik kepribadiannya, tetapi kemudian rusak karena pergaulan dengan teman yang tidak baik. Berapa banyak anak yang semula datang dari desa berkepribadian polos dan jujur mungkin karena pendidikan dalam keluarganya baik dan belajar disekolah yang baik pula. Tetapi setelah keluar ke kota pergaulan anak tersebut menjadi bebas, anak-anak nakal ditemani tanpa selektif, peminum, pemabuk, dan lain-lain yang berakibat hancurnya akhalak anak tersebut.
2)      Mencium bau busuk
وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيْحًا مُنْتِنَةً
“Dan adakalanya kamu mendapatkan bau busuk daripadanya”.
            Akibat kedua, adakalanya citra seseorang yang berteman dengan teman yang nakal menjadi busuk dan hancur. Seperti halnya ketika seorang penjahat ditangkap polisi, teman-teman dekatnya pun diciduk polisi karena dianggap mempunyai andil yang sama. Demikian juga status sosialnya, orang itu dinilai rendah tidak berharga di tengah-tengah masyarakat sekalipun sebenarnya dia orang baik.
            Pengaruh teman memang sangat besar dalam membentuk kepribadian seorang anak didik baik dan buruknya, lingkungan masyarakat di sekitarnya sangat berpotensi dalam mempengaruhi pembentukan kepribadian anak. Al-Zurnujiy memberi bimbingan kepada para pelajar agar memilih teman yang tekun belajar, memelihara hukum (wara’), berkarakter yang baik dan cerdas. Pelajar hendaknya menjauhi teman pemalas, penganggur, banyak bicara sedikit kerja, perusak dan pemfitnah. Pengaruh tersebut bukan saja dalam membentuk kepribadian akan tetapi juga berpengaruh dalam penilaian masyarakat untuk menentukan status seseorang. Status seseorang bisa dinilai baik atau buruk karena teman dekatnya, sekalipun status sesungguhnya berlawanan dengan penilaian mereka. Penilaian seseorang yang didasarkan pada teman dekatnya tidak salah karena pada umumnya kepribadian teman mempunyai pengaruh menjalar dan menular kepada sesame teman dekatnya. Hal ini juga dikatakan ‘Adiy bin Zayd al-‘Ibadiy dalam kitabnya Diwan al-Ma’aniy (1/124) dan juga disebutkan oleh al-Zurnujiy dlam kitabnya Ta’lim al-Muta’allim :

عَنِ الْمَرْءِ لاَ تَسْأَ لْ وَ أَبْصِرْ قَرِ يْنَهُ # فَإِ نَّ الْقَرِ يْنَ بِا لْمُقَا رَنِ مُقْتَدِي
Tentang (kepribadian) seseorang janganlah engkau tanyakan dan lihatlah siapa temannya.
Sesungguhnya teman dengan persahabatannya itu pasti mengikuti

            Teman memang mempunyai pengaruh yang besar yang dapat membantu kesuksesan para pengajar dalam mencapai suatu tujuan dalam pendidikan. Teman yang baik selalu dibutuhkan siapapun yang menghendaki kebaikan dalam kehidupannya baik dlam urusan duniawi maupun ukhrawi. Abdullah Nashih Ulawan memberikan kriteria teman saleh yang baik tidak cukup sekedar terdidik, cerdas, dan pandai. Akan tetapi teman yang baik adalah yang dapat mengkompromikan dengan sifat-sifat keutamaan saleh, takwa, berpikiran matang atau dewasa, peka terhadap problematika sosial  dan paham islam secara benar.
4.      Pelajaran yang dapat dipetik dari hadis
1)      Anjuran berteman dengan orang atau anak yang berkepribadian saleh, baik dalam agama maupun dalam urusan dunia.
2)      Larangan berteman dengan orang yang berkepribadian buruk
3)      Persahabatan mempunyai pengaruh yang besar dalam pendidikan, baik dan buruknya kepribadian seseorang di antaranya ditentukan oleh teman-teman yang ada disekelilingnya.
4)      Anjuran kepada pendidik, pengajar, guru, orang tua dan yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak agar memilihkan teman-teman yang baik buat anak didiknya.
5)      Berhati-hatilah dalam memilih teman karena penilaian masyarakat terhadap kepribadian seseorang umumnya tergantung dari dengan siapa ia berteman.

B.  Pengaruh Kekasih
عَنْ أَ بِيْ هُرَ يْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَا لَ : الرَّ جُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ, فَلْيَنْظُرْ أَحَدُ كُمْ مَنْ يُخَا لِلْ (رواه أبوداودوالتر مذى بإسنادصحيح وقال التر مذى حديث حسن).
وَعَنْ أَبُوْ مُوْسَى الأَشْعَرِى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : قِيْلَ للنَّبِيِ صلى الله عليه وسلم : الرَّ جُلُ يُحِبُّ الْقَوْمَ وَلَمَّ يَلْحَقَّ بِهِمْ ؟ قَالَ : "الْمَرْءُ مَعَ مَنَ أَحَبَّ".


