“Hiduplah Seperti Pohon Kayu Yang Lebat Buahnya, Hidup Di Tepi Jalan Dan Dilempari Orang Dengan Batu, Tetapi Dibalas Dengan Buah” (Abu Bakar Sibli)

Minggu, 06 Oktober 2013

Kerinduan Alda




            Malam itu suasana hati Alda tidak seperti biasanya. Angin malam yang berhembus membisikkan sesutau yang tidak mengenakkan sesuai dengan keadaan hatinya yang tidak tenang. Sinar bulan menerangi suasana hatinya yang sedang galau. Semakin memperjelas suasana ketidak tenangan hatinya di malam itu.
            Seorang wanita keluar dari balik pintu dan menghampiri Alda yang sedang merenung.
            “Apa yang sedang kamu fikirkan Nak, “ tanya wanita itu halus.
            Dengan agak sedikit kaget, Alda menjawab pertanyaan wanita itu.
            “Owh… Ibu, bikin kaget ajha, “ jawab Alda. “Perasaanku lagi ndak enak malam ini, Bu,” lanjut Alda.
            “Kalau Ibu boleh tau, ndak enak karena apa,” Tanya ibunya lagi sambil mengelus rambut Alda yang terurai panjang.
            “Aku sedang memikirkan Bapak, Bu, apakah bapak sayang sama aku?” tanya Alda sambil memandang ibunya.
            Mendengar pertanyaan anaknya, wanita itu kaget hampir pingsan tapi masih bisa menahan dirinya. Dengan nada tenang, kemudian menjawab pertanyaan anaknya.
“Kok, Alda tumben menanyakan Bapak,” kata ibunya tenang.
            “Ya, Bu. Soalnya teman-temanku sangat bangga kepada Bapaknya, sedangkan aku, melihat Bapak saja tidak pernah, “ jawab Alda dengan mata yang berkaca-kaca.
            Sesaat kemudian, Ibunya langsung meneteskan air mata tidak bisa menahan kesedihannya, padahal sebelum suaminya meninggal dulu, ia telah berjanji untuk tidak menangis didepan anaknya ketika suatu hari nanti anaknya menanyakan tentang dirinya.
            Melihat ibunya meneteskan air mata, Alda langsung memeluk ibunya sambil menangis tidak bisa menahan air matanya. Alda memeluk erat Ibunya. Sehingga tercipta suasana hati yang sama diantara keduanya.
            “Maafkan aku Bu, saya tidak bermaksud membuat Ibu menangis,” kata Alda sambil mengusap air mata ibunya.
            “Ya, tidak apa-apa Nak, memang sudah saatnya kamu mengetahui seperti apa Bapakmu dulu,” jawab ibunya sedih.
            “Tapi kalau gara-gara ingat Bapak. Ibu jadi sedih. Ndak apa-apa ibu ndak usah kasih tau aku gimana bapak dulu,” kata Alda berusaha menenangkan ibunya.
            “Kalau ibu ndak kasih tau kamu, ibu merasa berdosa sama bapakmu, soalnya dulu bapakmu sempat bilang kalau kamu sudah besar maka ibu di suruh untuk menceritakan tentang dia,” kata Ibunya.
            Tak terasa malam sudah semakin larut, mereka larut dalam kesedihan. Alda juga kelihatan ngantuk karena agak capek soalnya tadi pagi dia ikut lomba lari disekolahnya.
            “By the way, aku udah ngantuk Bu, aku tidur dulu ya soalnya besok kan hari senin dan ada upacara bendera, jadinya aku harus cepat bangun,” kata Alda mengalihkan pembicaraan.
            “Ya, sudah kalu begitu, Nak. Selamat tidur yea,” kata Ibunya.
            “Ibu ndak tidur?” Tanya Alda sambil melihat ibunya.
            “Alda duluan aja, soalnya Ibu mau ke dapur sebentar,”jawab ibunya.
            Alda kemudian masuk kekamarnya dengan membawa rasa kantuk yang sangat, setelah wudu’ terlebih dahulu kemudian langsung tidur dengan lelapnya.
            Ibunya yang masih didapur mencuci beberapa piring kemudian setelah selesai kemudian masuk kamar untuk tidur. Dalam hatinya dia berdoa “Ya Allah, Semoga Alda tidak sedih lagi.”
****
            Dalam kesendirian di kamarnya, Alda kembali teringat akan Bapaknya yang tidak sempat dia lihat, malam itu malam dimana Bapaknya pergi menghadap sang pencipta dalam suasana yang begitu menyedihkan  tanpa sempat memberikan sesuatu yang berarti untuk keluarganya. Cita-cita yang tertanam dalam hatinya belum sempat direalisasikan karena sang malaikat maut tanpa peduli membawanya untuk mempertanggung jawabkan apa yang diperbuat di hadapan Tuhan. Itu terasa terlalu cepat untuk sebuah keluarga yang serba kecukupan.
            Dalam kesendirian itu, Alda duduk termenung disebuah taman yang sangat indah dengan berbagai macam bunga, pohon-pohon yang berbuah banyak, disampingnya mengalir mata air yang sangat jernih tanpa diketahui dimana asalnya.
Ketika duduk termenung, seorang laki-laki berpakain serba putih menghampirinya.
            “Lagi apa disini, Nak,” kata laki-laki itu ramah.
            “Aku sedang sedih Pak,”jawab Alda tanpa menanyakan siapa laki-laki yang bertanya itu
            “Kenapa kok bisa berada di sini?” lanjut laki-laki itu.
            “Saya juga ndak tau Pak, ketika saya sedang jalan-jalan. Saya melihat taman yang indah ini,” jawab Alda.
            “Apa kamu suka tempat ini?” Tanya laki-laki itu serius.
            “Ya, saya suka Pak, soalnya ketika saya berada disini. Saya merasa tenang tanpa ada beban sedikitpun,” jawab Alda dengan muka agak ceria.
            “Kalau kamu mau tinggal disini, ikut sama Bapak aja soalnya Bapak tinggal disini,”kata laki-laki itu.
            “Saya sebenarnya mau banget Pak, tapi saya mau tinggal bersama Ibu saya juga. Soalnya kasian kalau saya tinggal ditempat indah seperti ini tapi Ibu saya tinggalnya sendiri di rumah,”jawab Alda agak sedih.
            “Kalau begitu kamu panggil Ibumu supaya Kita bisa tinggal bersama di tempat ini,”kata laki-laki itu.
            Belum sempat menjawab laki-laki itu, Alda terbangun dari tidurnya sambil terkejut.
            “Astagfirullah hal’azim, , , Astagfirullah hal’azim, , , “. Ucap Alda sambil duduk sambil bersandar ditembok kamarnya.
            “Saya cuma mimpi,” kata Alda.
            “Mimpi apa saya tadi, kok tumben saya bermimpi seperti itu,” kata Alda heran.
            “Ya Allah, semoga Mimpi saya tadi pertanda baik, amien,” Do’a Alda sambil mengusapkan telapak tangan keseluruh badannya.
            Alda melihat jam dinding yang ada ditembok samping kanan tempat tidurnya. Jam menunjukkan pukul 02.30 dini hari. Tanpa pikir panjang Alda langsung bangun dan mengambil air wudu. Dia bermaksud untuk melaksanakan shalat malam. Setelah dia selesai wudu dia kemudian mengambil mukenah dan mulai melaksankan shalat. Ketika melaksanakan shalat tanpa di sadari Alda meneteskan air mata. Didalam kesunyian malam hati Alda tiba-tiba bergetar dan membuat air matanya semakin bercucuran tak terkendali. Selesai shalat Alda kemudian berdo’a.
            “Ya Allah, jika engkau menyayangi hambamu ini, perkenankanlah hamba untuk bertemu dengan bapak hamba di surga kelak,” ujar Alda di dalam do’anya sambil meneteskan air mata.
            “Berikanlah kebahagiaan di dalam keluarga hamba meskipun hamba hidup di dalam kekurangan, dan panjangkanlah umur Ibu hamba supaya bisa membimbing hamba dalam menjalai hidup di dunia ini serta pembimbing hamba di dalam melaksanakan hal-hal yang bermanfaat bagi agamamu,” lanjut Alda didalam do’anya.
            “Ya Allah, berikanlah perlindungan kepada hamba dari kezaliman orang-orang yang benci kepada hamba, dan semoga hamba tidak pernah menzalimi orang lain dengan tingkah laku hamba,” Ucap Alda yang semakin terlarut di dalam do’anya.
            “Ya Allah, lindungilah hamba dari perbuatan-perbuatan yang merugikan orang lain baik yang hamba sengaja maupun yang tidak hamba sengaja, dan semoga hamba bisa bermanfaat bagi orang lain terutama bagi keluarga hamba sendiri,” yang semakin mencucurkan air mata di dalam do’anya.
            “Ya Allah, terimalah do’a hamba karena hanya engkaulah tempat hamba memohon dan meminta pertolongan, Amin,” kata Alda menutup do’anya sambil mengusapkan kedua tangan ke wajahnya.
            Selesai melaksanakan shalat Alda melanjutkan untuk membaca Al-Qur’an. Alda sangat menghayati bacaan Al-qur’an sambil merenungkan artinya sampai-sampai tanpa di sadari kembali mengelurkan air mata.
            Malam itu terasa sangat berbeda dari malam yang biasanya karena Alda merasakan ketenangan hati dan sungguh sangat terasa nikmatnya dalam melaksankan shalat. Alda tidak henti-hentinya bersyukur kepada Allah Swt. Karena telah diberikan ketenangan hati seperti pada malam itu.
            Setelah selesai melaksanakan ibadah Alda kemudian melanjutkan untuk tidur berhubung jam menunjukkan Pukul 03.30 dini hari.
****
     Ketika adzan subuh berkumandang Alda segera bangun untuk melaksanakan shalat berjamaah di masjid yang tidak jauh dari rumahnya. Alda tidak pernah absen untuk melaksanakn shalat subuh kecuali kalau sedang berhalangan. Alda berangkat bersama ibunya yang sudah menunggu di halaman rumah. Setelah siap, berangkatlah Alda bersama ibunya ke masjid ditengah dinginnya pagi yang menusuk sampai ke tulang-tulang.
     Alda memang anak yang rajin dan berbakti kepada ibunya, berhubung bapaknya sudah tiada tetapi dia tidak mengetahui apapun mengenai bapaknya. Yang ia tahu bahwa bapaknya pergi tetapi entah pergi kemana. Pergi merantau kenegeri orang ataukah pergi karena telah bercerai dengan ibunya ataukah pergi ke hadirat yang maha kuasa. Hal itu tidak membuat Alda untuk terus menanyakan dimana bapaknya. Karena tidak ingin membuat ibunya menjadi sedih seperti yang sudah-sudah.
     Dia sangat menghormati ibunya. Oleh karena itu, dia tidak ingin membuat ibunya mengeluarkan air mata karena menanyakan keberadaan bapaknya. Dia trauma karena pernah membuat ibunya sampai mengeluarkan air mata gara-gara menanyakan bapaknya.
     Biarlah bapaknya cukup dipikirkan dalam otaknya saja, tidak untuk dikeluarkan. Meskipun sebenarnya setengah dari otaknya menyimpan beribu pertanyaan mengenai bapknya yang tidak pernah dia lihat. Dia hanya berharap kepada sang Maha Kuasa supaya ibunya diberikan kemauan atau keikhlasan untuk mau menceritakan kemana sebenarnya bapaknya yang selama ini dia pikirkan disetiap malam menjelang tidurnya. Yang dia bisa rasakan hanyalah rasa rindu yang terus menerus menghampirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 (Anwar Sadat )_Abadikan Nama dengan Menulis.