“Hiduplah Seperti Pohon Kayu Yang Lebat Buahnya, Hidup Di Tepi Jalan Dan Dilempari Orang Dengan Batu, Tetapi Dibalas Dengan Buah” (Abu Bakar Sibli)

Minggu, 06 Oktober 2013

Indahnya Kebersamaan Bersama Sahabat



          Langit biru memayungi kawasan desa Kawo yang indah akan pemandangan sawahnya. Matahari senyum berseri mengiringi kokok ayam pagi. Hujan yang turun semalaman kini telah berhenti. Tanah masih basah dan rumput masih tampak berselimutkan embun pagi, segar dan bercahaya.
          Sekumpulan anak remaja kelihatan seperti menunggu seseorang didepan sebuah rumah sederhana tapi bernilai artistik yang lumayan tinggi. Diatas berugaq di samping rumah, tampak seorang remaja berbaring bermalas-malasan.
          Berkali-kali ibunya memanggil, tetapi ia seperti tak mengacuhkannya. Rupanya ia terlena kembang tidur yang didendangkan oleh hujan semalaman. Sehabis shalat subuh tadi ia terpaksa pindah tidur di berugaq. Maksudnya, supaya ia cepat bangun apabila teman-temannya datang menjemputnya. Ia telah sepakat untuk pergi santai ke pantai senggigi bersama Siska, Myla, Alda, dan lima orang teman yang lain.
          Seorang wanita keluar dari pintu samping rumahnya kemudian menghampiri berugaq. Ia agak kesal karena panggilannya tak dihiraukan oleh anak itu.
          “War ! Anwar !” panggilnya kepada anak itu sambil menarik-narik kain sarungnya.
          “Ha  …!”. Ia agak terkejut dan duduk menatap tajam setajam silet kepada ibunya.
          “Sudah jam delapan nih, katanya kamu mau pergi ke senggigi,” lanjut ibunya tanpa menunggu reaksi anak itu.
          “O, ya …., apa teman-teman sudah datang , Bu ?” tanyanya dengan nada terkejut sambil mengusap matanya.
“Mereka sudah menunggu tuch, di halaman depan,” jawab ibunya.
          Bersamaan dengan itu Siska, Myla, Alda dan teman-temannya yang lain sudah berada tidak jauh dari berugaq.
          “Ah, bagaimana ini, Pak Presiden (sebutannya kepada Anwar) belum bangun nech, sementara anak buah sudah pada kumpul?” olok Alda yang oleh temannya dijuluki si gadis centil.
          “Tuh, bagaimana kata temanmu, sana cepat mandi !” ujar ibunya.
          “Alda, ajak teman-temanmu duduk di berugaq dulu sambil menunggu Anwar” kata Ibu Anwar kepada Alda.
          Tanpa canggung-canggung Alda segera memepersilahkan teman-temannya duduk di berugaq itu. Alda masih bersaudara sepupu dengan Anwar. Jadi, ia tidak merasa asing lagi di rumah itu alias seperti rumah sendiri gitu lho.
          “Alda !” panggil wanita itu dari balik pintu dapur.
          “Ya, Bi,” sahut Alda sambil berlari masuk ke dapur. Selang beberapa menit Ia sudah keluar sambil membawa nampan dan beberapa cangkir berisi kopi. Sementara itu wanita tadi berjalan di belakangnya sambil membawa nampan berisi ubi rebus yang baru diangkat dari dandang. Asapnya masih mengepul dan baunya sedap sehingga membangkitkan selera makan.
          “Ayo, silahkan, Nak !” kata wanita itu kepada mereka ramah, dan ia pun kembali kedapur.
          “Ini, pasti yang tidak bisa makan “ambon” hanya Myla?” ejek Alda kepada Myla, gadis putih yang baru sebulan lalu pindah dari Surabaya ke sekolah mereka. Tapi ia cepat akrab dengan teman-temannya.
          “Apa itu ambon ? Ibu kota Maluku yea. Saya memang tidak bisa makan ambon,” katanya serius.
          Ketika itu teman-temannya yang lain malah tertawa cekikikan mendengar jawaban polos dari myla.
          “Lho, kenapa kalian tertawa, aku serius nech !” kata Myla
          “Sebentar dulu, jangan marah dulu yea neng” sela Siska,” Ambon itu kalau di Lombok, yea ini !”, lanjut Siska sambil memandang ubi rebus itu dan memasukkannya ke dalam mulutnya.
          “Oh…. Jadi,” ia tak meneruskan ucapannya dan tersipu malu.
          “Iya… ambon itu yea ubi, jadi bisa nggak kamu makan ambon?” ujar Alda.
          “O, tentu saja bisa bangget dong,” sahut Myla sambil memegang ubi dan memakannya bersama teman yang lain.” Ada-ada saja,” katanya dalam hati.
          Ketika sedang asyik bersenda gurau serta bercanda di berugaq, Anwar pun muncul dari pintu depan. Pakai kaos bertuliskan I Love You Lombok. Kaos semacam itu banyak dijual dimana-mana. Anwar terus melangkah mendekati teman-temannya. “E, Pak Presiden sudah datang nech, kaosnya keren banget tuch,” puji Alda.
          “Woessss… siapa dulu dong, Anwar gitu Loch,” kata Anwar sok keren.
          “By the way, bagaimana dengan rencana kita selanjutnya”, ujar Anwar, “ Siap berangkat ?”
          “Ah, ngusir nih !” sela Siska
          “Bukannya ngusir bro, tapi jam sudah menunjukkan pukul 08.30. Kalau kesiangan nanti kita kepanasan di jalan,” kata Anwar.
          “Baiklah, kawan-kawan, siap berangkat sekarang?” Tanya Alda.
          “Siap!” jawab mereka serentak plus semangat. Setelah permisi kepada Ibu Anwar, mereka meninggalkan rumah itu ke arah barat menuju Pantai Senggigi.
****
          Pantai Sesnggigi merupakan tempat wisata yang termasuk paling terkenal di Pulau Lombok, banyak para wisatawan asing santai-santai dan berjemur di pantai tersebut. Berjejer seperti ikan yang di Jual di Pasar. He… he… he…
          Setelah hampir 2 (dua) jam perjalanan akhirnya sampailah mereka di Pantai Senggigi, mereka langsung ganti baju dan mandi di pantai tersebut, maklumlah orang desa baru pertama kali ke Pantai jadinya tanpa pikir panjang lagi langsung menceburkan diri di Pantai.
          Anwar langsung geleng-geleng kepala melihat temannya yang baru sampai tapi langsung mandi tanpa istirahat terlebih dahulu.
          “Waduh… waduh… apa ndak sebaiknya kita istirahat dulu ?” tanya Anwar kepada temannya.
          “ Tidak usah lah, biarkan sudah mereka senang-senang, toch juga tujuan kita ke sini kan buat santai,” ujar Alda membela.
          “yea sudah kalau begitu,” jawab anwar sambil duduk di bawah sebuah pohon kelapa didekat pantai.
          “Pak Presiden ndak mandi?” Tanya Siska dari tepi pantai.
          “Lanjutkan bro, saya mau istirahat dulu”, jawab Anwar sambil menikmati pemandangan sekitar pantai.
          “Oke, Pak Presiden”, jawab Siska kemudian melanjutkan bermain air bersama teman-teman yang lain.
          Setelah beberapa lama, karena sudah merasa cukup dengan istirahatnya, Anwar langsung ikut bergabung bersama teman-temannya yang lain.
          “Teman-teman, I’m Coming,” kata Anwar sambil berteriak berlari menuju temannya di air

****
          Hampir 1 (satu) jam mereka bermain di air, mereka kemudian istirahat dan langsung memesan nasi untuk mengisi perut mereka yang super lapar setelah lama bermain.
“Teman-Teman pesan apa?” Tanya Anwar kepada teman-temannya.
“Pop Mie Pak Presiden”, jawab Alda dan di ikuti oleh teman-teman yang lain.
          Tidak menunggu terlalu lama Pop mie telah tersedia dengan bau yang insya Allah menggugah selera makan. Mereka makan dengan lahapnya sambil bercanda ria. Di sanalah terlihat kebersamaan diantara mereka, memang kalau bersama sahabat, silaturrahmi akan tetap terjaga dan semakin erat. Sahabat memang luar biasa.
          “Terima kasih sahabat-sahabatku”. Kata Anwar dalam hati sambil melihat keceriaan diantara teman-temannya.
****
          Jam sudah menunjukkan pukul 13.40 wita. Anwar, Alda, Myla, Siska dan temannya yang lain sudah berkumpul di sebuah mushala. Mereka akan melaksankan shalat Zuhur.
          “Alda, kamu bawa mukena?” tanya Anwar kepada Alda.” Kita shalat zuhur dulu” lamjutnya.
          “Ya, jam berapa?” tanya Alda.
          “Sudah jam 13.40 nih,” jawab Anwar.
          Setelah mereka mengambil air wudu, mereka kemudian shalat berjamaah dengan Anwar sebagai imamnya.
          Lima belas menit kemudian, mereka sudah selesai shalat dan bersiap-siap untuk meninggalkan Pantai senggigi.
          “Alhamdulillah, setelah kita santai seperti ini, semoga kita semakin kompak yea,” ujar Anwar.
          “Amien, “ jawab Alda dan didikuti oleh teman-temannya yang lain.
          “Besok kalau ada kesempatan, kita kesini lagi yea, “ kata Myla dengan semangatnya.
          “Pastinya dong, “ jawab Anwar meyakinkan.
          Mereka terus berjalan menuju tempat parkir untuk mengambil sepeda motor, akhirnya setelah semua sudah naik. Mereka meluncur menuju rumah tercinta dengan perasaan gembira dan merasa puas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 (Anwar Sadat )_Abadikan Nama dengan Menulis.