1.      Kosakata (Mufradat)
a.      عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ
Mengikuti agama kekasihnya atau agamanya
b.     الخَلِيْلِ
Kekasih kemudian bisa diartikan teman yang menjadi kekasihnya
c.      فَلْيَنْظُرْ
Maka hendaklah perhatian, perhatian dengan mata hati
d.     مَنْ يُخَا لِلْ
Siapa yang menjadi kekasihnya
e.      مَعَ مَنَ أَحَبَّ
Bersama orang yang dicintainya
f.       وَلَمَّا يَلْحَقْ بِهِمْ
Tidak beramal seperti amal mereka. Kata “lamma” diartikan tidak atau belum yang menunjuk perbuatan yang telah lewat atau yang sedang dikerjakan. Tetapi kemungkinan bisa sama pada masa yang akan datang

2.      Terjemahan
            Dari Abi Hurairah r.a. bahwasanya Nabi Saw. Bersabda: “seseorang itu mengikuti agama kekasihnya, oleh sebab itu hendaklah salah seorang diantara kamu memperhatikan siapakah kekasihnya.” (HR. Abu Dawud dan al-Turmudzy dengan sanad yang sahih dan al-Turmudzy berkata bahwa hadis ini Hasan).
            Dari Abu Musa al-Asy’ary r.a. bahwasanya Nabi Saw. Bersabda: “Orang itu akan bersama-sama orang yang dicintainya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam satu riwayat dikatakan:” Ada seseorang bertanya kepada Nabi Saw. Tentang seseorang yang mencintai sesuatu kaum (sekelompok orang) tetapi ia belum pernah bertemu dengan mereka”, maka beliau menjawab:” Seseorang itu akan bersama-sama dengan orang yang dicintainya (nanti diakhirat).”

3.      Penjelasan Hadis
            Hadis ini juga menjelaskan adanya pengaruh kekasih atau teman yang dicintainya. Secara psikologis setiap orang mempunyai kecenderungan untuk memilih kekasih atau teman yang sama dengan dicintainya. Teman atau kekasih yang dicintai seseorang pada umumnya sesuai dengan apa yang dicintai oleh dirinya. Seseorang berkelompok atau berkumpul pada umumnya juga cenderung memilih kelompok yang sama. Hal ini menunjukkan adanya kesamaan antara sesame teman yang dicintai baik dalam beragama, hobi, kesenangan, watak, karakter, profesi dan lain-lain. Misalnya mahasiswa UIN kecenderungan berkumpul sesame mahasiswa dari UIN, minimal yang memiliki watak atau visi dan misi yang sama ketika bercampur baur dengan para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Demikian juga seorang guru, dosen, ulama, dokter, insinyur, karyawan dan lain-lain. Oleh karena itu, di sana banyak kelompok atau organisasi yang mengikat kecenderungan yang sama tersebut.
Rasulullah bersabda sebagaimana dalam hadis diatas :
الرَّ جُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ
“Seseorang itu mengikuti agama kekasihnya.”
            Seseorang itu mengikuti kebiasaan temannya, pandangan hidup, akhlak dan agamanya. Dengan demikian melihat seseorang cukup melihat kekasihnya, jika kekasihnya orang baik maka dia baik pula dan jika kekasihnya orang jahat atau orang tidak baik maka diapun menjadi orang yang tidak baik.

فَلْيَنْظُرْ أَحَدُ كُمْ مَنْ يُخَا لِلْ
“Hendaklah salah seorang di antara kamu memperhatikan siapakah kekasihnya”.
            Hadis ini perintah kepada kita yang memilih kekasih untuk dijadikan teman agar memperhatikan kebiasaan dan akhlaknya, carilah kekasih yang baik akhlaknya. Jika agama dan akhlak kekasih itu baik temanilah dan jika buruk tinggalkanlah, karena sesungguhnya watak atau karakter itu mencuri dan pergaulan itu berpengaruh dalam pembentukan kepribadian. Al-Ghazali berkata:”Berteman dengan orang yang rakus dunia menjadi rakus dan berteman dengan orang yang zuhud menjadi zuhud”.
            Perintah memilih teman yang baik dalam hadis tersebut berlaku kepada semua orang sekalipun kecenderungan hatinya tidak baik. Demikian juga makna kekasih juga bersifat umum, baik kekasih sebagai teman biasa atau kekasih sebagai teman berbisnis maupun kekasih  untuk dijadikan pasangan seperti calon istri, calon menantu, dan calon mertua. Semuanya hendaknya lebih mengutamakan factor agama dan akhlak. Rasulullah Saw. Bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:

تُنْكَحُ الْمَرْأَ ةُ لِأَ رْبَعٍ : لِمَا لِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَا لِهَا وَلِدِ يْنِهَا فَا ظْفَرْ بِذَاتِ اَلدِّ يْنِ تَرِ بَتْ يَدَاكَ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ بَقِيَّةِ اَلسَّبْعَةِ)
Wanita itu dinikahi karena 4 perkara : karena hartanya, karena nasab keturunannya, karena kecantikan dank arena agamanya. Pilhlah wanita yang beragama, berdebu kedua tanganmu (berkah hidupmu). (Muttafaq ‘Alaih dan imam tujuah).
            Kekasih untuk dijadikan pasangan hidup untuk membangun suatu rumah tangga yang berbahagia juga sangat ditentukan oleh akhlak dan agamanya. Hadis ini membimbing kepada kita untuk memilih kekasih yang beragama dan berakhlak di samping factor lain. Memilih kekasih untuk dinikahi dipersilahkan dengan berbagai pertimbangan seperti harta, kecantikan, keturunan, dan lain-lain, sebagaimana pada umumnya manusia. Hadis menyebut kronologi umumnya manusia. Tetapi kemudian pertimbangan agama dan akhlak merupakan penekanan tersendiri dan harus dinomorsatukan sebagaimana yang ditekankan dalam hadis diatas, agar mendapatkan hikmah tertinggi yakni sakinah, mawaddah dan rahmah.
Kekasih yang baik mempunyai pengaruh yang besar dalam rumah tangga, baik terhadap pasangan suami istri dan anak-anak keturunannya. Banyak rumah tangga yang sukses dan berbahagia, berkat pasangan kekasihnya orang baik-baik. Sebaliknya banyak rumah tangga yang hancur disebabkan karena kekasihnya berkepribadian buruk atau tidak baik.
            Ketika ada salah seorang sahabat bertanya kapan dating hari kiamat?” Nabi Saw. Kembali bertanya;”Apa persiapanmu untuk menghadapi kiamat?” jawab orang itu: “Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya”. Lantas beliau menjawab:

الْمَرْءُ مَعَ مَنَ أَحَبَّ
“Orang itu akan bersama-sama orang yang dicintainya.”
            Bersama artinya dinilai sama atau dihukumi sama antara yang mencintai dan yang dicintai. Jika orang yang dicintai itu baik, maka orang itu dinilai baik pula dan jika orang yang dicintai itu tidak baik, maka ia dinilai tidak baik. Dalam konteks hadis di atas sahabat tersebut digiring bersama Nabi dalam surga sekalipun tidak sama kelasnya, tentunya kelas surga Nabi yang paling tinggi, karena amaliah beliau yang tidak sama dengan manusia biasa. Dalam satu riwayat seorang sahabat bertanya: Bagaimana jika seorang mencintai kaum, tetapi amalnya tidak sama dengan mereka? Nabi tetap menjawab: “Seorang bersama dengan orang yang dicintainya”.
            Hadis ini memerintahkan untuk mencintai Rasul dan orang-orang saleh. Mencintai orang saleh berarti mengikuti jejak mereka dalam melaksanakan perintah-perintah agama, menjauhkan segala larangannya dan berakhlak mulia. Orang yang mencintai orang saleh dihukumi saleh pula. Ia dikelompokkan bersama orang saleh baik didunia maupun diakhirat. Dalam QS. Al-Furqan (25) : 27-29 Allah menceritakan penyesalan orang yang tidak mencintai orang-orang yang saleh besok dihari kiamat.
tPöqtƒur Ùyètƒ ãNÏ9$©à9$# 4n?tã Ïm÷ƒytƒ ãAqà)tƒ ÓÍ_tFøn=»tƒ ßNõsƒªB$# yìtB ÉAqߧ9$# WxÎ6y ÇËÐÈ  
4ÓtLn=÷ƒuq»tƒ ÓÍ_tFøs9 óOs9 õσªBr& $ºRŸxèù WxŠÎ=yz ÇËÑÈ  
ôs)©9 ÓÍ_¯=|Êr& Ç`tã ̍ò2Ïe%!$# y÷èt/ øŒÎ) ÎTuä!$y_ 3 šc%Ÿ2ur ß`»sÜø¤±9$# Ç`»|¡SM~Ï9 Zwräs{ ÇËÒÈ  

27. Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya[1064], seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul".
28. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan[1065] itu teman akrab(ku).
29. Sesungguhnya Dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.

[1064] Menggigit tangan (jari) Maksudnya menyesali perbuatannya.
[1065] Yang dimaksud dengan si Fulan, ialah syaitan atau orang yang telah menyesatkannya di dunia.

            Mendidik anak cinta orang saleh sangat penting dengan mengenalkan figure orang-orang saleh baik masih hidup maupun sejarah mereka yang sudah wafat, agar anak-anak dapat meneladani kehidupan mereka.
4.      Pelajaran yang dapat dipetik dari hadis
1)      Memiliki kekasih, teman dan sahabat yang dicintai agamanya dan menjauhi teman yang dibenci agamanaya dan menjauhi teman yang dibenci agamanya.
2)      Derajat minimal dalam persaudaraan dan persahabatan adalah menilai teman sama dengan kepentingan dirinya sendiri.
3)      Orang yang mencintai kekasih, teman, dan sahabat orang saleh dan taqwa dinilai sama dengan oaring saleh baik di dunia maupun di akhirat.
4)      Menjauhi kekasih atau teman yang nakal dan fasik agar tidak digiring bersama mereka
5)      Milikilah teman yang cinta akan dunia sekaligus cinta juga akan akhirat

C.    Pengaruh Orang Tua
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ  قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مَا مِنْ مَوْ لُوْ دٍ إِلَّا يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَ بَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَا نِهِ كَمَ تُنْتَجُ الْبَهِيْمَةُ بَهِيْمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّوْ نَ فِيْهَا مِنْ جَدْ عَاءَ ثُمَّ يَقُوْلُ أَبُوْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فِطْرَةَ اللهِ الَّتِيْ فَطَرَالنَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللهِ ذَلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ (متفق عليه)
1.      Kosakata (Mufradat)
a.      مَوْلُوْدٍ
Anak yang dilahirkan
b.     عَلَى الْفِطْرَةِ
Atas fitrah, ciptaan asal yang dibawa sejak lahir
c.      يُهَوِّدَانِهِ
Mereka membuatnya menjadi beragama yahudi
d.     وَيُنَصِّرَانِهِ
Dan mereka yang membuatnya menjadi beragama Nasrani
e.      أَوْيُمَجِّسَانِهِ
Atau mereka yang membuatnya beragama Majusi
f.       تُنْتَجُ
Ia melahirkan
g.     الْبَهِيْمَةُ
Binatang ternak
h.     جَمْعَاءَ
Sempurna
i.       مِنْ جَدْعَاءَ
Daripada kekurangan

2.      Terjemahan
            Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah Saw. Bersabda: ”Tidak ada dari seorang anak (Adam) melinkan dilahirkan atas fitrah (islam), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya beragama Yahudi atau beragama Nasrani atau beragama Majusi. Bagaikan seekor binatang yang melahirkan seekor anak. Bagaimana pendapatmu, apakah didapati kekurangan? Kemudian Abu Hurairah membaca firman Allah (Q.S. ar-Rum: 30). (Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah (agama Allah). (HR. Muttafaq ‘Alaih).

3.      Penjelasan Hadis
            Hadis diatas menjelaskan tentang status fitrah setiap anak, bahwa statusnya bersih, suci dan islam baik anak seorang muslim ataupun orang non muslim. Kemudian orang tuanyalah yang memelihara dan memperkuat keislamannya atau bahkan mengubah menjadi tidak muslim, seperti Yahudi, Nasrani, dan Majusi. Hadis ini memperkuat bahwa pengaruh orang tua sangat dominan dalam membentuk kepribadian seorang dibandingkan dengan factor-faktor pengaruh pendidikan lain. Kedua orang tua mempunyai tanggung jawab yang lebih besar dalam mendidik anaknya.
Rasulullah Saw. Bersabda :
مَا مِنْ مَوْ لُوْ دٍ إِلَّا يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ
“Tidak ada dari seorang anak (Adam) melainkan dilahirkan atas fitarah (islam)”.

            Ada beberapa redaksi teks hadis ini yang berbeda dalam beberapa buku induk hadis sekalipun maknanya sama, antara lain sebagaimana di atas riwayat Bukhari Muslim, riwayat lain sebagai berikut :
a.       Riwayat Abu Dawud, Ahmad, dan Ibnu Hibban:
كُلُّ مَوْ لُوْ دٍ يُوْ لَدُ عَلَى الْفِطْرَ ةِ . . . .
b.      Riwayat al-Baihaqy, Ahmad dalam riwayat lain dan Malik:
مَا مِنْ مَوْ لُوْ دٍ فِيْ بَنِيْ آدَمِ إِلَّا يُوْ لَدُ عَلَى الْفِطْرَ ةِ . . . .
كُلُّ إِنْسَا نٍ تَلِدُ هُ أُمُّهُ عَلَى الْفِطْرَ ةِ . . . .
                       Secara etimologi kata Fitrah berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata
فَطَرَ – يَفْطِرُ – فَطْرًا – وَفِطْرَةً  yang artinya :
1)      Terbelah dan tumbuh, misalnya :  فَطَرَ نَابَ الْبَعِيْرِ”- “ Onta itu terbelah (daging gusi) dan tumbuh gigi taringnya.”  Tumbuhnya gigi taring dengan membelah daging gusi mengawali asal kejadiannya, disebut fitrah.
2)      Ciptaan awal, misalnya firman Allah dalam Q.S. al-An’am : (6): 79 :
ÎoTÎ) àMôg§_ur }Îgô_ur Ï%©#Ï9 tsÜsù ÅVºuq»yJ¡¡9$# šßöF{$#ur $ZÿÏZym ( !$tBur O$tRr& šÆÏB šúüÏ.ÎŽô³ßJø9$# ÇÐÒÈ  
79. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah Termasuk orang-orang yang mempersekutukan tuhan.

Dalam ayat diatas, ciptaan langit dan bumi adalah ciptaan Allah yang tidak ada contoh sebelunya dan tidak ada yang menyerupainya. Demikian juga ciptaan Allah yang lain, seperti bentuk manusia baik dari segi jasmani dan rohani adalah fitrah.
3)      Dalam berbagai Kamus Besar Bahsa Indonesia, pada umumnya diartikan; sifat asal, bakat, pembawaan, perasaan agama, ciptaan yang ada pada setiap sesuatu pada awal kejadian, sifat segala sesuatu yang ada pada masa awal ciptaannya, sifat perangai yang siap menerima agama.

            Dari beberapa keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa arti fitrah adalah ciptaan awal, asal kejadian, insting, dan bawaan sejak lahir, baik berbentuk fisik, psikis, rohani atau sifat, dan norma, baik pada mahluk manusia atau yang lain. Mungkin ia lebih dekat dengan insting, sekalipun tidak sama persis, karena fitrah makna cakupannya meliputi naluri dan jati diri baik secara lahir dan batin sedang insting bersifat potensi batin saja untuk membimbing melakukan suatu aktifitas pekerjaan.
            Makna fitrah pada hadis diatas terdiri dari beberapa pengertian, diantaranya:
1)      Al-khilqah (ciptaan) awal sejak dilahirkan yangmasih netral tidak diketahui iman dan kufurnya sehingga mencapai umur baligh.
2)      Al ((ال pada kata “al-fitrah” (الفطرة) bermakna; fitrah yang sudah dimaklumi (للعهد)  maknanyaفطرة أبو يه  (fitrah anak mengikuti fitrah kedua orang tuanya). Fitrah anak islam jika orang tuanya muslim dan sebaliknya.
3)      Fitrah diartikan agama islam. Jadi, setiap anak yang lahir membawa fitrah yakni agama islam, sekalipun dari orang tua yang non-muslim. Pendapat terakhir ini didukung oleh beberapa alasan:
a)      Ditunjuki oleh perkataan Abu Hurairah setelah menyampaikan periwayatan hadis tersebut, melalui sanad yang berbeda, kemudian ia membaca Q.S. ar-Ruum (30): 30 :
óOÏ%r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9 $ZÿÏZym 4 |NtôÜÏù «!$# ÓÉL©9$# tsÜsù }¨$¨Z9$# $pköŽn=tæ 4 Ÿw Ÿ@ƒÏö7s? È,ù=yÜÏ9 «!$# 4 šÏ9ºsŒ ÚúïÏe$!$# ÞOÍhŠs)ø9$#  ÆÅ3»s9ur uŽsYò2r& Ĩ$¨Z9$# Ÿw tbqßJn=ôètƒ ÇÌÉÈ  

30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168],

[1168] Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.

