“Hiduplah Seperti Pohon Kayu Yang Lebat Buahnya, Hidup Di Tepi Jalan Dan Dilempari Orang Dengan Batu, Tetapi Dibalas Dengan Buah” (Abu Bakar Sibli)

Minggu, 06 Oktober 2013

Opini



Pemuda dan Pengangguran di Era Globalisasi
Oleh
Selamat Anwar Sadat
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
IAIN Mataram

            Penganggguran merupakan salah satu permasalahan nasional yang sampai saat ini belum bisa diatasi oleh pemerintah. Yang lebih memperihatinkan lagi bahwa pengangguran yang terjadi di dominasi oleh kaum pemuda di mana kaum pemuda sering disebut sebagai tulang punggung Negara. Yang artinya bahwa nasib sebuah bangsa itu tergantung sejauh mana kualitas generasi mudanya. Kalau generasi mudanya tidak dikembangkan atau dibiarkan tanpa ada yang mengurus, tentu nasib sebuah bangsa itu sudah dapat dipastikan masa depannya.
            Eksistensi sebuah bangsa di masa depan sangat ditentukan oleh seberapa jauh bangsa tersebut mampu berdiri sama tegak dengan negara-negara lain dalam dinamika kehidupan internasional. Karakter bangsa merupakan elemen yang perlu diperkokoh melalui penguatan kualitas pemuda Indonesia. Kalau memang pemerintah serius ingin mengurangi pengangguran, tentu harus dilakukan langkah-langkah nyata bukan hanya sekedar janji-janji belaka yang sangat semangat disampaikan didepan ribuan pendukung saat kampanye. Tetapi setelah terpilih pemerintah seolah-olah lupa dengan apa yang pernah disampaikan.
            Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) mencatat, meskipun jumlah pengangguran kian turun menjadi 6,8 persen pada tahun 2011, secara absolut jumlah pengangguran tetap tinggi, yakni tujuh juta orang. Hal yang paling memprihatinkan adalah lebih dari separuh dari jumlah pengangguran merupakan kaum muda. Dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara ataupun dunia, pada tahun 2009 rata-rata pengangguran kaum muda Indonesia paling tinggi, yaitu 22,22 persen. Jumlah ini lebih besar ketimbang Asia Tenggara dan Pasifik yang 13,9 persen dan tingkat dunia yang 12,8 persen.
            Meskipun pemerintah berusaha merancang program-program pro pemuda tetapi apakah program-program tersebut sudah berjalan secara maksimal mengingat sampai sekarang masih banyak pemuda yang masih sangat kesulitan untuk mencari pekerjaan.
            Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu mengatakan, pemuda harus berperan dalam pembangunan ekonomi kreatif. Pasalnya, anak muda memiliki banyak ide untuk mengembangkan ekonomi kreatif itu. Hal itu disampaikan Mari dalam rangkaian acara Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI) yang bertajuk Generasi Muda Penggerak Utama Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia. Hal itu disampaikan Mari pada saat acara Acara Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI) 2012. Acara tersebut digelar di Epiwalk Epicentrum Kuningan, Jakarta. Acara, digelar dari tanggal 21 sampai 25 November 2012.
            Tetapi disisi lain masalah yang dihadapi pemuda tidak hanya pengangguran  tetapi termasuk juga diantaranya tidak meratanya pendidikan, terbatasnya layanan kesehatan reproduksi yang memicu perilaku seks berisiko, dan lain sebagainya. Nah permasalahannya sekarang ialah masalah pengangguran saja belum bisa diatasi oleh pemerintah apalagi masalah yang lain yang semuanya itu merupakan permasalahn yang dihadapi oleh para pemuda. Apalagi menghadapi arus globalisasi dan teknologi tidak bisa dihindari oleh generasi muda saat ini, tetapi harus dipersiapkan generasi muda untuk menghadapi kemajuan dan perubahan akibat perkembangan teknologi dan arus globalisasi ini. Terkait dengan hal tersebut. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, mengatakan bahwa nasib sebuah bangsa berada ditangan generasi muda. Maka, sebuah bangsa memerlukan generasi muda yang berkualitas, hanya ditangan generasi yang berakhlak, ulet, memahami teknologi, tidak kenal menyerah, dan rukun yang bisa menyelamatkan sebuah bangsa.
            Mempersiapkan generasi muda yang memiliki kompetensi yang unggul pada era globalisasi merupakan pekerjaan yang berat karena menjadikan kelembagaan yang unggul di tuntut harus memiliki standar kelembagaan, kurikulum, ketenagaan, proses dan fasilitas yang memadai sehingga out put nya mampu bersaing dan menghadapi tantangan kehidupan yang semakin kompleks dan kompetitif. Kompetitif yang dimaksud disini tentu pendidikan yang menghasilkan lulusan yang memiliki tenaga dan lulusan dengan berkepribadian unggul, bersemangat juang tinggi, mandiri, inovatif dan menjadi agent of change dan tentu saja produktif.
            Terkait dengan pengangguran yang terjadi pada kaum pemuda, pemerintah telah menargetkan penyerapan tenaga kerja tahun 2013 meningkat hingga 1 juta orang per tahun dari saat ini sekitar 500.000 orang per tahun. Jika terealisasi, pemerintah memprediksi angka pengangguran turun hingga 5 persen pada tahun 2014 .
            Sebelumnya, Presiden meminta agar semua pihak memanfaatkan pertumbuhan ekonomi yang positif di Indonesia untuk mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan. Presiden meminta agar dibuka lapangan sebesar-besarnya hingga 2014 . Selain menciptakan lapangan kerja, Presiden meminta agar jangan ada pemutusan hubungan kerja massal ke depan yang akan menambah pengangguran baru. Iklim dunia usaha, kata Presiden, harus terus diperbaiki seperti perbaikan infrastruktur dan penghapusan pungutan liar.
            Meskipun pemerintah menargetkan seperti itu saya berharap sebagai generasi muda supaya apa yang ditargetkan benar-benar dilaksanakan dan tercapai sesuai dengan apa yang direncanakan supaya setelah lulus kuliah bisa langsung mendapatkan pekerjaan sesuai dengan latar belakang pendidikan mengingat persaingan yang sangat sengit di era globalisasi sekarang ini.
            Era globalisasi ini semua serba instan yang seharusnya bisa dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mengembangkan para pemudanya. Supaya pemuda tidak hanya menggunakan teknologi sebagai alat curhat saja di jejaring sosial seperti facebook dan twiter. tetapi bagaimana supaya lewat jejaring sosial tersebut pemerintah memberikan informasi sebanyak-banyaknya khususnya mengenai lowongan pekerjaan supaya ketika membuka jejaring sosial kaum muda tidak hanya melakukan chatting tetapi paling tidak ada informasi baru yang di dapatkan.
            Globalisasi memang tidak bisa dihindari apalagi sampai acuh tak acuh oleh khususnya kaum pemuda indonesia, karena itu akan membuat nasib pemuda semakin terpuruk dan tidak akan bisa berkembang yang bisa membuat bangsa hanya bisa berkembang saja tanpa ada kemajuan. Tentu pemerintah harus mengimbangi dengan program-program yang pro pemuda dengan tujuan untuk mempersiapkan generasi pemuda yang berkualitas yang tiada lain tiada bukan dengan merombak sistem pendidikan yang kebanyakan hanya mengandalkan lulusan yang banyak tanpa membekali dengan skill (keterampilan) yang memadai untuk menghadapi tuntutan zaman.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 (Anwar Sadat )_Abadikan Nama dengan Menulis.