Malam itu
suasana hati Alda tidak seperti biasanya. Angin malam yang berhembus
membisikkan sesutau yang tidak mengenakkan sesuai dengan keadaan hatinya yang
tidak tenang. Sinar bulan menerangi suasana hatinya yang sedang galau. Semakin memperjelas
suasana ketidak tenangan hatinya di malam itu.
Seorang
wanita keluar dari balik pintu dan menghampiri Alda yang sedang merenung.
“Apa yang
sedang kamu fikirkan Nak, “ tanya wanita itu halus.
Dengan agak
sedikit kaget, Alda menjawab pertanyaan wanita itu.
“Owh… Ibu,
bikin kaget ajha, “ jawab Alda. “Perasaanku lagi ndak enak malam ini, Bu,”
lanjut Alda.
“Kalau Ibu
boleh tau, ndak enak karena apa,” Tanya ibunya lagi sambil mengelus rambut Alda
yang terurai panjang.
“Aku sedang
memikirkan Bapak, Bu, apakah bapak sayang sama aku?” tanya Alda sambil
memandang ibunya.
Mendengar
pertanyaan anaknya, wanita itu kaget hampir pingsan tapi masih bisa menahan
dirinya. Dengan nada tenang, kemudian menjawab pertanyaan anaknya.
“Kok, Alda tumben menanyakan
Bapak,” kata ibunya tenang.
“Ya, Bu.
Soalnya teman-temanku sangat bangga kepada Bapaknya, sedangkan aku, melihat
Bapak saja tidak pernah, “ jawab Alda dengan mata yang berkaca-kaca.
Sesaat
kemudian, Ibunya langsung meneteskan air mata tidak bisa menahan kesedihannya,
padahal sebelum suaminya meninggal dulu, ia telah berjanji untuk tidak menangis
didepan anaknya ketika suatu hari nanti anaknya menanyakan tentang dirinya.
Melihat
ibunya meneteskan air mata, Alda langsung memeluk ibunya sambil menangis tidak
bisa menahan air matanya. Alda memeluk erat Ibunya. Sehingga tercipta suasana
hati yang sama diantara keduanya.
“Maafkan
aku Bu, saya tidak bermaksud membuat Ibu menangis,” kata Alda sambil mengusap
air mata ibunya.
“Ya, tidak
apa-apa Nak, memang sudah saatnya kamu mengetahui seperti apa Bapakmu dulu,”
jawab ibunya sedih.
“Tapi kalau
gara-gara ingat Bapak. Ibu jadi sedih. Ndak apa-apa ibu ndak usah kasih tau aku
gimana bapak dulu,” kata Alda berusaha menenangkan ibunya.
“Kalau ibu
ndak kasih tau kamu, ibu merasa berdosa sama bapakmu, soalnya dulu bapakmu
sempat bilang kalau kamu sudah besar maka ibu di suruh untuk menceritakan
tentang dia,” kata Ibunya.
Tak terasa
malam sudah semakin larut, mereka larut dalam kesedihan. Alda juga kelihatan
ngantuk karena agak capek soalnya tadi pagi dia ikut lomba lari disekolahnya.
“By the
way, aku udah ngantuk Bu, aku tidur dulu ya soalnya besok kan hari senin dan
ada upacara bendera, jadinya aku harus cepat bangun,” kata Alda mengalihkan
pembicaraan.
“Ya, sudah kalu
begitu, Nak. Selamat tidur yea,” kata Ibunya.
“Ibu ndak
tidur?” Tanya Alda sambil melihat ibunya.
“Alda
duluan aja, soalnya Ibu mau ke dapur sebentar,”jawab ibunya.
Alda
kemudian masuk kekamarnya dengan membawa rasa kantuk yang sangat, setelah wudu’
terlebih dahulu kemudian langsung tidur dengan lelapnya.