Makna fitrah pada ayat diatas jelas agama islam, karena kalimat sebelumnya pada ayat tersebut, Allah berfirman pada permulaan ayat : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus pada agama Allah”.
b)      Firman Allah dalam Q.S. al-A’raaf (7) : 172, ketika Tuhan mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan diambil kesaksian atas jiwa mereka, Tuhan berfirman :
øŒÎ)ur xs{r& y7/u .`ÏB ûÓÍ_t/ tPyŠ#uä `ÏB óOÏdÍqßgàß öNåktJ­ƒÍhèŒ öNèdypkô­r&ur #n?tã öNÍkŦàÿRr& àMó¡s9r& öNä3În/tÎ/ ( (#qä9$s% 4n?t/ ¡ !$tRôÎgx© ¡ cr& (#qä9qà)s? tPöqtƒ ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# $¯RÎ) $¨Zà2 ô`tã #x»yd tû,Î#Ïÿ»xî ÇÊÐËÈ  

172. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",

                        Ayat diatas secara dialogis mengisyaratkan adanya pengakuan dan persaksian terhadap Tuhan sejak manusia belum lahir secara fisik di dunia ini sudah mengakui Allah sebagai Tuhan.

Lanjut sabda Nabi Saw :

فَأَ بَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَا نِهِ
“Orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani, dan/atau Majusi”.
           
            Hadis diatas memperkuat makna fitrah islam sebagai dasar awal, sedang Yahudi, Nasrani dan Majusi adalah dampak pengaruh belakangan yang ditimbulkan oleh orang tua atau lingkunagn sekitarnya. Orang tua menjadi pendidik pertama dan utama. Sedang faktor pendidik lain seperti guru dan lingkungan masyarakat harus diciptakan oleh orang tua sebagai pendukung yang tidak boleh kontradiktif, sebagai realisasi rasa tanggung jawab orang tua tersebut.
            Kesempurnaan fitrah dalam hadis sudah jelas baik fisik maupun non fisik. Dari segi fisik sudah ada ketentuan ciptaan dari Allah Swt. Apakah dari segi jenis kelamin, bentuk fisik, tinggi pendek, dan warna kulit dan dari segi nonfisik seperti agama islam yang dibawanya sejak lahir. Kesempurnaan fitrah itu digambarkan Rasul bagaikan seekor binatang yang lahir. Beliau bersabda:

كَمَ تُنْتَجُ الْبَهِيْمَةُ بَهِيْمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّوْ نَ فِيْهَا مِنْ جَدْ عَاءَ
“Bagaikan seekor binatang yang melahirkan seekor anak dalam keadaan sempurna tidak ada cacat sedikitpun”.
            Ungkapan ini memperkuat makna fitrah anak sejak lahir secara paripurna, ibarat seekor binatang yang lahir secara utuh tidak ada kekurangan sedikit pun. Hanya manusia yang tidak bersyukur kepada Allah yang kemudian mengubah-ubah fitrah itu menjadi cacat dan berkurang, seperti dipotong kupingnya dan lain-lain.
            Fitrah sangat memerlukan bantuan dan bimbingan pendidikan orang tua, orang dewasa, guru, pendidik dan pengajar dengan sadar bahkan lingkungan yang mendukung, karena tidak mungkin anak yang baru dilahirkan mengenal agama dengan sendirinya. Kondisi anak yang baru lahir dijelaskan Q.S. an-Nahl (16): 78:

ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& Ÿw šcqßJn=÷ès? $\«øx© Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur   öNä3ª=yès9 šcrãä3ô±s? ÇÐÑÈ  

78. Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.

            Menurut Ibnu al-Qayyim, bukan berarti anak itu mengenal agama dengan fitrahnya, akan tetapi fitrah itu menerima untuk mengenal agama dan mencintainya, jiwa fitrah ini mengakui dan mencintai agama. Seandainya ia dilepas dan tidak ada yang kontra, ia tidak akan pindah ke fitrah lain. Penegasan Ibnu al-Qayyim di atas perlunya usaha pendidikan fitrah yang sesuai dengan fitrahnya untuk memelihara, membimbing, dan mengembangkannya kearah tujuan pendidikan yang dituju, yaitu membentuk pribadi muslim yang takwa kepada Allah Swt.
            Jadi tugas pendidikan adalah memelihara dan membimbing fitrah dengan menciptakan lingkungan pendidikan yang sesuai dengan fitrah itu sendiri, kearah tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan islam, yaitu menjadi manusia yang berkepribadian yang baik sesuai dengan tuntunan agama.

4.      Pelajaran yang dapat dipetik dari hadis
            Dari uraian diatas pelajaran yang dapat diambil sebagai berikut :
1)      Makna fitrah boleh beragam dan berbeda di kalangan para pakar pendidikan, akan tetapi dalam konteks keimanan dan perspektif sunah mayoritas ulama memberikan makna agama islam yang suci lahir dan batin.
2)      Pendidikan fitrah anak merupakan amanat dari Tuhan yang secara khusus dipikulkan di atas pundak kedua orang tuanya.
3)      Kewajiban pendidikan adalah menjaga kesucian fitrah dari pengaruh pendidikan yang kotor yang ingin mengubah kesucian fitrah tersebut.
4)      Aspek pendidikan fitrah sangat menentukan bagi keberhasilan pendidikan, karena ia merupakan landasan utama dalam penyelenggaraan pendidikan islam.
5)      Orang tua yang sebagai pendidik pertama dan utama harus bisa menjaga potensi yang telah diberikan oleh Allah kepada anak untuk mengembangkan fitrahnya.



D.    Pengaruh Pendidik
وَعَنْصُهَيْبٍ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ - : أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – , قَالَ : (( كَانَ مَلِكٌ فِيْمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ وَكَانَ لَهُ سَا حِرٌ فَلَمَّا كَبِرَ قَالَ للمَلِكِ : إِنِّي قَدْ كَبِرْتُ فَابْعَثْ إِلَيَّ غُلَامًا أُعَلَّمْهُ السَّحْرَ : فَبَعَثَ إِلَيْهِ غُلَامًا يُعَلَّمَهُ, وَكَانَ فِيْ طَرِيْقِهِ إِذَا سَلَكَ رَاهِبٌ, فَقَعَدَ إِلَيْهِ وَسَمِعَ كَلَامَهُ فَأَعْجَبَهُ, وَكَانَ إِذَا أَتَى السَّاحِرَ, مَرَّ بالرَّاهبِ وَقَعَدَ إِلَيْهِ, فَإِذَا أَتَى السَّا حِرَضَرَبَهُ, فَشَكَا ذَلِكَ إِلَى الرَّاهِب, فَقَالَ : إِذَا خَشيتَ السَّا حِرَ, فَقُلْ : حَبَسَنِيْ أَهْلِي, وَإِذَا خَثِيتَ أَهْلَكَ, فَقُلْ : حَبَسَنِي السَّا حِرِ. فَبَيْنَمَا هُوَ عَلَى ذَلِكَ إِذْ أَتَى عَلَى دَابَّةٍ عَظِيْمَةٍ قَدْ حَبَسَتِ النَّا سَ, فَقَالَ : الْيَوْمَ أَعْلَمُ السَّاحِرُ أَفْضَلُ أم الرَّاهبُ أَفْضَلَ؟ فَأَخَذَ حَجَرًا, فَقَالَ : اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ أَمْرُالرَّاهِبِ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ أَمْرِ السَّا حِرِ فَاقْتُلْ هَذِهِ الدَّابَّةَ حَتَّى يَمضِي النَّاسُ, فَرَمَاهَا فَقَتَلَهَا وَمَضَى النَّاسِ, فَأَتَى الرَّاهبَ فَأَخْبَرَهُ. فَقَالَ لَهُ الرَّاهبُ: أَيْ بُنَيَّ أَنْتَ اليَوْمَ أَفْضَلَ مِنِّي قَدْ بَلَغَ مِنْ أَمْرِكَ مَا أَرَى, وَإِنَّكَ سَتُبْتَلَى, فَإِنَّ ابْتُلِيْتَ فَلَا تَدُلَّ عَلَيَّ : وَكَانَ الْغُلَامُ يُبْرِىءُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ, وَيُدَاوِي النَّاسَ مِنْ سَائِرِالأَدْوَاء . . . (أخرجه مسلم)
1.      Kosakata (Mufradat)
a.      سَاحِرٌ
Tukang sihir atau dukun dalam riwayat al-Turmudzi
b.     غُلَامًا
Seorang anak dalam usia sejak bersapih dari susuan ibunya sampai baligh
c.      رَاهِبٌ
Seorang tokoh agama pada masa umat dahulu, pendeta
d.     فَأَعَجَبَهُ
Maka ia tertarik
e.      فَشَكَا
Maka ia mengadu
f.       إِذَاخَشيتَ
Jika engkau takut
g.     حَبَسَنِي
Ia melarang aku
h.     دَابَّةٍعَظِيْمَةٍ
Seekor binatang besar, macan
i.       سَتُبْتَلَى
Engkau akan diuji
j.       يُبْرِىءُ
Ia menyembuhkan
k.     الأكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ
Buta sejak lahit dan kusta
l.       وَيُدَاوِي
Dan ia mengobati
m.  الأَدْوَاء
Berbagai penyakit, jamak dari kata : دَوَاءَ

2.      Terjemahan Hadis
            Dari Syuhaib r.a. Rasulullah Saw bersabda : “Dahulu ada seorang raja, dia mempunyai seorang ahli sihir. Setelah ahli sihir itu tua, dia berkata kepada sanga raja: Aku telah tua, kirimkan kepadaku seorang anak remaja untuk aku ajarkan kepadanya ilmu sihir. Kemudian didatangkan kepadanya seorang anak remaja untuk diajarinya. Di jalan yang dilalui anak itu ketika pergi kepada ahli sihir itu ada seorang pendeta. Maka ia mampir krpada pendeta itu dan mendengarkan ajarannya. Ternyata ajaran pendeta itu sangat mengagumkan baginya. Setiap remaja yang datang terlambat kepada ahli sihir itu, dia dipukulnya, lalu dia mengadu kepada si pendeta. Pendeta itu berkata: Jika kamu takut kepada ahli sihir karena terlambat datang, katakanlah kepadanya Aku terlambat karena dihalangi keluarga. Dan jika kamu takut kepada keluargamu, katakanlah kepadanya, Aku terlambat pulang karena dihalangi ahli sihir. Maka berjalanlah suasana demikian dalam beberapa waktu. Pada suatu ketika, dia melewati seekor binatang besar yang menghambat manusia berlalu lintas, lalu anak remaja itu berkata: sekarang aku akan tahu, si ahli sihirkah yang lebih utama atau si pendeta? Kemudian diambillah sebuah batu, lalu dia mengucapkan, Ya Allah, jika ilmu pendeta itu lebih engkau senangi dari pada ilmu tukang sihir, bunuhlah binatang itu sehingga orang-orang pun dapat lewat. Setelah peristiwa itu, remaja pergi mendatangi pendeta memberitahukan kejadian tersebut. kata pendeta kepadanya: Wahai anakku, sekarang kamu lebih utama daripadaku. Ilmu yang kamu miliki telah sampai pada tujuan yang telah aku harapkan. Akan tetapi, kamu harus ingat bahwa kamu akan mendapat cobaan. Jika kamu telah dicoba, janganlah sampai menunjukkan bahwa akulah yang mengajarimu. Remaja itu dapat menyembuhkan orang buta sejak lahir dan oarng yang terkena penyakit kusta. Bahkan ia dapat mengobati berbagai macam penyakit yang diderita manusia… (HR. Muslim).
3.      Penjelasan Hadis
            Hadis diatas merupakan potongan dari teks hadis yang panjang yang menjelaskan tentang suatu kasus yang terjadi pada masa umat terdahulu. Berita hadis yang disampaikan Nabi Saw termasuk berita gaib yang tidak diketahui sebelumnya kecuali melalui periwayatan yang shahih seperti hadis di atas. Hadis ini menjelaskan bagaimana keberhasilan pendidikan seorang bergantung guru yang memengaruhinya. Pengaruh seorang guru dari kalangan ahli agama lebih berhasil daripada guru tukang sihir, karena kebenaran ajarannya dapat dibuktikan oleh muridnya sehingga menumbuhkan kepercayaan yang kuat terhadap gurunya.
            Pada mulanya seorang murid yakni seorang seorang remaja masih polos belum tahu mana diantara dua guru yang harus di ikuti. Remaja ini dikirim karena permintaan tukang sihirnya, karena dia sudah tua demi keberlangsungan kerajaan. Kata tukang sihir:
إِنِّي قَدْ كَبِرْتُ فَابْعَثْ إِلَيَّ غُلَامًا أُعَلِّمْهُ السِّحْرَ
“Aku telah tua, kirimkan kepadaku seorang anak remaja untuk aku ajarkan kepadanya ilmu sihir.”
            Kemudian dikirimlah remaja itu untuk mempelajari ilmu sihir, tetapi kemudian ditengah perjalanan ia sangat tertarik dengan pengajaran seorang pendeta yang mengajarkan ilmu kebenaran. Dua guru itu membawa pengaruh yang berbeda, guru seorang tukang sihir raja membawa ilmu kebatilan dan guru seorang pendeta membawa ilmu kebenaran yang sejati. Ditengah perjalanan seorang remaja itu harus memutuskan dan memilih mana salah satu diantara kedua guru yang benar. Ketika dihadapkan suatu ujian besar yankni terhadang seekor binatang macan ditengah jalan, disitulah ia minta petunjuk kepada Allah. Jika binatang itu dilempar dengan batu kerikil bisa mati, maka yang benar adalah guru seorang pendeta dan jika tidak mati, maka yang benar adalah guru seorang tukang sihir raja. Benarlah, remaja itu mendapat bimbingan petunjuk dari Allah, binatang itu mati seketika, maka ia memutuskan memilih berguru pada ilmu yang benar sehingga menjadi seorang pelajar yang sukses yakni menjadi dokter yang bisa mengobati berbagai penyakit termasuk penyakit yang tidak bisa oleh dokter pada umumnya.
            Keberhasilan remaja karena keyakinan dan iktikad yang benar terhadap gurunya. Dua perkara ini menjadi persyaratan seorang murid yang ingin berguru dengan seorang guruyakni yakin yakin terhadap guru dan mempunyai iktikad yang benar, sebagaimana kata syair dalam kitab Nadzam al-Ajurumiyah:
 إِذِ الْفَتَى حَسْبَ اعْتِقَا دِهِ رُفِعْ  # وَكُلُّ مَنْ لَمْ يَعْتَقِدْ لَمْ يَنْتَفِعْ
Karena seorang pemuda itu bergantung pada iktikadnya terangkat
Setiap orang yang tidak mempunyai iktikad pada dirinya, tidak bermanfaat
           
