“Hiduplah Seperti Pohon Kayu Yang Lebat Buahnya, Hidup Di Tepi Jalan Dan Dilempari Orang Dengan Batu, Tetapi Dibalas Dengan Buah” (Abu Bakar Sibli)

Selasa, 08 Oktober 2013

Perkembangan Sosiologi Bagi Masyarakat



KATA PENGANTAR

            Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah memberikan nikmat-Nya terutama nikmat kesehatan sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang Perkembangan Sosiologi Pendidikan Islam Dalam Masyarakat Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan alam Nabi Muhammad Saw. Para sahabat, keluarga serta umat islam yang senantiasa mengikuti beliau sampai hari kiamat.
            Dalam makalah ini akan dibahas mulai dari pengertian sosiologi, pengertian sosiologi pendidikan islam, sejarah perkembangan sosiologi, perkembangan pendidikan dalam masyarakat dan sosiologi bagi masyarakat.
Semoga dengan hadirnya makalah ini bisa memberikan sedikit sumbangan ilmu pengetahuan kepada pembaca terkait dengan tema yang akan dibicarakan agar  lebih memahami tentang perkembangan sosiologi pendidikan islam dalam masyarakat.
Karena makalah ini disusun dengan sangat sederhana sehingga tidak menutup kemungkinan terjadinya kesalahan atau kekurangan baik itu dalam penulisan maupun dalam penyusunan materi. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun senantiasa penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
            Akhirnya, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Amien…..

Mataram,    April 2013



Penyusun




BAB I
PENDAHULUAN

Secara sederhana sosiologi dipahami sebagai suatu disiplin ilmu tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan , serta berbagai gejala sosial yang saling berhubungan. Dalam sejarah perkembangannya maka sosiologi termasuk kedalam disiplin ilmu yang masih muda usianya (dalam perspektif barat).
Berawal dari Ibn Khaldun, dengan konsep pemikirannya yang sudah menjurus kepada pemahaman terhadap gejala sosial yang berkembang di daerah arab dan beberapa daerah lain sekitarnya, menyusul kemudian Comte dengan objek pengamatan yang sama (yaitu:masyarakat), dan diteliti dengan metode ilmiah. Akhirnya di tangan Comte lahir suatu cabang ilmu yang diperkenalkannya dengan nama”sosiologi”.
Berkaitan dengan studi keislaman dan keberadaan masyarakat muslim saat ini, maka dalam makalah ini nantinya akan diuraikan bagaimana perkembangan sosiologi ditengah masyarakat yang dimana sosiologi dijadikan sarana dan alat yang dapat membawa studi-studi keislaman kepada pengkajian yang lebih dinamis terhadap gejala-gejala yang terjadi dalam masyarakat.



BAB II
PEMBAHASAN
1.1.Pengertian Sosiologi
            Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Sosiologi merupakan salah satu bidang ilmu sosial yang mempelajari masyarakat. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul “Cours De Philosophie Positive” karangan August Comte (1798-1857). Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat.
            Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.
1.2. Pengertian Sosiologi Pendidikan Islam
            Sosiologi Pendidikan Islam terdiri dari tiga kata, yaitu Sosiologi yang diartikan sebagai “Ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, terutama di dalamnya perubahan-perubahan sosial”,[1] Pendidikan yang diartikan sebagai “Proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan”, dan Islam, yaitu “bersifat keislaman”
            Menurut Dictionary of Sociology, Sosiologi Pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental. Menurut Prof. DR. S. Nasution, M.A, Sosiologi Pendidikan adalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik. Sedangkan Menurut F.G. Robbins dan Brown, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasikan pengalaman.[2]
            Dari pengertian-pengertian di atas, dapat kita simpulkan bahwa Sosiologi Pendidikan Islam adalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik sesuai dengan ajaran agama Islam, mengatur bagaimana seorang individu berhubungan dengan individu yang lain sesuai dengan kaidah-kaidah Islam yang akan mempengaruhi individu tersebut dalam mendapatkan serta mengorganisasikan pengalamannya.
1.3. Sejarah Perkembangan Sosiologi
            Pada saat sosiologi masih dianggap sebagai ilmu yang bernaung di dalam filsafat dan disebut dengan nama filsafat sosial, materi yang dibahas tidak dapat dikatakan sebagai ilmu sosiologi seperti yang dikenal sekarang. Sebab, pada saat itu materi filsafat sosial masih mengandung unsur etika membahas tentang bagaimana seharusnya masyarakat itu, sedangkan sosiologi yang berkembang saat ini merupakan ilmu yang membicarakan bagaimana kenyataan yang ada dalam masyarakat. Beberapa ilmuwan yang mengembangkan filsafat sosial diantaranya adalah Plato (429–347 SM) yang membahas unsur-unsur sosiologi tentang negara dan Aristoteles (384-322 SM) yang membahas unsur-unsur sosiologi dalam hubungannya dengan etika sosial, yakni bagaimana seharusnya tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan sesama manusia ataupun dalam kehidupan sosialnya. Selain kedua ilmuwan itu, Thomas Hobbes, John Locke, dan Jean Jaques Rousseau juga ikut memberikan bentuk pada ilmu yang kemudian disebut sosiologi, dengan pemikiran mereka tentang kontak sosial. Sampai awal tahun 1800-an, konsep pemikiran sosiologi belum dianggap sebagai ilmu pengetahuan. Baru setelah Auguste Comte (1798-1857) menciptakan istilah sosiologi, pada tahun 1839 terhadap keseluruhan pengetahuan manusia mengenai kehidupan bermasyarakat, maka lahirlah sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan. Inilah yang disebut dengan tahap pemikiran awal sosiologi. Comte berpendapat bahwa tingkah laku sosial dan kejadian-kejadian di masyarakat dapat diamati dan diukur secara ilmiah. Kemudian August Comte dianggap sebagai ‘Bapak Sosiologi’ yang memulai kajian sosial dengan metode ilmiah
            August Comte mencetuskan pertama kali nama sociology dalam bukunya yang tersohor, positive philosophy, yang terbit tahun 1838. Istilah sosiologi berasal dari kata latin socius yang berarti “kawan” dan kata Yunani logos berarti “kata” atau “berbicara”. Jadi, sosiologi berarti berbicara mengenai masyarakat..
            Istilah sosiologi menjadi lebih populer setengah abad kemudian berkat jasa Herbert Spencer-ilmuwan dari Inggris yang menulis buku berjudul Principles of Sociology (1876). Herbert Spencer mengembangkan sistematika penelitian masyarakat dan menyimpulkan, bahwa perkembangan masyarakat manusia adalah suatu proses evolusi yang bertingkat-tingkat dari bentuk yang rendah ke bentuk yang lebih tinggi, seperti evolusi biologis.
            Perkembangan sosiologi yang makin mantap terjadi tahun 1895, yakni pada saat Emile Durkeim- seorang ilmuwan Perancis menerbitkan bukunya yang berjudul Rules of Sociological Method. Dalam bukunya, Durkheim menguraikan tentang pentingnya metodologi ilmiah di dalam sosiologi untuk meneliti fakta sosial. Durkheim saat ini diakui banyak pihak sebagai “Bapak Metodologi”. Durkheim mempertegas eksistensi sosiologi sebagai bagian dari ilmu pengetahuan ilmiah yang memiliki ciri-ciri terukur, dapat diuji, dan objektif.
            Pendiri sosiologi lainnya, Max Weber, memiliki pendekatan yang berbeda dengan Durkheim. Menurut Weber, sebagai ilmu yang mencoba memahami masyarakat dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya.