Ibunya yang
masih didapur mencuci beberapa piring kemudian setelah selesai kemudian masuk
kamar untuk tidur. Dalam hatinya dia berdoa “Ya Allah, Semoga Alda tidak sedih
lagi.”
****
Dalam
kesendirian di kamarnya, Alda kembali teringat akan Bapaknya yang tidak sempat
dia lihat, malam itu malam dimana Bapaknya pergi menghadap sang pencipta dalam
suasana yang begitu menyedihkan tanpa
sempat memberikan sesuatu yang berarti untuk keluarganya. Cita-cita yang
tertanam dalam hatinya belum sempat direalisasikan karena sang malaikat maut
tanpa peduli membawanya untuk mempertanggung jawabkan apa yang diperbuat di
hadapan Tuhan. Itu terasa terlalu cepat untuk sebuah keluarga yang serba
kecukupan.
Dalam kesendirian
itu, Alda duduk termenung disebuah taman yang sangat indah dengan berbagai
macam bunga, pohon-pohon yang berbuah banyak, disampingnya mengalir mata air
yang sangat jernih tanpa diketahui dimana asalnya.
Ketika duduk termenung, seorang
laki-laki berpakain serba putih menghampirinya.
“Lagi apa
disini, Nak,” kata laki-laki itu ramah.
“Aku sedang
sedih Pak,”jawab Alda tanpa menanyakan siapa laki-laki yang bertanya itu
“Kenapa kok
bisa berada di sini?” lanjut laki-laki itu.
“Saya juga
ndak tau Pak, ketika saya sedang jalan-jalan. Saya melihat taman yang indah
ini,” jawab Alda.
“Apa kamu
suka tempat ini?” Tanya laki-laki itu serius.
“Ya, saya
suka Pak, soalnya ketika saya berada disini. Saya merasa tenang tanpa ada beban
sedikitpun,” jawab Alda dengan muka agak ceria.
“Kalau kamu
mau tinggal disini, ikut sama Bapak aja soalnya Bapak tinggal disini,”kata
laki-laki itu.
“Saya
sebenarnya mau banget Pak, tapi saya mau tinggal bersama Ibu saya juga. Soalnya
kasian kalau saya tinggal ditempat indah seperti ini tapi Ibu saya tinggalnya
sendiri di rumah,”jawab Alda agak sedih.
“Kalau
begitu kamu panggil Ibumu supaya Kita bisa tinggal bersama di tempat ini,”kata
laki-laki itu.
Belum
sempat menjawab laki-laki itu, Alda terbangun dari tidurnya sambil terkejut.
“Astagfirullah
hal’azim, , , Astagfirullah hal’azim, , , “. Ucap Alda sambil duduk sambil bersandar
ditembok kamarnya.
“Saya cuma
mimpi,” kata Alda.
“Mimpi apa
saya tadi, kok tumben saya bermimpi seperti itu,” kata Alda heran.
“Ya Allah,
semoga Mimpi saya tadi pertanda baik, amien,” Do’a Alda sambil mengusapkan telapak
tangan keseluruh badannya.
Alda
melihat jam dinding yang ada ditembok samping kanan tempat tidurnya. Jam
menunjukkan pukul 02.30 dini hari. Tanpa pikir panjang Alda langsung bangun dan
mengambil air wudu. Dia bermaksud untuk melaksanakan shalat malam. Setelah dia
selesai wudu dia kemudian mengambil mukenah dan mulai melaksankan shalat.
Ketika melaksanakan shalat tanpa di sadari Alda meneteskan air mata. Didalam
kesunyian malam hati Alda tiba-tiba bergetar dan membuat air matanya semakin
bercucuran tak terkendali. Selesai shalat Alda kemudian berdo’a.
“Ya Allah,
jika engkau menyayangi hambamu ini, perkenankanlah hamba untuk bertemu dengan
bapak hamba di surga kelak,” ujar Alda di dalam do’anya sambil meneteskan air
mata.