            Murid yang siap menerima ilmu dan pembelajaran dari seorang guru adalah urid yang mempunyai keyakinan dan kepercayaan kepada guru secara total dan mempunyai iktikad yang benar, sehingga ada kesatuan jiwa antara murid dan guru. Murid dengan keyakinannya dan guru dengan ketulusannya dapat mengantarkan kesuksesan dalam belajar.
            Ada dua corak macam pendidik; pendidik berakhlak buruk yang mengajarkan kejahatan yang sekadar bertujuan mendapatkan materi dan jabatan dan ada pendidik yang berakhlak baik yang mengajarkan kebenaran dan kebaikan. Dua macam guru tersebut selalu bersaing mencari pengaruh dalam rangka regenerasi ilmu. Murid hendaknya kritis memilih guru yang berakhlak mulia dan mengajarkan kebenaran.
            Al-Zurnijiy menganjurkan agar memilih guru yang lebih alim, punya wawasan keilmuan (al-a’lam), lebih berhati-hati dalam memelihara hukum (al-wara), lebih senior dan lebih dewasa (al-assan). Guru yang baik akan sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian murid dan guru yang berkepribadian buruk sangat berbahaya pengaruhnya dalam mendidik anak murid.
            Guru dan murid yang selalu berada dalam kebenaran dan berpegang teguh pada akidah yang benar tidak lepas dari ujian yang akan menimpanya. Berbagai ujian yang menimpa pada seseorang yang beriman akan membuat semakin jadi kuat imannya. Suatu pertolongan dan petunjuk pasti datng baginya terutama pada saat kritis menghadapi berbagai ujian tersebut.


4.      Pelajaran yang dapat dipetik
1)      Pengaruh seorang pendidik sangat besar dalam mengantarkan kesuksesan murid dan dalam membentuk kepribadiannya.
2)      Macam-macam guru, ada yang mengajarkan kebaikan dan ada pula yang mengajarkan kejahatan. Oleh karena itu, sebagai seorang murid harus berhati-hati dalm memilih seorang guru atau untuk menjadikan seseorang menjadi guru.
3)      Kedua guru tersebut menggunakan pengaruh dan kelebihannya untuk mendidik anak didik dalam rangka mewariskan ilmunya demi pengabdian agama dan masyarakat.
4)      Anak yang cerdas dapat memilih mana guru yang baik, guru yang memiliki visi dan misi yang baik dan berakhlak mulia.
5)      Guru dan murid yang menempuh kebenaran akan menghadapi berbagai ujian. Ujian yang amat besar adalah ujian iman kepada Allah dan membela kebenaran, taruhannya nyawa dan balasannya surga bagi yang sabar menghadapinya.
6)      Keberhasilan pendidikan seorang anak murid berkat pengaruh seorang pendidik yakni seorang guru harus didukung dengan sifat kelebihannya, seperti Nabi didukung dengan mukjizatnya, wali dengan karomahnya, orang mukmin dengan ma’unahnya dan guru dengan sifat keteladanannya.


BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
            Dari penjelsan di atas, kami dapat menyimpulkan bahwa empat pengaruh pendidikan anak yaitu pengaruh teman, pengaruh kekasih, pengaruh orang tua dan pengaruh pendidik. Pengaruh teman yang baik digambarkan seperti berteman dengan seorang pembawa minyak kasturi sedang teman yang buruk bagaikan berteman dengan peniup api. Persamaan berteman dengan pembawa minyak kasturi ada tiga antara lain ada kalanya pembawa minyak itu memberi kamu atau engkau membeli darinya dan/atau ikut mencium bau harumnya. Maknanya teman yang baik itu adakalanya memberi nasihat dan pandangan-pandangan yang baik, atau engkau belajar belajar ilmu yang bermanfaat atau terangkat nama baikmu. Adapun perumpamaan berteman dengan yang buruk adalh sepeti peniup api. Maknanya adalah ada kalanya api itu membakar pakaianmu atau engkau mencium bau yang tidak enak. Maknanya teman yang buruk itu dapat merusak akhlakmu atau menjatuhkan citra baikmu.
            Kekasih juga berpengaruh terhadap pendidikan seorang anak, kadar nilai agama atau akhlak seseorang anak ditentukan oleh siapa kekasihnya. Seseorang digiring bersama orang yang dicintainya baik dunianya maupun akhiratnya. Jika seseorang yang dicintai masuk surga ia pun masuk surge sekalipun tingkat surganya berbeda karena amalnya berbeda.
            Orang tua mempunyai pengaruh yang besar dalam pendidikan anak. Anak sejak lahir sudah membawa fitrah islam sempurna bagaikan anak binatang yang lahir dari induknya secara sempurna tidak ada kekurangan sedikitpun. Perkembangan fitrah islam ini bergantung bagaimana pengaruh pendidikan yang diberikan orang tua, adakalanya memupuk, melestarikan dan mengembangkan fitrah islamnya dan adakalanya mematikannya dan berubah menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi. Kewajiban orang tua adalah mendidik anak searah dengan fitrah tersebut tidak boleh menyimpang dan menggantikannya dengan yang lain.
            Ada pertarungan dua guru yang membawa pengaruh yang kontra antara guru sihir dan ahli ilmu. Seorang guru membawa pengaruh negatif ingin membentuk seorang pemuda menjadi tukang sihir ulung seperti dirinya dan yang satu lagi seorang guru membawa pengaruh positif berkeinginan mendidik menjadi seorang mukmin yang alim. Pertarungan terjadi antara keduanya yang ingin menunjukkan karismatiknya.


DAFTAR PUSTAKA

Khon, Abdul Majid. Hadis Tarbawi. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2012.
Muhammad, Abubakar. Hadis Tarbiyah. Surabaya: Al-Ikhlas, 1995.



























1 komentar:

Copyright @ 2013 (Anwar Sadat )_Abadikan Nama dengan Menulis.