            Selama pertengahan tahun 1900-an, perkembangan sosiologi memasuki tahap modern. Ciri utama sosiologi modern adalah terjadinya spesialisasi terus-menerus pada bidang ilmu ini. Para sosiolog berpindah dari mempelajari kondisi-kondisi sosial secara menyeluruh menuju pengkajian kelompok-kelompok khusus atau tipe-tipe komunitas dalam suatu masyarakat, misalnya para pengelola bisnis, perubahan gaya hidup, kondisi sosial, perkembangan budaya, pergerakan pemuda, pergerakan kaum wanita, tingkah laku sosial, dan kelompok-kelompok sosial.
            Sosiologi di Indonesia sebenarnya telah berkembang sejak zaman dahulu. Walaupun tidak mempelajari sosiologi sebagai ilmu pengetahuan, para pujangga dan tokoh bangsa indonesia telah banyak memasukkan unsur-unsur sosiologi dalam ajaran-ajaran mereka, contohnya oleh Ki Hadjar Dewantara yang dikenal sebagai peletak dasar pendidikan nasional indonesia banyak mempraktikan konsep-konsep penting sosiologi seperti kepemimpinan dan kekeluargaan dalam proses pendidikan di Taman Siswa yang didirikannya. Sosiologi di indonesia pada awalnya,yakni sebelum Perang Dunia II hanya dianggap sebagai ilmu pembantu bagi ilmu pengetahuan lainnya atau sosiologi belum dianggap cukup penting untuk di pelajari dan digunakan sebagai ilmu pengetahuan.
            Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, perkembangan sosiologi di indonesia mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Soenaryo Kolopaking seorang dosen ilmu hukum, adalah orang yang pertama memberikan kuliah sosiologi dalam bahasa indonesia pada tahun 1948 di Akademi Politik Yogyakarta. Kemudian buku sosiologi bahasa indonesia pertama kali diterbitkan oleh Djody Gondokusumo, dengan judul sosiologi indonesia, yang membuat beberapa pengertian dasar dari sosiologi.
            Dari jurusan sosiologi itu, diharapkan sumbangan dan dorongan lebih besar untuk mempercepat dan memperluas perkembangan sosiologi di Indonesia untuk kepentingan masyarakat, karena sosiologi sangat diperlukan apabila seseorang ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di masyarakat, yang selanjutnya dapat dipakai untuk membuat kebijakan yang tepat bagi perkembangan masyarakat.
1.4. Perkembangan Pendidikan dalam Masyarakat
            Masyarakat berfungsi sebagai penerus budaya dari generasi ke generasi selanjutnya secara dinamis sesuai situasi dan kondisi serta kebutuhan masyarakat, melalui pendidikan dan interaksi sosial. Dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai sosialisasi, seperti bayi yang harus menyesuaikan diri dengan saat-saat minum Asi, kemudian anak menyesuaikan diri dengan program-program belajar di sekolah, menyesuaikan diri dengan norma serta nilai-nilai dalam masyarakat,  dan sebagainya.
            Pada mulanya dimana pendidikan diartikan sebagai proses mendewasakan anak (teori Langeveld), maka pendidikan hanya dapat dilakukan oleh orang yang lebih dewasa kepada anak yang belum dewasa. Konsep ini juga telah mempengaruhi banyak kalangan, khususnya pada suku bangsa Jawa, dengan pepatahnya yang terkenal, yaitu “Ora ana kebo nyusu gudel” atau tidak pernah ada kerbau menyusu pada anak kerbau. Artinya, orang tua tidak mungkin berguru kepada anak, sehingga pendidikan hanya dapat deberikan oleh orang yang lebih dewasa kepada anak yang belum dewasa. Lebih lanjut Romo Drijarkoro S.J., mengatakan bahwa “Pendidikan adalah proses memanusiakan manusia muda.” Konsep ini sudah agak maju, namun tampak masih dipengaruhi oleh Langeveld sehubungan dengan kata “muda” di bagian akhir konsepnya, seolah-olah yang tidak muda lagi tidak perlu dididik lagi. Tetapi konsepnya tentang “memanusiakan manusia” dapat dibenarkan, karena manusia harus dimanusikan agar dapat menjadi manusia. (Tidak seperti anak ayam/itik, tanpa diayamkan/diitikkan pun, tetap jadi ayam/itik, bahkan bila bila telor itik/angsa ditetaskan pada induk ayam, meskipun anak itik/angsa tersebut diasuh oleh ayam tidak berarti diayamkan, mereka tetap saja jadi itik/angsa dengan sendirinya). Tetapi bayi manusia yang diasuh dan dibesarkan oleh srigala/simpanse, akan menjadi seperti induknya, yaitu merangkak dan menggonggong seperti serigala atau bergelantungan seperti simpanse.
            Ari H. Gunawan lebih cenderung untuk mengatakan bahwa pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia secara manusiawi, yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi dan perkembangan zaman. Kiranya disepakati bahwa pendidikan dengan cara-cara yang kurang/tidak manusiawi (seperti pendidikan dengan bentak dan pukul) kurang/tidak dapat diterima masyarakat dewasa ini, karena akan menghasilkan manusia-manusia yang bengis/kejam atau manusia penakut dan kurang aktif/kreatif. Lebih lanjut proses pemanusiaan yang manusiawi dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta perkembangan zaman, dimaksudkan sebagai penjabaran dari kurikulum pendidikan formal yang dinamis, seperti tujuan pendidikan nasional Indonesia yang terdapat dalam GBHN, yang tiap 5 (lima) tahun senantiasa direvisi sesuai tuntutan zaman.
            Bila mengacu pada “Pendidikan Sepanjang Hayat” atau Long Life Education, maka menjadi lebih jelas bahwa pendidikan dapat terjadi kapan pun dimana pun, oleh siapa  pun, dan kepada siap pun. Orang tua/dewasa yang bijaksana tidak akan marah dan tetap menghargai bila diingatkan/diberitahu oleh cucu/anaknya agar tidak berdecak mulutnya sewaktu makan, misalnya atau orang tua yang bijaksana tidak akan meremehkan pendapat anak/cucunya agar memperhatikan emansipasi wanita, melaksanakan program nasional keluarga berencana dan sebagainya.
            Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, ditetapkan dalam Bab 1, Pasal 1, Ayat 1, bahwa “Pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.” Sedangkan Ayat 2 menyebutkan, bahwa “Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
            Setiap anak harus belajar dari pengalaman di lungkungan sosialnya, dengan menguasai sejumlah keterampilan yang bermanfaat untuk merespon kebutuhan hidupnya. Dengan demikian dalam masyarakat yang telah maju, banyak kebiasaan dan pola kelakuan masyarakatdipelajari melalui pendidikan, seperti bahasa, ilmu pengetahuan, seni dan budaya, nilai-nilai sosial, dan sebagainya. Maka konotasi pendidikan sering dimaksudkan sebagai pendidikan formal di sekolah, dan orang yang berpendidikan adalah orang yang telah bersekolah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan sangat berperan dalam proses sosialisasi individu agar menjadi anggota masyarakat yang bermakna bagi masyarakatnya. Melalui pendidikan maka terbentuklah kepribadian seseorang, dan perkembangan masyarakat dipengaruhi oleh sikap pribadi-pribadi di dalamnya. Jadi pendidikan dan masyarakat harus berkembang secara timbal balik, seirama, dan terpadu. 
1.5. Sosiologi Bagi Masyarakat
            Bicara eksistensi maka bicara popularitas di masyarakat. Sosiologi merupakan sebuah istilah yang berasal dari kata latin socius yang artinya teman, dan logos dari kata Yunani yang berarti cerita, diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul “Cours De Philosophie Positive” karangan August Comte (1798-1857). Sosiologi muncul sejak ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu. Namun sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat baru lahir kemudian di Eropa.
            Menurut Pitriam Sorokin, Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.
            Terkait dengan eksistensinya di masyarakat. Kalau di tahun-tahun sebelumnya Sosiologi merupakan suatu ilmu pengetahuan yang belum begitu eksis dibanding ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Yaitu seperti Matematika, sejarah Geografi dan lain sebagainya. Ini disebabkan karena tenaga pendidiknya yang masih jarang dari ilmu sosiologi. Dalam ilmu pendidikan, sosiologi baru dipelajari ketika kita duduk dibangku SMA. Namun, seiring dengan perkembangan zaman sosiologi pun ditahun 2008/2009 itu sudah dipelajari sejak SMP. Ini berarti ilmu sosiologi semakin berkembang dan semakin eksis didalam masyarakat sebab ilmu sosiologi merupakan ilmu yang sangat menarik untuk dipelajari. Apa yang kita dapat dari ilmu sosiologi bisa kita aktualisasikan ke kehidupan msyarakat. Setidaknya kita tidak begitu susah untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan masyarakat lainnya. Gejala-gejala sosial yang ada di dalam masyarakatpun kita menjadi tahu sedikit demi sedikit.
            Pada ilmu sosiologi ini terdapat tiga tahap perkembangan intelektual, yang masing-masing merupakan perkembangan dari tahap sebelumya. Ini dikemukan oleh comte selaku Bapak sosiologi. Tiga tahapan itu adalah :[3]
  1. Tahap Teologis; adalah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada di atas manusia.
  2. Tahap Metafisis; pada tahap ini manusia menganggap bahwa didalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan. Oleh karena adanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada usaha untuk menemukan hukum-hukum alam yang seragam.
  3. Tahap Positif; adalah tahap dimana manusia mulai berpikir secara ilmiah.
            Banyak manfaat yang kita dapat dari mempelajari sosiologi. Seperti tiga tahapan yang dikemukan comte tersebut, itu merupakan gambaran tentang manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial kita sudah sewajarnya untuk mempelajari, memahami dan mengerti tentang sosiologi.


BAB III
PENUTUP

2.1. KESIMPULAN
            Sosiologi Pendidikan Islam adalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik sesuai dengan ajaran agama Islam, mengatur bagaimana seorang individu berhubungan dengan individu yang lain sesuai dengan kaidah-kaidah Islam yang akan mempengaruhi individu tersebut dalam mendapatkan serta mengorganisasikan pengalamannya.
            August Comte mencetuskan pertama kali nama sociology dalam bukunya yang tersohor, positive philosophy, yang terbit tahun 1838. Istilah sosiologi berasal dari kata latin socius yang berarti “kawan” dan kata Yunani logos berarti “kata” atau “berbicara”. Jadi, sosiologi berarti berbicara mengenai masyarakat..
            Istilah sosiologi menjadi lebih populer setengah abad kemudian berkat jasa Herbert Spencer-ilmuwan dari Inggris yang menulis buku berjudul Principles of Sociology (1876). Herbert Spencer mengembangkan sistematika penelitian masyarakat dan menyimpulkan, bahwa perkembangan masyarakat manusia adalah suatu proses evolusi yang bertingkat-tingkat dari bentuk yang rendah ke bentuk yang lebih tinggi, seperti evolusi biologis.
            Perkembangan sosiologi yang makin mantap terjadi tahun 1895, yakni pada saat Emile Durkeim- seorang ilmuwan Perancis menerbitkan bukunya yang berjudul Rules of Sociological Method. Dalam bukunya, Durkheim menguraikan tentang pentingnya metodologi ilmiah di dalam sosiologi untuk meneliti fakta sosial. Durkheim saat ini diakui banyak pihak sebagai “Bapak Metodologi”. Durkheim mempertegas eksistensi sosiologi sebagai bagian dari ilmu pengetahuan ilmiah yang memiliki ciri-ciri terukur, dapat diuji, dan objektif. Pendiri sosiologi lainnya, Max Weber, memiliki pendekatan yang berbeda dengan Durkheim. Menurut Weber, sosiologi sebagai ilmu yang mencoba memahami masyarakat dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya.
            Dari jurusan sosiologi, diharapkan sumbangan dan dorongan lebih besar untuk mempercepat dan memperluas perkembangan sosiologi di Indonesia untuk kepentingan masyarakat, karena sosiologi sangat diperlukan apabila seseorang ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di masyarakat, yang selanjutnya dapat dipakai untuk membuat kebijakan yang tepat bagi perkembangan masyarakat.
            Banyak manfaat yang kita dapat dari mempelajari sosiologi. Seperti tiga tahapan yang dikemukan August Comte yaitu Tahap Teologis, Tahap Metafisis dan Tahap Positif. Itu merupakan gambaran tentang manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial kita sudah sewajarnya untuk mempelajari, memahami dan mengerti tentang sosiologi.


DAFTAR PUSTAKA

Ary H. Gunawan. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2000
Pius A Partanto dan  M. Dahlan Al Barry. Kamus Ilmiah Populer.Surabaya: Arkola, 2000
http://pristality.wordpress.com/2011/01/07/sosiologi-bagi-masyarakat/ diakses tgl 11-04-2013


[1] Pius A Partanto dan  M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 2000)
[2] Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 45.
[3] http://pristality.wordpress.com/2011/01/07/sosiologi-bagi-masyarakat/ diakses tgl 11-04-2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 (Anwar Sadat )_Abadikan Nama dengan Menulis.