“Berikanlah
kebahagiaan di dalam keluarga hamba meskipun hamba hidup di dalam kekurangan,
dan panjangkanlah umur Ibu hamba supaya bisa membimbing hamba dalam menjalai
hidup di dunia ini serta pembimbing hamba di dalam melaksanakan hal-hal yang
bermanfaat bagi agamamu,” lanjut Alda didalam do’anya.
“Ya Allah, berikanlah
perlindungan kepada hamba dari kezaliman orang-orang yang benci kepada hamba,
dan semoga hamba tidak pernah menzalimi orang lain dengan tingkah laku hamba,”
Ucap Alda yang semakin terlarut di dalam do’anya.
“Ya Allah,
lindungilah hamba dari perbuatan-perbuatan yang merugikan orang lain baik yang
hamba sengaja maupun yang tidak hamba sengaja, dan semoga hamba bisa bermanfaat
bagi orang lain terutama bagi keluarga hamba sendiri,” yang semakin mencucurkan
air mata di dalam do’anya.
“Ya Allah,
terimalah do’a hamba karena hanya engkaulah tempat hamba memohon dan meminta
pertolongan, Amin,” kata Alda menutup do’anya sambil mengusapkan kedua tangan
ke wajahnya.
Selesai
melaksanakan shalat Alda melanjutkan untuk membaca Al-Qur’an. Alda sangat
menghayati bacaan Al-qur’an sambil merenungkan artinya sampai-sampai tanpa di
sadari kembali mengelurkan air mata.
Malam itu
terasa sangat berbeda dari malam yang biasanya karena Alda merasakan ketenangan
hati dan sungguh sangat terasa nikmatnya dalam melaksankan shalat. Alda tidak
henti-hentinya bersyukur kepada Allah Swt. Karena telah diberikan ketenangan
hati seperti pada malam itu.
Setelah
selesai melaksanakan ibadah Alda kemudian melanjutkan untuk tidur berhubung jam
menunjukkan Pukul 03.30 dini hari.
****
Ketika
adzan subuh berkumandang Alda segera bangun untuk melaksanakan shalat berjamaah
di masjid yang tidak jauh dari rumahnya. Alda tidak pernah absen untuk melaksanakn
shalat subuh kecuali kalau sedang berhalangan. Alda berangkat bersama ibunya
yang sudah menunggu di halaman rumah. Setelah siap, berangkatlah Alda bersama
ibunya ke masjid ditengah dinginnya pagi yang menusuk sampai ke tulang-tulang.
Alda
memang anak yang rajin dan berbakti kepada ibunya, berhubung bapaknya sudah
tiada tetapi dia tidak mengetahui apapun mengenai bapaknya. Yang ia tahu bahwa
bapaknya pergi tetapi entah pergi kemana. Pergi merantau kenegeri orang ataukah
pergi karena telah bercerai dengan ibunya ataukah pergi ke hadirat yang maha
kuasa. Hal itu tidak membuat Alda untuk terus menanyakan dimana bapaknya. Karena
tidak ingin membuat ibunya menjadi sedih seperti yang sudah-sudah.
Dia
sangat menghormati ibunya. Oleh karena itu, dia tidak ingin membuat ibunya
mengeluarkan air mata karena menanyakan keberadaan bapaknya. Dia trauma karena
pernah membuat ibunya sampai mengeluarkan air mata gara-gara menanyakan
bapaknya.
Biarlah
bapaknya cukup dipikirkan dalam otaknya saja, tidak untuk dikeluarkan. Meskipun
sebenarnya setengah dari otaknya menyimpan beribu pertanyaan mengenai bapknya
yang tidak pernah dia lihat. Dia hanya berharap kepada sang Maha Kuasa supaya
ibunya diberikan kemauan atau keikhlasan untuk mau menceritakan kemana
sebenarnya bapaknya yang selama ini dia pikirkan disetiap malam menjelang
tidurnya. Yang dia bisa rasakan hanyalah rasa rindu yang terus menerus
menghampirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar